Menjadi seorang tenaga pengajar di sebuah sekolah membuat saya sedikit banyak belajar mengenai seluk beluk pemasaran bisnis dalam bidang pendidikan. Produk yang ditawarkan dari bisnis pendidikan adalah jasa. Produk jasa ini diberikan melalui tenaga pengajar kepada murid-muridnya yang kemudian akan dinilai oleh orang tua atau wali murid apakah itu baik atau tidak. Inilah salah satu indikator yang menentukan kualitas baik tidaknya sebuah sekolah. Selain itu, beberapa hal lain yang juga diperhitungkan adalah kurikulum pendidikan yang diberikan, metode pengajaran yang berkualitas, dan juga fasilitas sekolah yang memadai.
Kalau kita telusuri, bisnis sekolah adalah bisnis dimana konsumennya memiliki ‘umur’ dalam menggunakan produknya. Sebutlah pre-school, jika murid-murid sekolah tersebut telah berumur lebih dari 6 tahun secara otomatis tidak bisa lagi ‘mengonsumsi’
produk sekolah tersebut. Hal inilah yang kemudian membuat sekolah
memutar otak bagaimana menarik para siswa baru. Oleh karenanya, salah
satu cara sekolah untuk dapat memasarkan produknya adalah dengan membuat
konsumen dapat menceritakan kehebatan produknya kepada calon konsumen
lain. Inilah strategi pemasaran yang disebut dengan Word of Mouth (WOM).
Secara nyata, penggunaan strategi pemasaran ini telah dilakukan oleh kebanyakan sekolah-sekolah dalam memasarkan produknya. Word of Mouth adalah strategi marketing
bagaimana orang bercerita tentang suatu produk dari mulut ke mulut. Hal
ini dimulai dengan kesan yang positif dari produk yang ditawarkan,
kemudian diceritakan lagi kepada orang lain, kemudian terus berlanjut
disampaikan dari satu orang ke orang lain. Kekuatan dari WOM adalah
cerita tersebut disampaikan atas keinginan sendiri, tidak ada paksaan
dari perusahaan untuk mempromosikan produknya sehingga orang-orang yang
diceritakan akan percaya penuh karena bukan pesan sponsor atau pun orang
yang menceritakan tidak memiliki kepentingan dengan produk tersebut.
Konsep WOM juga seringkali dikatakan sebagai C2C (customer to customer).
Dalam konteks sekolah, strategi ini melibatkan para konsumen sekolah
(orang tua atau wali murid) untuk mempromosikan sekolah atas dasar
kemauan sendiri ini. Mereka yang telah terkesan dengan sekolah tersebut
akan menceritakan atau bahkan mengajak orang lain untuk bergabung dengan
sekolah ini.
Menurut pengalaman
saya, sekolah tempat saya bekerja ini menerapkan strategi pemasaran yang
sama. Awalnya, para staf sekolah mulai dari kepala sekolah, staf
administrasi sampai staf pengajar berusaha untuk menjaga hubungan baik
dengan para orang tua murid dan bahkan berusaha untuk selalu memberikan
pelayanan terbaik. Bahkan, my Singaporean principal selalu
memberikan waktu bagi para orang tua untuk mendengarkan keluhan, meminta
saran atau sekedar berbincang. Hal ini dilakukan agar para orang tua
murid merasa SENANG, PUAS dan PERCAYA akan produk yang kami berikan dan
akhirnya dapat menjadi agen promosi sekolah kami. Dengan demikian kesan
positif tentang sekolah ini sudah melekat erat di kepala orang tua murid
dan tanpa sengaja atau pun disengaja, para orang tua murid ini sedikit
demi sedikit akan menjadi loyal dan bercerita ke satu, dua, bahkan
belasan orang tentang sekolah ini. Sempat saya mempunyai murid bernama
Valerie (bukan nama sebenarnya) yang berumur 2,5 tahun.
Suatu ketika Valerie tiba-tiba di kelas yang bercerita temannya akan
datang ke sekolah ini, saya tidak menanggapinya dengan serius karena
saya pikir dia hanya sekedar bercerita. Tak lama kemudian ketika saya
sedang mengajar, datanglah staf adminstrasi ke kelas saya dan berkata,
“Miss, ini Angel (bukan nama sebenarnya) mulai sekolah hari ini ya.
Angel ini temannya Valerie”. Lalu saya kaget dan tertawa ternyata apa
yang dikatakan Valerie itu benar. Lalu saya sempat bertanya kepada orang
tua Angel kenapa memilih sekolah ini lalu ia menjawab, “Karena mama-nya
Valerie bilang kalo sekolah ini bagus, ya udah deh saya masukin anak saya kesini.”
Bukti konkrit diatas
menunjukkan bahwa implementasi strategi WOM atau C2C ini dalam bisnis
pendidikan sangatlah ampuh. Dengan strategi pemasaran tersebut sekolah
pun memiliki sarana promosi tak berbayar atau costless. Bentuk promosi yang seperti ini juga sangat efektif dan berkesinambungan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar