Kamis, 03 Juli 2014

Tiga Pertimbangan dalam Membesarkan Sebuah Kota

Sumber ilustrasi: http://aieseclife.org/
Jumlah kaum urban dari tahun ke tahun makin bertambah. Departemen Ekonomi dan Sosial dari PBB memprediksi pada tahun 2030, lima miliar atau sekitar 60 persen penduduk bumi akan tinggal di perkotaan.  Bila dibandingkan tahun ini, angka ini menunjukkan perkembangan pesat. Penduduk bumi yang tinggal di perkotaan saat ini berjumlah 3,6 miliar jiwa.
Pertumbuhan masyarakat urban ini didorong dengan peningkatan pertumbuhan ekonomi, khususnya di negara-negara berkembang.  Seperti dikutip dari McKinsey Quarterly, para pemimpin di negara-negara berkembang harus bisa mengelola realitas kota-kota tersebut, khususnya mengatasi urbanisasi pada skala yang mungkin belum pernah merek alami selama ini. Sementara itu, salah satu tantangan yang dihadapi oleh para pengelola kota, antara lain menuanya infrastruktur kota untuk memenuhi kebutuhan kaum urban baru tersebut. 
Untuk memahami proses inti dari transformasi kota-kota dan laju urbanisasi tersebut, McKinsey membuat sebuah riset khusus dengan data-data komprehensif seputar ekonomi urban, kehidupan sosial, dan indikator performa lingkungannya. 
Riset ini dilakukan dengan wawancara dengan 30 walikota dan pemerintah kota di empat benua. Riset ini berhasil mensintesis temuan-temuan yang jumlahnya lebih dari 80 studi kasus. 
Dari temuan tersebut, ada tiga hal yang biasanya dilakukan oleh pengelola kota dalam membesarkan kotanya tersebut.
Pertama, mereka mengalami pertumbuhan yang cerdas. Hal ini mengacu pada aneka peluang pertumbuhan yang dialami oleh sebuah kota dan segala isinya. Mereka memiliki pemikiran yang integral tentang kota dan lingkungan hidup. Selain itu, mereka juga memastikan semua warga kota bisa menikmati kemakmuran yang dicapai oleh kota tersebut. 
Pengelola kota yang baik juga berpikir tentang pertumbuhan secara regional. Alasannya, mau tidak mau, pertumbuhan kota sebagai metropolis ini tidak bisa dilepaskan dari keberadaan kota-kota lain di sekitarnya. Pengelola kota perlu menjalin kerjasama dengan pengelola kota di sekitarnya untuk mewujudkan layanan bersama secara regional. 
Satu hal penting yang tidak boleh dilupakan pengelola kota ini adalah integrasi lingkungan dalam keputusan ekonomi. Misalnya, kota harus berinvestasi dalam infrastruktur yang mampu mengurangi emisi, limbah produksi, pengguna air, dan mendukung masyarakat dengan densitas tinggi. 
Kedua, melakukan banyak hal dengan biaya sedikit.  Kota-kota besar biasanya memiliki strategi untuk mengamankan semua pendapatan kotanya.  Sebab itu, para pengelola kota perlu mengeksplorasi kemitraan investasi, memanfaatkan teknologi mutakhir, merampingkan organisasi kinerja agar lebih efektif dan efisien,  serta mampu mengelola pengeluaran.  
Kemitraan investasi kota tadi bisa dilakukan dengan  kerjasama antara pihak swasta dan pemerintah. Hal ini diklaim menjadi elemen penting untuk pertumbuhan kota tersebut karena memberikan biaya yang lebih rendah, sementara infrastruktur dan layanannya bisa lebih berkualitas. 
Ketiga, terbuka pada perubahan. Kota yang besar senantiasa dinamis dan terbuka pada perubahan. Ini menjadi tantangan tersendiri bagi para pengelola kota tersebut.  Pengelola kota yang sukses biasanya didukung dengan tim yang berkinerja tinggi dan mampu menciptakan lingkungan kerja yang mendukung karyawannya mampu bertanggung jawab pada pekerjaannya masing-masing. Bagi pegawai negeri, pemerintah perlu melatih  mereka memanfaatkan teknologi terkini agar pengelolaan kota makin efektif dan efisien. Tak ketinggalan melakukan kerjasama dengan banyak pihak, seperti perusahaan swasta. 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar