Rabu, 13 Agustus 2014

Menuai Untung dengan Strategi Pemasaran Mutualisme

Banjar Kesian Lebih adalah salah satu desa yang terletak di Kabupaten Gianyar. Sebagian besar penduduk di sini bekerja sebagai petani. Salah satu komoditi yang dihasilkan petani Banjar Kesian Lebih adalah ketela dan kacang-kacangan. Namun sekitar tanggal 11 Mei 2009 harga ketela dan kacang-kacangan di pasaran turun drastis yang menyebabkan kerugian di pihak petani. Dari kejadian tersebut, saya sebagai salah satu anak warga merasa sangat prihatin dengan kondisi tersebut, dan saya mulai memikirkan suatu solusi yang bisa ditawarkan kepada para petani ketela tersebut. Saat itu saya berpikir kenapa petani harus menunggu pemasok ketela sehingga baru bisa menjual ketela yang dihasilkan, kenapa mereka tidak menjual langsung? Tapi untuk menjual langsung dalam bentuk ketela basah memang sangat sulit, namun beberapa saat kemudian saya berpikir kenapa ketela tersebut tidak diolah menjadi makanan dan dijual saja untuk menekan kerugian?

Ya, ide tersebutlah yang muncul saat itu, dan tak lama setelah itu saya mengembangkan ide saya dan mulai melakukan eksperimen. Langkah pertama yang saya lakukan adalah mencoba mengolah ketela menjadi tepung, setelah itu mengolahnya menjadi camilan dicampur dengan kacang yang dihasilkan oleh petani, dan jadilah rempeyek ketela. Semuanya kami proses secara manual. Saat itu keluarga saya sangat menyukai hasil olahan ketela tersebut, karena unik dan memiliki cita rasa yang khas, dan mereka berpikir kenapa tidak dipasarkan saja? Keesokan harinya kami sekeluarga mencoba mengolah kembali ketela tersebut menjadi rempeyek untuk mulai dipasarkan. Untuk bahan baku kami peroleh dari petani sekitar dan modal saat itu berjumlah Rp. 100.000 dan adonan yang didapat sebanyak 5 kg. Pemasaran pertama kami mulai dari warung-warung di daerah kami, dan kantin-kantin sekolah. Strategi pemasaran yang kami gunakan saat itu kami sebut strategi Mutualisme. Dinamakan strategi mutualisme, karena memang dengan strategi ini antara pedagang dan usaha kami tercipta simbiosis mutualisme. Di mana teknis pelaksanaan strategi ini yaitu pada saat kami menyalurkan rempeyek kepada para pedagang, pada saat itu kami tidak langsung meminta bayaran tapi kami beri waktu 3 hari. Dan bila dalam waktu 3 hari rempeyek tidak habis terjual, maka bayaran yang kami minta hanya sebesar rempeyek yang terjual dan yang tidak laku terjual kami ambil kembali.

Strategi inilah yang kami jalankan saat itu, kami rasa strategi ini sangat membantu pemasaran rempeyek, karena pedagang merasa usaha kami memberikan pelayanan dan kerjasama yang bersifat mutualisme, sehingga dengan strategi ini semua rempeyek yang kami produksi bisa dipasarkan seluruhnya di warung dan kantin sekolah. Dan ajaibnya ternyata sambutan pasar sangat baik kepada produk kami, terbukti dalam 2 hari semua rempeyek yang kami pasarkan di warung-warung dan kantin sekolah ludes terjual, sehingga kami tidak perlu mengalami kerugian akibat rempeyek yang tidak laku terjual. Bahkan kami mengalami keuntungan sebesar Rp. 50.000 dengan rincian tiap 1 kilogram adonan/30 bungkus (1 bungkus isi 8 buah rempeyek dan 1 bungkus seharga Rp. 1.000) terjual seharga Rp. 30.000, sehingga omset saat itu adalah Rp. 30.000 x 5 kg yaitu Rp. 150. 000.

Hari-hari berlalu, tak terasa sudah 2 tahun berjalan, usaha rempeyek kami makin berkembang hingga saat ini kami telah memiliki cabang penjualan rempeyek di pasar Badung dan telah memasarkan produk hampir seluruh daerah Gianyar, Badung, Denpasar, dan Klungkung. Usaha kami ini telah menyerap 10 tenaga kerja. Selain itu sampai saat inipun penjualan rempeyek masih menerapkan strategi Mutualisme dan ajaibnya hingga kini juga kami belum pernah mengalami kerugian yang signifikan akibat rempeyek yang tidak laku terjual. Kami sangat bersyukur usaha ini telah berkembang, dan menjadi mata pencaharian keluarga kami sekaligus juga memberi manfaat bagi masyarakat sekitar, yaitu pekerja kami maupun petani kacang dan ketela yang selalu memasok hasil pertaniannya kepada kami. Itulah sedikit cerita awal perjalanan usaha kami hingga sekarang.

-------------------

Artikel ini ditulis untuk kontes Youth Startup Icon.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar