Rabu, 13 Agustus 2014

Belajar dari Aksi Valentino Rossi

Ada yang menarik dari pertandingan MotoGP Jepang yang menjadi seri ke-14 di Sirkuit Motegi tadi pagi. Pada sesi ini, pembalap Casey Stoner berhasil memenangi pertandingan. Tapi, dalam drama balap motor itu, justru ada yang lebih menarik. Tak lain adalah perjuangan Valentino Rossi—khususnya saat dirinya bermanuver dengan salip menyalip selama tiga lap terakhir dengan rekan setimnya, Lorenzo. Ini juga yang menarik perhatian Presiden MarkPlus Inc Hermawan Kartajaya sehingga mendorongnya untuk melempar diskusi di Twitter.
“Ini pertanda bahwa yang paling menarik perhatian adalah “perang saudara” antara Rossi dan Lorenzo dari tim yang sama,” kata Hermawan. Lalu, Hermawan melempar diskusi di Twitter yang disambut antusias dari Tweeps lainnya. “Moto GP Suzuka just finished. Stoner is the winner. What are the Marketing Lessons ?” beginilah Hermawan membuka diskusi.

Salah seorang tweep meresponsnya dengan jawaban “You don’t need to be the winner, you just need to be the best!” “Nah, itu komentar yang responsif pada undangan saya,” kata Hermawan.

Terkait ini, Hermawan bercerita sedikit tentang perjumpaannya dengan Richard Branson saat bertandang di Jakarta beberapa hari lalu. Menurut Hermawan, Richard Branson juga memberi pesan serupa. “Tidak ada yang tidak bisa diperbaiki,” kata Hermawan menirukan pernyataan Richard Branson.

Sebab itu, menurut Hermawan, Virgin milik Richard Branson selalu masuk ke suatu industri yang meskipun sudah “jenuh” tapi masih bisa hebat. British Train, misalnya, KAI-nya Inggris  ini boleh dibilang mempunyai reputasi bagus, tepat waktu, dan jarang mengalami kecelakaan. “Saya pernah mencoba Virgin Train dari London ke Liverpool yang menggunakan rel sama dengan British Train.  Yang istimewa, di Virgin Train, kondekturnya masih muda, supel, dan sangat service oriented. Sedang British Train mempunyai kondektur yang rata-rata sudah tua dan kurang senyum. Mungkin orang muda tidak mau kerja di situ,” kata Hermawan.

Yang unik lagi dari Virgin, menurut Hermawan, adalah maskapai Virgin Atlantic. “Saya pernah terbang dengan Virgin Atlantic dari New York City ke London. Berbeda dengan British Airways yang sebenarnya juga sudah bagus, tapi di Virgin ada yang lain. Di sana, ada bar, massage kaki gratis untuk kelas bisnis. Jadi, benar kata Richard Branson, tidak ada yang tidak bisa diperbaiki!” tandas Hermawan.

Lalu Hermawan memberi contoh lain di Jakarta. Saat Marketeers mengorganisir sebuah seminar untuk BNI, misalnya, ada pernyataan Richard Branson yang menarik. “Tidak ada bank terbaik, hotel terbaik, dan apa pun yang terbaik bangkrut!” kata Hermawan menirukan Richard Branson.

Bagi Hermawan, pernyataan Richard benar adanya. Ketika banyak marketer takut menjadi the best karena cost yang meningkat akan membuat kurang kompetitif dalam harga, tapi yang terjadi adalah sebaliknya.  “Orang akan menjadi price sensitive ketika Anda menawarkan suatu yang “commodity”. Itulah renungan saya atas komentar seorang follower saya di Twitter tentang aksi Rossi pagi ini,” pungkas Hermawan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar