Rabu, 13 Agustus 2014

[Friday Online Seminar] The Retail is Going Convenient, For Who?

Pada kesempatan kali ini, Jumat 13 April 2012 Marketeers kembali mengadakan Friday Onlline Seminar. Topik yang diambil adalah “Retail is Going Convenient, For Who?”, menghadirkan Ricky Junaidy selaku Sales Manager PT. Gelora Djaja (Wismilak Group). Acara ini dimoderatori oleh Abdullah Alaydrus dari divisi MarkPlus Institute of Marketing (MIM).
Topik ini menarik untuk dibahas karena bagaimana pun industri retail tidak dapat dilepaskan dari kebidupan bermasyarakat di Indonesia. Menyadari hal ini banyak perusahaan yang tentu berusaha melakukan program pemasarannya dengan lebih menarik agar dapat mendapat perhatian dari konsumen. Setiap pemasar tentu tidak ingin kehilangan momentum yang dapat mendongkrak kinerja bisnis.

Menurut Ricky pertumbuhan retail Indonesia cukup menggembirakan di berbagai daerah. Namun di lain pihak berkembangnya industri retail ini juga akan mempengaruhi situasi persaingan. Banyak pihak yang mengkhawatirkan persaingan antara pasar modern dan tradisional karena perkembangan ini tidak hanya terjadi di kota besar atau pusat kota namun juga merambah sampai pada pinggiran kota.

Hal ini membawa dampak positif dan negatif pada perekonomian Indonesia. Positifnya berkembangnya industri ini dapat membuka lapangan kerja yang lebih luas lagi. Ricky memperkirakan industri retail bisa jadi menyumbang pertumbuhan tenaga kerja sebanyak 40 persen dengan asumsi satu toko ritel modern dioperasikan lima tenaga kerja. Namun dampak negatifnya, pertumbuhan agresif peritel modern yang tentu dapat mengancam keberadaan peritel tradisional.

“Sebagai catatan, di Indonesia diperkirakan terdapat 2.500.000 retail tradisional dan 30.000 peritel modern,” ujar Ricky. Sebagai gambaran di Singapura, proporsi pasar tradisional mencapai 10 persen dari industri retail secara keseluruhan.  Namun dalam menghadapi persaingan, peritel tradisional memiliki beberapa kendala terutama dari segi modal, sistem dan fasilitas. Kebanyakan peritel tradisional adalah pemain kecil yang memiliki modal terbata sehingga pengembangan usaha pun perlu dilakukan secara seksama. Selain itu karena masih ditangani dengan cara konvensional, peritel tradisional biasanya tidak memiliki sistem operasional sebaik peritel masyarakat modern. Dari segi fasilitas, peritel tradisional di Indonesia biasanya kurang memberikan kenyamanan bagi para konsumennya.

Agar dapat bersaing dengan peritel modern, peritel tradisional tentu harus berubah. Cuman memang harus diperhatikan bahwa memang banyak barang yang dapat dijual baik di pasar tradisional maupun modern. Namun barang-barang seperti komoditas biasanya dijual di pasar tradisional dan produk yang cenderung menargetkan kelas menengah ke atas lebih fokus menggunakan channel ritel modern. “Untuk rokok sendiri, perusahaan biasanya memasarkan 90 persen produknya melalui peritel tradisional,” ujar Ricky.

Perusahaan juga dapat berperan aktif membantu perkembangan industri retail dengan bekerja sama dengan para peritel. Memanfaatkan hal ini perusahaan dapat menguatkan brandnya baik di mata peritel dan juga konsumen. Ricky memberi contoh apa yang dilakukan Wismilak,”Wismilak punya mitra dari kalangan peritel tradisional. Di sini kita memberi profit tambahan untuk setiap produk yang terjual dan juga menyediakan beberapa fasilitas pendukung. Untuk beberapa toko kami bahkan membantu mengadakan renovasi pada toko mitra kami. Untuk ke depannya, mungkin saja kami akan meningkatkan bantuan agar mitra kami dapat beroperasi dengan lebih baik lagi.”

Ricky menilai bahwa pemerintah juga memiliki andil setidaknya dari pengaturan tata letak industri ini. Maksudnya agar keberadaan ritel dapat memenuhi kebutuhan masyarakat dengan baik sekaligus menciptakan lingkungan persaingan yang kondusif. Regulasi harus jelas dan dapat diupayakan agar dapat medongkrak daya saing peritel.

Untuk masa depan, Ricky memperkirakan industri retail akan terus mengalami peningkatan (bisa jadi mencapai 25 persen). Namun bila hendak berbicara apakah ritel modern akan semakin mendominasi atau ritel tradisional akan semakin terpuruk, rasanya kita hanya dapat menyerahkannya pada mekanisme pasar. Sebetulnya pasar tradisional dapat dibuat menarik. Contohnya di pasar luar negeri seperti Malaysia dan Singapora dimana pasar tradisional masih sering dikunjuingi, nyaman sebagai tempat berbelanja, dan cukup digemari.

Yang jelas, kita memang sedang mengalami proses modernisasi pasar retail. Dimana retail modern mengalami pertumbuhan yang pesat. Tentu saja hal ini sebaiknya diantisipasi oleh berbagai pihak. Mulai dari pihak pemasok, perbankan, an juga pemerintah yang baik sekali bila bekerja sama secara berkesinambungan sehingga tercipta situsasi persaingan yang lebih kondusif.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar