Senin, 11 Agustus 2014

Belajar dari Kebangkrutan Perusahaan Michael Porter

Berita mengejutkan datang dari dunia consulting. Monitor Group, perusahaan konsultan yang didirikan oleh Michael Porter dinyatakan bangkrut dan dijual kepada perusahaan lain. Michael Porter sendiri lebih populer disebut sebagai maestro strategi bisnis yang berhasil menggabungkan Ekonomi Makro dengan Manajemen Bisnis. 

Konsep dan teorinya menjadi rujukan untuk praktik bisnis di mana-mana. Buku legendarisnya berjudul Competitive Strategy sudah jadi semacam Kitab Suci baik untuk perusahaan, konsultan, maupun sekolah bisnis. Tapi, pertanyaan dasarnya, mengapa Porter tidak bisa menyelamatkan perusahaannya sendiri dari kebangkrutan?
Pembelajaran dari kasus Michael Porter inilah yang dibedah oleh Hermawan Kartajaya, CEO dan Founder MarkPlus, Inc dalam Marketeers Dinner Seminar bertajuk "What's Wrong with Michael Porter?" di Ballroom Four Seasons Hotel, Jakarta, Senin (11/11/2013). 

"Mengapa Porter seperti ini karena Porter berfokus pada kompetisi dan kurang memerhatikan Change. Sekarang, zaman sudah berubah, apalagi dengan kehadiran Internet," ujar Hermawan. 

Soal kompetisi tersebut, Porter menuangkannya dalam konsep The Determinants of National Advantage yang  banyak dipakai untuk menganalisis Keunggulan Bersaing sebuah Negara. Dasarnya adalah bagaimana cara memenangkan persaingan. Target utamanya adalah mengalahkan kompetitor atau pesaing! Porter  juga menulis buku tentang kompetisi dengan judul On Competition tentang cara menganalisis pesaing supaya bisa dikalahkan. 

Teori kompetisi Porter ini, sambung Hermawan, sangat kontekstual dan menjadi masukan berharga bagi perusahaan-perusahaan di era 1990-an. Hal ini lumrah terjadi karena di era itu negara-negara masih sangat kuat menguasai lini kehidupan masyarakat, termasuk bisnis, sehingga tidak memungkinkan kompetisi. Padahal kompetisi ini dibutuhkan agar perusahaan bisa berkembang dan terus berinovasi secara kreatif. 

Porter pernah meramalkan kehancuran Asia karena tidak adanya persaingan. Ramalan ini benar ketika krisis segala bidang melanda negara-negara di Asia pada tahun 1997-1998.  Teori kompetisinya mendapatkan perhatian besar setelah krisis ini. 

Hermawan menambahkan saking fokusnya pada kompetisi, Porter lupa untuk merespons perubahan lanskap bisnis yang ada yang saat ini dimotori oleh Teknologi Informasi dan Komunikasi yang berbasis Internet. "Pesaing pada era Porter benar-benar menjadi target utama untuk diperhatikan. Dulu, pilihannya ada dua, kill the competitor maupun hindari kompetitor," kata Hermawan. 

Hermawan menyebut Peter Drucker yang mengusung gagasan untuk bisnis yang juga fenomenal padahal gagasan Drucker ini lebih populer lebih dahulu sebelum Porter. Drucker menegaskan dua hal yang penting bagi bisnis, yakni marketing dan inovasi. Sebab itu, Drucker lebih mengutamakan pelanggan ketimbang kompetitor. Salah satu nasihat Drucker adalah jangan melupakan pelanggan dan terkecoh untuk terlalu menghabiskan energi dan pikiran untuk kompetitor.

Dus, dua hal utama yang menurut Hermawan menjadi sumber kebangkrutan bisnis Monitor Group adalah terlalu fokus pada kompetisi dan kurang tanggap pada perubahan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar