Kamis, 04 Juli 2013

TEORI MARKETING : Sejarah dan Revolusi Dunia

Jika dikatakan bahwa marketing adalah ilmu yang dinamis, itu memang benar adanya. Sejarah teori dan konsep marketing selalu mengikuti perubahan struktur sosial dan ekonomi masyarakat. Kemunculan ide-ide baru yang memperkaya ilmu marketing terus berkembang seiring revolusi besar peradaban manusia.



Mungkin masih banyak yang belum tahu bahwa peradaban bisnis modern berkembang sejak adanya revolusi industri di tahun 1900. Revolusi ini benar-benar mengubah tatanan struktur dan perilaku masyarakat pada saat itu. Bisnis yang tadinya berciri merkantilis (berdagang) kemudian berubah menjadi kapitalis. Kekuatan modal dipergunakan untuk membangun pabrik dan organisasi perusahaan,memproduksi barang, dan memperdagangkannya.


Pada proses ini muncullah pandangan-pandangan baru tentang bagaimana perilaku pasar terjadi dan bagaimana sebuah lembaga menjalankan kegiatan operasional untuk memenuhi kebutuhan pasar. Hal-hal inilah yang kemudian melatarbelakangi munculnya ilmu praktik manajemen bisnis, termasuk marketing.


Boleh jadi, ilmu marketing ketika itu memang menjadi jawaban atas berbagai pertanyaan yang tidak bisa diakomodasi oleh ilmu ekonomi yang telah berkembang terlebih dahulu. Marketing awalnya tak lebih dari aktivitas bisnis yang sederhana. Para ekonom pun hanya memasukkannya sebagai salah satu bentuk aktivitas ekonomi.


Namun, pendekatan yang lebih berciri sosiologis kemudian menunjukkan adanya pengembangan dari institusi (lembaga) yang disebut sebagai “market” dalam bahasa ekonomi. Pendekatan sosiologis melihat institusi market bisa dilihat sebagai institusi sosial dibandingkan ekonomi. Artinya, di market bukan hanya tempat bertemunya supply dan demand. Market adalah tempat bertemunya penjual dan pembeli. Market merupakan sebuah sistem sosial di mana kebutuhan setiap pihak akan materi tertentu akan bertemu.


Pada waktu itu, konsumsi dianggap sebagai akhir dari kegiatan produksi di dunia ekonomi. Padahal perilaku konsumsi sendiri sebenarnya merupakan ilmu yang bisa dieksplorasi lebih dalam. Demikian halnya dengan istilah “value”. Ilmu ekonomi meletakkan value berhubungan

dengan penambahan input dari faktor-faktor produksi. Padahal di dunia bisnis, value juga mencakup sesuatu yang intangible seperti pelayanan.

Pendekatan marketing juga mempertanyakan apakah market dipengaruhi hanya oleh purchasing power (daya beli) masyarakat? Lebih jauh dari itu, para praktisi bisnis melihat bahwa market bukan sekadar dipengaruhi oleh daya beli, tetapi juga keinginan membeli yang

dipengaruhi oleh iklan dan tenaga penjual. Advertising Muncul Lebih Dulu

Kabarnya kelas pertama dari pelajaran marketing diberikan oleh ED Jones pada tahun 1902 di University of Michigan dan kemudian oleh Simon Litman di University of California pada tahun yang sama. Saat itu, pemikiran marketing masih berfokus pada masalah distribusi. Ini sesuai dengan ciri industri tahap awal yang berfokus pada distribusi massal. Namun, pengembangan pemikiran awal teori marketing justru banyak bermunculan dari universitas seperti Wisconsin, Harvard, Ohio State, University of Illinois dan Northwestern University.


Sebenarnya, walaupun belum dimasukkan dalam disiplin ilmu marketing, pemikiran tentang dunia iklan (advertising) sudah lebih dulu ada. Buku History of Advertising sudah muncul pada tahun 1875. Demikian pula halnya dengan selling sudah mendahului pengembangan ilmu marketing itu sendiri. Selling awalnya hanya sekadar sebuah seni menjual, tetapi kemudian dijadikan sebuah formula untuk dipelajari dan dianalisis.


Mulanya pendekatan marketing memang menyangkut tiga elemen: advertising, selling dan distribusi. Namun, banyak pemikiran yang kemudian menambahkan elemen-elemen dalam marketing. Seperti Ralph Butler dan Arch Shaw, dua ahli ini menambahkan elemen lain

dalam marketing, yakni: komoditas, institusi, dan fungsional. Artinya marketing menyangkut pula soal produk, organisasi pemasaran dan juga proses serta kegiatan.

Untuk elemen distribusi, berkembang pula pemikiran baru yang disebut retailing sejak tahun 1914. Nystrom pada waktu itu menulis literatur ritel bukan saja dari sisi proses distribusi, tapi juga manajemen ritel. Dengan banyaknya tambahan elemen-elemen baru dalam marketing,

maka ilmu marketing kemudian masuk ke dalam tahapan integrasi. Pada tahap ini para pemikir dan ilmuwan mencoba menggabungkan berbagai ilmu, literatur serta elemen yang berdiri sendiri menjadi sebuah konsep yang terintegrasi. Buku Principles of Marketing pertama muncul lewat tangan Paul Ivey pada tahun 1920-an. Buku ini menggabungkan semua teori dan pemikiran yang berkembang di dunia marketing. Tetapi, yang lebih mengemuka kemudian adalah buku Principles of Marketing karangan Maynard, Weidler dan Beckman. Berbeda dibandingkan Ivey yang berfokus pada sisi pengusaha, buku ini lebih berfokus pada sudut
pandang konsumen.

Teori marketing belum berakhir dengan dimunculkannya buku-buku tadi. Pada dekade-dekade berikutnya masuklah berbagai unsur yang memperkaya marketing. Ilmu-ilmu psikologi dan sosial mulai masuk. Demikian pula dengan konsep seperti segmentasi baru hadir belakangan

setelah muncul konsep-konsep lain seperti marketing mix (4P).

Elemen-elemen dalam marketing sendiri mengalami perkembangan. Sebagai contoh, ilmu advertising semakin berkembang dengan masuknya media-media baru seperti televisi yang mulai populer pada tahun 1960-an. Pada tahun 1960-an dan 1970-an ilmu marketing justru memecahkan diri ke dalam berbagai diferensiasi (kekhususan) seperti international marketing, social marketing, marketing for non-profit organization dan lain-lain. Konsep social responsibility juga menjadi salah satu konsep yang sudah mulai terbentuk pada tahun 1970.


Peran Kotler


Kejayaan Kotler sebagai “bapak marketing” sendiri dimulai pada periode 1970-an. Peran Kotler dalam dunia marketing memang pada kemampuannya menerjemahkan konsep marketing ke terminologi yang mudah dipahami oleh banyak orang. Kotler-lah yang mengubah konsep marketing ke bentuk-bentuk aplikasi tertentu seperti marketing untuk health service, public service, educational service, politik, dan lain-lain.


Tahun 1967, misalnya, Kotler sudah memperkenalkan konsep manajemen marketing modern yang meliputi analisis marketing opportunities, mengorganisasikan aktivitas marketing, kegiatan perencanaan marketing serta kontrol.


Buku-buku Kotler kemudian menginspirasi banyak para pengajar dan praktisi di dunia marketing seluruh dunia. Bahkan, tak ada kuliah marketing yang tak lepas dari karya-karya Kotler. Buku Principles of Marketing dan Marketing Management dari Kotler membentuk pemikiran-pemikiran dasar dan fundamental yang mempengaruhi berbagai pemikiran baru lainnya di dunia marketing.


Pada dekade 1980-an, pemikiran baru di dunia marketing seperti positioning yang dipopulerkan oleh Jack Trout dan Al Ries serta brand equity yang dipopulerkan oleh David Aaker semakin menguat. Era kemajuan bisnis di banyak negara pada dekade tersebut menciptakan kompetisi bisnis yang semakin ketat. Karenanya, peran dari sebuah merek dan upaya untuk mendiferensiasikan diri juga mengemuka. Dekade 1980 dan 1990-an adalah dekade menguatnya unsur service dan kepuasan pelanggan di dalam marketing. Konsep seperti Servqual, Service profit chain dan juga services marketing mulai bermunculan.


Gelombang Baru


Ketika dunia memasuki gelombang revolusi berikutnya, yakni revolusi teknologi informasi, maka pemikiran-pemikiran marketing baru pun bermunculan mengikuti gelombang revolusi tersebut. Salah satunya konsep experiential marketing. Dengan adanya teknologi informasi, internet dan multimedia membuat experiential marketing lebih bisa berkembang. Demikian pula di dunia service, peran IT membuat konsep CRM (Customer Relationship Management) juga ikut berkembang. Belum lagi jargon-jargon baru seperti buzz marketing, viral marketing dan lain-lain.


Tentu saja, seiring dengan revolusi ini, maka marketing pun harus berubah dalam cara memandang kompetisi. Aliansi dan co-branding adalah cara memandang kompetisi baru, di mana kerja sama dengan segenap pihak, termasuk kompetitor bisa menjadi kunci kemenangan.

Juga konsep “blue ocean” yang mendesak para marketer untuk menciptakan kompetisi yang baru daripada bersaing di pasar yang sudah semakin sesak.

Revolusi baru juga berimbas pada perkembangan media periklanan. Semakin berkembang dan kompleksnya media untuk berpromosi membuat marketer semakin berhati-hati menginvestasikan dananya. Oleh karena itu muncul pemikiran-pemikiran baru yang menggugah

orang marketing untuk menghitung return on investment dari aktivitas marketing yang dilakukannya. Marketing dihadapkan pada kenyataan bahwa kegiatan mereka harus mampu dijelaskan dengan bahasa-bahasa finansial. Marketing ROI, CLV (Customer Lifetime Value), dan lain-lain adalah pemikiran-pemikiran yang kemudian mulai muncul.

Dari berbagai pergolakan pemikiran marketing tadi kita bisa menyimpulkan bahwa pemikiran marketing, mau tidak mau, harus terus berubah dan berkembang sesuai dengan perubahan struktural yang terjadi dalam tatanan sosial ekonomi masyarakat, bentuk dan tingkat kompetisi yang ada serta perkembangan teknologi. Setelah revolusi industri dan IT, dunia diramalkan akan masuk ke revolusi bioteknologi.

Bagaimana Mengukur Ide Bisnis Anda?


ide-bisnis
Anda merasa memiliki ide bisnis brilian dengan potensi luar biasa? Atau mungkin Anda memiliki insight untuk mengatasi segala kendala yang sedang dihadapi? Luar biasa! Perusahaan paling sukses saat ini pun diciptakan karena insight-insight seperti itu.
Misalnya YouTube yang didirikan oleh Chad Hurley, Steve Chen, dan Jawed Karim – sebelumnya mereka adalah karyawan PayPal.
Konon, ide awal Hurley dan Chen untuk membuat YouTube muncul setelah mereka mengalami kesulitan berbagi video yang telah mereka rekam di sebuah pesta makan malam.
Ketika Anda berhasil memecahkan masalah Anda sendiri atau orang lain, bagaimana Anda tahu itu memiliki peluang besar? Jika hanya menjual produk, lebih baik Anda membuat dan menyebarkannya ke pasar. Tetapi jika ingin membangun bisnis dari itu, tentunya Anda harus memiliki pasar yang cukup besar.
Jadi pertanyaannya adalah bagaimana menentukan permintaan pasar dari ide start-up Anda?
Google
Anda bisa mencarinya di Google. Google memiliki sebagian besar jawaban yang Anda cari. Lantas, bagaimana memanfaatkan Google untuk membantu Anda? Gunakan  
Google Adword – alat untuk mencari jumlah orang yang mencari apa yang coba Anda lakukan.
Masukkan kata kunci tertentu di kotak pencarian, pilih negara target atau negara, dan Google akan menunjukkan jumlah rata-rata pencarian lokal dan global bulanan. Ini adalah indikator yang baik dari permintaan.

Purwa rupa produk
Guy Kawasaki mengatakan bahwa, riset pasar terbaik adalah dengan melemparkan produk pasar dan melihat apakah orang membelinya. Rencana bisnis terbaik adalah menciptakan sesuatu yang besar dan bisa dijual dengan cepat.

Jadi, bagaimana bisa sampai ke pelanggan ketika bisnis Anda masih dalam tahap ide? Membuat purwa rupa produk adalah jawabannya. Idenya adalah membuat sebuah produk yang dapat mewakili ide utama start-up atau yang memecahkan masalah inti pelanggan.

Bentuknya bisa berupa slide presentasi, kotak dialog, atau hanya sebuah landing page. Sebuah prototipe dapat menjadi produk yang sebenarnya berfungsi dengan fitur inti yang ditawarkan.

Kemudian berbagilah dengan jaringan Anda dan lihat respon mereka. Apakah mereka bersemangat untuk menggunakannya? Apakah memenuhi kebutuhan mereka atau produk Anda mengatasi masalah mereka? Apakah mudah untuk digunakan?

Landing page
Anda tidak (belum) memiliki produk tapi ingin pelanggan membelinya? Landing page merupakan pilihan terbaik. Buatlah teaser atau laman arahan promosi yang menyoroti proposisi inti dari start-up Anda. Mintalah alamat email mereka dengan menawarkan imbalan atau hanya untuk memperbarui kapan start-up diluncurkan.

Jumlah email pelanggan akan menentukan berapa banyak orang yang tertarik pada start-up Anda. Untuk meningkatkan traffic, Anda bisa menggunakan Google Adword dan kampanye pemasaran Facebook. Kemudian arahkan iklan ke laman arahan untuk mendorong traffic. Gunakan juga Google Search dan jaringan mitra untuk menyebarkan kampanye tersebut.

Tentunya Anda lebih suka menghabiskan sedikit uang ketimbang membangun produk yang tidak diinginkan pelanggan bukan?

Crowdfunding
Crowdfunding merupakan sarana yang sangat baik untuk produk Anda dalam mencari dana. Platform seperti Kickstarter, RocketHub, Indiegogo telah mempopulerkan konsep ini. Platform ini berfungsi untuk mempertemukan start-up yang mencari dana dengan individu yang tertarik untuk berkontribusi pada ide atau produk di internet.

Selain mencari dana, Anda juga bisa mengetahui berapa banyak orang yang tertarik dengan produk atau jasa tersebut.

Apapun jalan yang Anda gunakan, pastikan Anda membuat atau membangun sesuatu yang pelanggan inginkan. Seperti apa yang dikatakan Kawasaki, “This isn’t rocket science. It’s mostly hard work and luck.”
Sumber:business2community

Rabu, 03 Juli 2013

Cara Mendapatkan Ide Besar untuk Bisnis Anda


ide besar
Tidak diragukan lagi kreativitas merupakan sesuatu yang sangat penting bagi pertumbuhan bisnis. Tapi, bagaimana pemasar bisa mendapatkannya? Berikut unsur-unsur kunci yang diperlukan untuk sukses.
Kreativitas merupakan salah satu pendorong paling berharga dari pertumbuhan bisnis. Jika difokuskan dengan tepat, kreativitas dapat membangun keunggulan kompetitif, menarik pelanggan dan menciptakan nilai riil. Organisasi-organisasi yang menghormati dan menghargai kreativitas umumnya sangat inovatif dibanding mereka yang tidak.
Namun, pemasar jangan berharap kreativitas akan bertahan dalam bisnis kecuali budaya dan metodologi-metodologi yang mendukungnya dipelihara. Ada banyak perdebatan mengenai siapa yang bisa menjadi kreatif, dan jelas ada yang lebih baik dari yang lain.
Namun, siapapun dapat mempelajari keterampilan yang diperlukan untuk itu. Berikut empat prinsip memasukan kreativitas ke dalam pemasaran:
Waktu
Berpikir kreatif menuntut waktu, tapi Anda tidak bisa mengandalkan itu. Seperti dikutip marketingmagazine, tim teknis 3M mengalokasikan hingga 15% waktu mereka untuk proyek-proyek yang mereka pilih.
Sementara IBM, mereka memiliki apa yang mereka sebut “Think Fridays” dan karyawan Pixar dapat menghabiskan waktu hingga empat jam dalam seminggu untuk terlibat dalam kegiatan yang tidak berkaitan dengan pekerjaan. Namun, perusahaan atau lembaga jasa yang bisnisnya sangat berkaitan dengan waktu pasti menghadapi tantangan khusus dalam hal ini.
Tugas
Usaha kreatif memerlukan tujuan akhir.  “Campaign for real beauty” milik Dove didorong oleh “ide besar” yang dengan jelas menyatakan bahwa “dunia akan menjadi tempat yang lebih baik jika Dove bisa membuat lebih banyak wanita merasa lebih cantik setiap hari”.
Dengan mendorong wanita untuk mengurus diri mereka sendiri, Dove memiliki dampak positif pada harga diri para perempuan. Pada akhirnya hal tersebut membantu membangun hubungan emosional yang lebih kuat dengan merek. Tugas ini jelas membantu melepaskan kreativitas yang besar di belakang inisiatif iklan tersebut.
Target
Kreativitas memerlukan pengarahan yang hati-hati. Sebagian perusahaan sukses telah mengembangkan cara mereka sendiri untuk membenamkan diri dalam dunia pelanggan mereka.
Lego misalnya, menjaring ide dari para konsumen untuk mengembangkan produk baru. Crayola melakukan latihan besar-besaran untuk benar-benar memahami target pelanggan sebelum memulai inovasi produk utama mereka.
Unilever memiliki “Consumer Nation”, di mana para karyawan mengalami banyak pengalaman dengan konsumen dengan menggunakan fasilitas pelacakan, pengawasan, dan berbagi pembelajaran di seluruh organisasi.
Teknik
Banyak orang termasuk pemasar memerlukan bantuan untuk berpikir kreatif. Ada beberapa teknik terkenal yang dapat membantu memecahkan pola dan rutinitas rumit. Mulai dari brainstorming, ide generasi yang terstruktur, penyaringan ide yang paling menjanjikan, dan pengoptimalan ide-ide. Namun, berikut ini adalah beberapa contoh yang tidak biasa:
  • Tim di Facebook, mereka berpindah-pindah tempat duduk, dan furniture, atau bergabung dengan kelompok baru dalam beraktivitas dan menemukan ide-ide baru.
  • British Airways menempatkan orang di pesawat – sebuah inovasi laboratorium penerbangan – untuk memecahkan masalah.
  • Kini semakin banyak perusahaan FMCG (Fast Moving Consumer Goods) meminjam dari dunia IT, untuk menyesuaikan “Hackathon model” guna memancing munculnya ide.
Jadi, meluangkan waktu dapat mengubah pemikiran kreatif. Inovasi dan ide-ide terobosan besar datang ketika didorong oleh pikiran kreatif. Dalam dunia yang didominasi oleh teknologi dan data yang besar, jangan melupakan nilai kreativitas dan ide-ide besar.

5 Pelajaran Personal Branding dari Jose Mourinho


Jose-Mourinho-1
Dibenci sekaligus diidolakan, itulah Jose Mourinho. Sosoknya begitu fenomenal. Ketika tidak ada pertandingan, Jose Mourinho yang kini kembali ke Inggris untuk melatih Chelsea selalu menjadi pemberitaan banyak media.

Tentu saja, itu adalah hasil dari kesuksesan pria Portugis – kendati ada beberapa tindakan-tindakan dia yang aneh – dalam membangun personal branding. Dia  tidak hanya mampu bertahan melewati ujian waktu, namun juga berhasil menyesuaikan diri dengan perubahan kondisi dan area sekitarnya.

Mourinho “Mou” sebenarnya merupakan contoh nyata betapa pentingnya personal branding, baik dari sisi media offline maupun online.

Berikut lima pelajaran yang bisa Anda renungkan dari pelatih yang sukses membangun merek sendiri bahkan mengalahkan pemain bintangnya seperti kami kutip dari Business2community.com:
Personal brand Anda didasarkan pada hasil
Dalam jangka pendek, personal brand dapat direkayasa oleh PR dan ahli komunikasi, namun hanya akan bertahan melewati ujian waktu jika itu memang karakter yang nyata.
Prestasi berulang Mourinho dengan tim berbeda telah mendorongnya menjadi pelatih sepak bola yang luar biasa. Merek “Mou” pun mulai menggelepar dan perlu mutasi untuk bertahan hidup. Contoh lainnya adalah mantan juara dunia dan pelatih Argentina, Maradona.

Personal brand yang kuat artinya margin error lebih besar
Bahkan pendukung Mourinho yang paling bersemangat sekalipun menunjukkan penilaian buruk untuknya, baik di dalam maupun luar lapangan. Tapi pelajaran bagi kita adalah tindakan dan kesalahan yang dapat membahayakan karirnya sebagai pelatih bagi Mourinho hanyalah sebuah rintangan belaka. Rintangan yang dapat dia hindari dengan sangat mudah.

Hal ini menunjukkan pentingnya loyalitas merek bagi individu sama seperti halnya merek. Ketika merek menjamin loyalitas pengikutnya, identifikasi psikologi dibuat sebagai bagian dari mereka. Seperti yang kita semua tahu, kita lebih siap memaafkan kesalahan kita dibanding orang lain.

Personal branding melipatgandakan pengaruh dalam organisasi
Personal branding telah memungkinkan individu-individu seperti Jose Mourinho untuk mencapai tingkat pengaruh yang lebih besar dalam organisasi. Dalam sejarah sepak bola, baru Mou yang berhasil memanfaatkan Real Madrid, dan belum pernah disamai oleh pelatih sepak bola profesional lainnya.

Sehingga para pengkritik mengatakan sekarang identitas organisasi (Real Madrid) tersebut sedang terdilusi oleh individu – dengan semua hal yang dapat membawa risiko. Jadi, sangatlah mungkin, “personal brand yang kuat = pengaruh yang lebih besar”.

Personal branding memerlukan perhatian yang konstan
Ketika personal brand kita menjadi lebih kuat, lebih dikenal, dan lebih menghasilkan, gema pendapat dan tindakan kita secara eksponensial menjadi besar. Dengan begitu personal branding kita menuntut perawatan dan perhatian yang konstan.

Kerusakan yang diakibatkan oleh sebuah komentar negatif atau foto yang tidak sesuai bisa menimbulkan kerusakan pada merek. Dengan begitu kita harus menahan diri dan mendelegasikan unsur manajemen personal branding dan berkomunikasi dengan para ahli untuk mencari bantuan – seperti Mourinho dengan Eladio Parames. Kecuali seperti halnya yang dilakukan oleh Mou, kontrovesi bekerja sesuai keinginan Anda!

Personal brand Anda adalah milik pengikut juga
Salah satu kesalahan terburuk perusahaan besar terkadang membuat asumsi bahwa merek adalah milik mereka dan dapat mengelolanya tanpa dukungan atau masukan dari pengikut.
Bahkan perusahaan multinasional seperti Coca-Cola bisa membuat kesalahan, seperti Coke eposide baru di tahun 80-an. Meskipun dari sudut pandang hukum perusahaan dapat ‘memiliki’ merek mereka, namun dalam prakteknya merek dimiliki bersama oleh banyak penggemar.

Personal brand tidak jauh berbeda. Personal brand Anda adalah sebuah proyek bersama dengan para pengikut. Dalam konteks ini, Mourinho telah siap meminta maaf kepada para pendukungnya untuk beberapa kesalahan yang dia buat – seperti insiden ketika jarinya menusuk mata asisten pelatih Barcelona FC. Permintaan maafnya telah membuat para fansnya memaafkan Mou dengan cepat meskipun media heboh mencela dirinya.

Mourinho mungkin tidak selalu menjadi panutan yang baik bagi sportivitas. Tapi, tanpa diragukan lagi  ia adalah contoh yang hidup di era baru di mana pertumbuhan kekuatan personal branding tidak bisa lagi diabaikan.