Kamis, 10 Juli 2014

Mengupas Strategi Unilever Bertahan di Indonesia

Untuk menjadi pemain terbesar di dunia kebutuhan konsumsi Tanah Air tentunya PT Unilever Indonesia Tbk. memiliki sebuah strategi khusus. Salah satunya adalah 4G Model, yang merupakan kependekan dari Grow Consistenly, Grow Competitively, Grow Profitably, Grow Responsibly. Konsep inilah yang membuat perusahaan ini mampu bertahan hingga akhirnya berusia 80 tahun.
Maurits Lalisang, Direktur Utama PT Unilever Indonesia Tbk. mengatakan, maksud dari 4G pertama adalah tumbuh dengan konsisten. Selama 10 tahun terakhir, Unilever Indonesia telah tumbuh konsisten dan meraih CGAR 14,7%. "Jadi bukan tahun ini naik, tahun depan turun. Tapi, konsisten tumbuh," kata Maurits.
Pada tahap ini, ada tiga strategi yang bisa dilakukan. Yaitu menarik lebih banyak konsumen, meningkatkan lebih banyak konsumsi, dan menciptakan inovasi produk yang menawarkan lebih banyak manfaat bagi pengunanya. Contoh menarik lebih banyak konsumen adalah strategi Unilever merilis Rexona Deo. Produk ini hadir dengan fungsi yang unik, praktis, dan bisa dipakai oleh kaum pria atau perempuan.
Sedangkan meningkatkan lebih banyak konsumsi muncul pada produk Pepsodent. Siapa sangka kampanye dua kali sikat gigi Unilever terbukti ampuh meningkatkan konsumsi masyarakat terhadap pasta gigi. "Kebanyakan orang Indonesia sebelumnya sikat gigi hanya sekali, ketika pagi hari. Padahal yang terpenting adalah malam hari sebelum tidur," katanya.
Adapun contoh menciptakan inovasi produk yang menawarkan lebih banyak manfaat terlihat dari produk Ponds Masstige. Meskipun harganya lebih mahal, namun produk ini menghadirkan manfaat yang lebih banyak. "Kelas menengah di Indonesia diprediksi berjumlah 74 juta, dan ini menjadi pasar yang potensial," kata Maurits.
Sedangkan pada Grow Competitively, Unilever sadar bahwa persaingan yang ada semakin ketat sehingga mereka pun harus memiliki produk yang bisa menjadi pilihan utama konsumen. Produk yang menjadi andalan adalah Keratin Smooth dari Tresemme yang mendapat sambutan baik dari konsumen, Pond's Men yang dirancang dan menyasar kaum pria, hingga Molto Ultra Pure yang diklaim bisa membuat pakaian lebih lembut tiga kali lipat, dan lainnya.
Pada G3, yaitu Grow Profitably, adalah strategi Unilever mempertahankan profit yang sangat baik di atas rata-rata industri, inovasi yang margin-accretive, serta mengelola portofolio dengan optimal. "Kami secara terus menerus meningkatkan efektivitas dan efisiensi di semua rantai proses dan meniadakan proses yang tidak memberikan nilai tambah," kata Maurits.
Terakhir, adalah Grow Responsibly atau tumbuh secara bertanggung jawab. "Indonesia menghadapi berbagai masalah, seperti kemiskinan, kesehatan, keberlanjutan sumber daya alam hingga perubahan iklim. Bila tidak disikapi dengan benar, maka nantinya mempengaruhi iklim bisnis kami," kata Maurits. Itulah mengapa, Unilever pun meluncurkan tiga strategi untuk mewujudkan itu, yaitu menurunkan dampak terhadap lingkungan, meningkatkan kesehatan masyarakat, serta meningkatkan penghidupan pada rantai mereka.
Salah satu produk yang untuk menghadapi buruknya kondisi lingkungan adalah Molto Sekali Bilas. "Dalam mencuci, air banyak terbuang ketika kita membilas, entah karena masih licin atau lainnya. Itulah mengapa kami kami membuat produk yang cukup sekali bilas," katanya. Sedangkan untuk meningkatkan penghidupan, Unilever bekerjasama untuk penyediaan bahan baku bersama para petani. "Sudah ada 15.000 petani gula kelapa yang bekerjasama dengan Unilever. Kami juga hanya menggunakan keledai hitam untuk pembuatan Kecap Bango yang semua berasal dari rekan petani kami," katanya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar