Sebuah
model perubahan organisasi yang dikembangkan oleh David Hurst. Bukunya
yang berjudul "Crisis & Renewal" yang diterbitkan pada tahun 1995,
menyajikan model yang menggambarkan evolusi yang terjadi dalam sebuah
organisasi yang tersebut organizational ecocycle model.
David Hurst menggambarkan proses evolusi tersebut dengan infinity loop. Loop ini dibagi ke dalam empat fase sebagai bagian dari tahapan evolusi perusahaan, yakni eksploitasi, konservasi, creative destruction, dan akhirnya renewal. Keempat tahap itu mewakili siklus perusahaan, dari lahir, tumbuh berkembang, menua, mengalami krisis, dan kemudian memperbarui diri (creative destruction), dan berujung pada peremajaan (renewal).
. Proses ini, menurut Hurst, berawal saat perusahaan itu lahir. Khususnya, saat perusahaan ini menentukan pilihan bisnis dan lanskap bisnis yang ia masuki. Usai lahir, perusahaan itu memasuki tahapan entrepreneurial action (fase 8) saat di mana pasar yang dimasuki masih belum tereskploitasi. Relasi bisnis dengan lingkungan bisnis terjadi melalui learning process, berlangsung intensif dan gerak perusahaan bisa begitu cepat, fleksibel, dan lentur.
Usai perusahaan mulai mendapatkan keuntungan dan sukses di pasar, perusahaan itu memasuki tahap I. Perusahaan ini berkembang pesat dan secara perlahan mulai membesar seiring dengan berkembangnya pasar. Seiring dengan itu, birokrasi, hierarki, dan job description serta prosedur mulai terbentuk.
Strategi yang terumuskan dalam fase 8 menjadi desain bisnis perusahaan yang baku dan cenderung statis tanpa ada lagi learning process. Sementara itu, pasar mulai membesar, kompetitor bermunculan dan makin intensif berebut pasar, fragmentasi pasar juga mulai terjadi. Pada tahap inilah, bottleneck terjadi. Perusahaan mulai gemuk, lamban, dan kurang licah mengikuti dinamika binsis. Saat makin jenuh dan menuanya pasar, penjualan pun sampai pada titik puncak dan siap terjun bebas (fase 2). Pada tahap ini, perusahaan mulai terjebak pada krisis. Kinerja perusahaan merosot tajam. Pelanggan satu demi satu pergi. Tak ayal, moral karyawan juga terguncang. Saat ada krisis, ada dua kemungkinan yang bakal menimpa perusahaan. Pertama, perusahaan akan bangkrut dan tutup. Kedua, perusahaan akan tetap eksis dan makin kokoh dengan melakukan program renewal.
Fase creative destruction menjadi fase 4 di mana pada tahap ini perusahaan mengubah secara mendasar dasar-dasar pengelolaan perusahaan. Creative destruction bermula dari kebingungan atau confusion (fase 5) lantaran krisis yang menimpa. Pada taraf ini, biasanya muncul pemimpin karismatik (fase 5) yang menyuguhkan energi, ide-ide, dan nilai-nilai baru ke perusahaan.
Pada creative destruction, saya memberi contoh sosok Jack Welch dan Roberto Goizueta. Keduanya merupakan sosok pemimpin karismatik. Jeck Welch berhasil membawa GE keluar dari krisis perusahaan. Demikian juga dengan Roberto Goizueta dengan Coca-Cola. Jeck Welch saat bergabung dengan GE pada tahun 1981 langsung membuat krisis dengan melakukan restrukturasi, yakni dengan membabat layer dan hierarki organisasi, memangkas seratusan ribu karyawan, lalu fokus pada bisnis-bisnis yang ia yakini bakal membawa GE menuju kesuksesan.
Pada tahapan itu, transformasi membutuhkan seorang pemimpin yang berpengaruh. Mimpi, energi emosional, ambisi, maupun nilai-nilai yang dibawa pemimpin karismatik akan menginspirasi dan memengaruhi seluruh unsur organisasi. Ini bakal menjadi kekuatan besar di perusahaan untuk mencapai transformasi. Di bawah pengaruh pemimpin karismatik inilah perusahaan mampu berubah menjadi muda kembali (fase 6). Tim perusahaan kembali bersemangat entrepreneurial, bisnis mulai lincah, dan perusahaan mengalmi peremajaan kembali (fase 8).
David Hurst menggambarkan proses evolusi tersebut dengan infinity loop. Loop ini dibagi ke dalam empat fase sebagai bagian dari tahapan evolusi perusahaan, yakni eksploitasi, konservasi, creative destruction, dan akhirnya renewal. Keempat tahap itu mewakili siklus perusahaan, dari lahir, tumbuh berkembang, menua, mengalami krisis, dan kemudian memperbarui diri (creative destruction), dan berujung pada peremajaan (renewal).
. Proses ini, menurut Hurst, berawal saat perusahaan itu lahir. Khususnya, saat perusahaan ini menentukan pilihan bisnis dan lanskap bisnis yang ia masuki. Usai lahir, perusahaan itu memasuki tahapan entrepreneurial action (fase 8) saat di mana pasar yang dimasuki masih belum tereskploitasi. Relasi bisnis dengan lingkungan bisnis terjadi melalui learning process, berlangsung intensif dan gerak perusahaan bisa begitu cepat, fleksibel, dan lentur.
Usai perusahaan mulai mendapatkan keuntungan dan sukses di pasar, perusahaan itu memasuki tahap I. Perusahaan ini berkembang pesat dan secara perlahan mulai membesar seiring dengan berkembangnya pasar. Seiring dengan itu, birokrasi, hierarki, dan job description serta prosedur mulai terbentuk.
Strategi yang terumuskan dalam fase 8 menjadi desain bisnis perusahaan yang baku dan cenderung statis tanpa ada lagi learning process. Sementara itu, pasar mulai membesar, kompetitor bermunculan dan makin intensif berebut pasar, fragmentasi pasar juga mulai terjadi. Pada tahap inilah, bottleneck terjadi. Perusahaan mulai gemuk, lamban, dan kurang licah mengikuti dinamika binsis. Saat makin jenuh dan menuanya pasar, penjualan pun sampai pada titik puncak dan siap terjun bebas (fase 2). Pada tahap ini, perusahaan mulai terjebak pada krisis. Kinerja perusahaan merosot tajam. Pelanggan satu demi satu pergi. Tak ayal, moral karyawan juga terguncang. Saat ada krisis, ada dua kemungkinan yang bakal menimpa perusahaan. Pertama, perusahaan akan bangkrut dan tutup. Kedua, perusahaan akan tetap eksis dan makin kokoh dengan melakukan program renewal.
Fase creative destruction menjadi fase 4 di mana pada tahap ini perusahaan mengubah secara mendasar dasar-dasar pengelolaan perusahaan. Creative destruction bermula dari kebingungan atau confusion (fase 5) lantaran krisis yang menimpa. Pada taraf ini, biasanya muncul pemimpin karismatik (fase 5) yang menyuguhkan energi, ide-ide, dan nilai-nilai baru ke perusahaan.
Pada creative destruction, saya memberi contoh sosok Jack Welch dan Roberto Goizueta. Keduanya merupakan sosok pemimpin karismatik. Jeck Welch berhasil membawa GE keluar dari krisis perusahaan. Demikian juga dengan Roberto Goizueta dengan Coca-Cola. Jeck Welch saat bergabung dengan GE pada tahun 1981 langsung membuat krisis dengan melakukan restrukturasi, yakni dengan membabat layer dan hierarki organisasi, memangkas seratusan ribu karyawan, lalu fokus pada bisnis-bisnis yang ia yakini bakal membawa GE menuju kesuksesan.
Pada tahapan itu, transformasi membutuhkan seorang pemimpin yang berpengaruh. Mimpi, energi emosional, ambisi, maupun nilai-nilai yang dibawa pemimpin karismatik akan menginspirasi dan memengaruhi seluruh unsur organisasi. Ini bakal menjadi kekuatan besar di perusahaan untuk mencapai transformasi. Di bawah pengaruh pemimpin karismatik inilah perusahaan mampu berubah menjadi muda kembali (fase 6). Tim perusahaan kembali bersemangat entrepreneurial, bisnis mulai lincah, dan perusahaan mengalmi peremajaan kembali (fase 8).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar