Selasa, 08 Juli 2014

New Wave Marketing: Pemasaran dalam Dunia yang Tunggang Langgang





Dunia sudah berubah

Dunia sudah berubah.  Internet dengan segala perkembangannya, misalnya, telah mengubah banyak lini kehidupan manusia. Pola komunikasi dan relasi manusia kontemporer pun berubah. Orang-orang dari berbagai belahan bumi saling terhubung  dalam kekinian—real time.  Meminjam istilah sosiolog Inggris David Harvey,  waktu dan jarak sudah termampatkan (time-space compression). Jarak, bagi orang-orang modern bukan menjadi masalah lagi untuk saling berkomunikasi dan terhubung.

Keterhubungan ini ini membuat orang saling memengaruhi. Apa yang terjadi di belahan dunia satu bisa memengaruhi kejadian di belahan bumi yang lain. Anthony Giddens menyebutnya dengan proses embedding dan reembedding. Terjadi pencerabutan sebuah ide peristiwa dari konteksnya (disembedding) dan ditanamkan kembali ke dalam konteks lain (reembedding). Misalnya, gerakan "Occupy" yang berada  di Madrid, Spanyol dan WallStreet, Amerika Serikat menimbulkan gerakan-gerakan serupa di negara lain. Efek domino ini terjadi berkat teknologi informasi yang semakin canggih. Contoh lain, gejolak harga tembakau di Temanggung bisa memengaruhi gejolak saham di Wall Street.

Selain itu, era sekarang juga  mengusung transparansi di berbagai bidang. Teknologi mutakhir menyuguhkan inklusivitas di banyak hal. Teknologi informasi ini membuat masyarakat sekarang well-informed. Masyarakat menjadi semakin berdaya dan mempunyai daya tawar dengan kekuasaan—baik itu kekuasaan dalam arti politik, sosial, budaya, maupun bisnis.

Sementara, teknologi terus berkembang dengan cepat dan memberi aneka kejutan baru. Meminjam istilah Giddens, dunia sekarang sedang tunggang langgang—sebuah runaway world!


Bingkai 5 C

 Di tengah arus perubahan tersebut, lanskap bisnis juga berubah. Empat komponen lanskap bisnis yang terdiri dari 4 C, yakni Change, Company, Competitor, Customer tidak lagi mencukupi. Di era sekarang, dibutuhkan satu komponen lagi, yakni Connector.

Change dalam bisnis ditandai dengan pergeseran dari eksklusivitas menuju inklusivitas.  Teknoloogi membuat bisnis semakin transparan dan membuat konsumen semakin well-informed. Para pemainnya pun di era sekarang semakin banyak. Monopoli sudah tidak relevan lagi. Sebab itu, kolaborasi menjadi pilihan tepat untuk mengatasi problem ekonomi di era sekarang. Pemain bisnis, sekalipun itu, pemain besar dan pemain lama perlu melakukan kolaborasi dengan pemain lainnya yang mungkin skalanya lebih kecil.

Perubahan yang kedua adalah pola dan paradigma bisnis yang vertikal menuju horizontal. Teknologi informasi dengan segala turunannya, seperti media sosial, telah mengubah pola relasi antara perusahaan dan konsumennya, serta antarkonsumennya sendiri. Hubungan sekarang tidak lagi vertikal, tapi sudah mengarah pada kesejajaran alias horizontal. Konsumen tidak lagi menjadi objek pemasaran perusahaan tapi menjadi subjek yang sejajar. Apalagi dengan keterhubungannya dengan konsumen lain dan gampangnya konsumen mendapatkan informasi tentang produk, merek, maupun perusahaan, daya tawar konsumen menjadi lebih tinggi bila dibanding di era Legacy.

Pada era ini, customer tidak lagi diperlakukan sebagai objek maupun sebagai raja, tapi sebagai sahabat. Lanskap kompetisinya pun berubah dengan pola yang horizontal. Pemain tidak lagi mengandalkan ukuran, kuantitas, asal negara, maupun keuntungan masa lampau untuk meraih kesuksesannya. Sekarang, pemain kudu bisa terhubung dengan komunitas untuk bersama pelanggan melakukan kreasi bersama (co-creation) maupun berkerjasama dengan kompetitor dalam co-opetition.

Perubahan di lanskap bisnis yang ketiga adalah dari individual ke sosial. Pemasaran dalam dekade silam tampil individual—baik secara perusahaan maupun  secara target konsumen seturut hierarki vertikal. Sekarang, dengan keterhubungannya dengan banyak pihak, pemasaran bersifat sosial, lebih menyasar banyak individu maupun komunitas. Tren yang muncul di era sekarang adalah pemasaran secara kolaboratif.

Empat komponen “C” di era Legacy perlu ditambah satu lagi C, yakni Connector. Perusahan harus bisa menjadi penghubung dan fasilitator antara perusahaan dengan pelanggan, pelanggan dengan pelanggan, pelanggan dengan kompetitor, dan sebagainya.

Fakta yang menarik di era ini: telah terjadi pergeseran dominasi peran dari Senior-Men-Citizen menjadi Youth-Women-Netizen. Selain itu, pertumbuhan ekonomi membuat kaum urban meningkat yang mana youth-women-netizen lebih kreatif ketimbang senior-men-citizen.

12 C New Wave  Marketing

Perubahan di atas memberi konsekuensi pada konsep-konsep pemasaran yang layak dibaca ulang. Berikut adalah tabel pergeseran dari konsep Legacy menjadi New Wave Marketing:

  1. Segmentasi bergeser menjadi Communitization

  2. Targeting bergeser menjadi Confirmation

  3. Positioning bergeser menjadi Clarification

  4. Differentiation bergeser menjadi Codification

  5. Product bergeser  menjadi Co-creation

  6. Price bergeser menjadi Currency

  7. Place bergeser menjadi Communal Activation

  8. Promotion bergeser menjadi Conversation

  9. Selling bergeser menjadi Commercialization

  10. Branding bergeser menjadi Character

  11. Service bergeser menjadi Caring

  12. Proces bergeser menjadi Collaboration








[1] Review kelas New Wave Marketing yang dibawakan oleh Dr. Jacky Mussry, 19 September 2011

Tidak ada komentar:

Posting Komentar