Kamis, 10 Juli 2014

Tiga Cara Memasarkan Misi Kepada Konsumen

Sumber Ilustrasi: http://www.professorbeej.com


Membuat sebuah misi memang tidak gampang bagi perusahaan. Termasuk juga di sini adalah merumuskan misi. Misi yang baik dirumuskan dalam kalimat sederhana dan ringkas. Sederhana di sini tak lain agar bisa mudah dipahami. Tidak hanya gampang dipahami oleh karyawan di perusahaan tersebut. Tapi, juga oleh dua pemangku kepentingan lainnya, yakni konsumen dan pemegang saham.

Tulisan berikut berisi tentang bagaimana memasarkan sebuah misi perusahaan kepada konsumennya. Pertanyaan awal, mengapa misi perusahaan ini perlu dikomunikasikan kepada pelanggan?  Pada dasarnya, penyampaian misi ini tak lain agar konsumen bisa mengenal dan akhirnya merasa memiliki merek tersebut.  Ada banyak contoh bagaimana merek akhirnya menjadi milik konsumen sendiri. Ada Coca-Cola dengan segala kampanye kreatif mereka yang menyentuh emosi konsumen. Ada lagi Apple, Virgin, Facebook, Twitter, IKEA, dan sebagainya.

Philip Kotler dalam bukunya yang ia tulis bersama Hermawan Kartajaya berjudul “Marketing 3.0, Mulai dari Produk, ke Pelanggan, ke Human Spirit” (2010), mengatakan ada tiga cara ideal memasarkan misi kepada konsumen. Tiga cara itu adalah membangun bisnis yang tidak biasa (business as unsual), metode bercerita (story that moves people), dan pemberdayaan konsumen (consumer empowerment).

Pertama, bisnis yang tidak biasa. Ide bisnis yang tidak biasa tentu saja memiliki nilai dan daya tarik tersendiri bagi konsumen. Apalagi konsumen senantiasa mengharapkan sesuatu yang baru dan berbeda. Yang tidak biasa di sini bisa diartikan sebagai sesuatu yang baru atau sesuatu yang berubah dari yang lama menjadi baru. Nah, janji transformasi yang baru inilah yang kudu disampaikan kepada pelanggan.
Kedua, menggunakan metode bercerita. Metode bercerita adalah metode yang terbukti mumpuni dalam menyampaikan pesan kepada audiens yang bersangkutan. Metode mampu melibatkan kesadaran audiens, baik emosi, indera, maupun intelektualnya. Dengan bercerita, karakter-karakter yang ditampilkan bisa dengan mudah menjadi bagian dari kehidupan audiens. Bahkan, audiens bisa merasa terlibat di dalam cerita maupun pergulatan yang dialami oleh karakter-karakter dalam cerita tersebut. Tentunya, kalau plot ceritanya sendiri memang menarik. FedEx dengan film Cast Away, misalnya, menjadi contoh menarik. Ada lagi kisah Walt Disney, The Body Shop, Honda, McDonald’s, dan sebagainya.  Tentu saja, cerita ini bukan cerita fiktif. Tapi, cerita yang diambil dari pengalaman nyata merek dengan konsumennya.
Ketiga, memberdayakan konsumen. Di era horisontal seperti sekarang, melibatkan konsumen dalam misi tersebut. Misalnya, mengajak konsumen untuk berbuat sesuatu demi misi tersebut. Misi tersebut tidak hanya milik perusahaan, tapi juga milik konsumen. Kolaborasi, co-creation, membangun percakapan tentang misi bersama pelanggan bisa menjadi langkah pemberdayaan tersebut.  Misalnya, The Body Shop memiliki misi untuk penciptaan produk-produk ramah lingkungan dan tidak menggunakan bahan baku binatang. The Body Shop berhasil melibatkan masyarakat konsumennya untuk  terlibat dalam kampanye dan aksi nyata misi tersebut.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar