"Perusahaan jaman sekarang punya kultur tapi harus fit dengan anxiety dan desire. Kedua hal tersebut penting karena mengalami perubahan terus menerus. Jika tidak bisa mengikuti, perusahaan akan kalah dalam berkompetisi," ujar Hermawan Kartajaya dalam MarkPlus Master Class Workshop 2013 pada Senin (1/7) 2013.
Menurut Hermawan, saat ini sedang tren berbagai kegalauan baru. Nah, agar perusahaan dapat bertahan tidak kalah dalam persaingan, harus ada diferensiasi dalam produk, serta karakter yang terus menerus bisa adaptasi dengan kegalauan baru para konsumen. Tugas brand juga untuk kemudian mencari dan meng-address kegalauan baru yang sedang tren.
"Coba kita lihat contoh Apple dan Google. Tim Cook dirasa sudah tidak punya sense menangkap kegalauan baru seperti halnya Steve Jobs. Memang ia terbilang masih bagus, namun di satu sisi Google lebih dapat menangkap kegalauan baru. Contoh paling sahih adalah ketika mereka dapat membuat orang buta mengemudikan mobil lewat device canggihnya. Itu artinya brand inovatif akan memenangkan persaingan dengan menangkap tren kegalauan konsumen, bahkan membuat apa yang dibutuhkan tanpa diminta konsumen dan menciptakan kegalauan baru," lanjut Hermawan.
Tren kegalauan terbaru itu ada di kalangan konsumen yang disebut youth, women, dan netizen. Itulah pasar potensial yang harus digarap brand karena berbagai kegalauan terbaru sedang ngetren ada di mereka. "Kalangan orang tua, pria, dan citizen bukan lagi pencipta tren. Justru kalangan anak muda yang populasinya kian banyak, wanita yang selalu galau akan tren baru, serta netizen yang ada karena sosialisasi di dunia maya, menjadi pencipta sebuah tren yang harus ditangkap oleh brand," tutup Hermawan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar