Umumnya, orang akan mencibir dan memberi pandangan negatif terhadap remaja yang selalu berbuat ulah. Namun siapa sangka bahwa remaja yang senang membuat masalah ternyata berpotensi untuk menjadi entrepreneur sukses. Hal ini terkuak dari paper yang dipublikasikan oleh Berkeley's Haas School of Business dan London School of Economics.
Berdasarkan laporan tersebut, remaja yang memiliki tendensi untuk berbuat onar biasanya tidak suka mengikuti norma umum, berpikir out of the box, dan agresif dalam persaingan. Sifat ini menjadi salah satu karakteristik yang dibutuhkan oleh seorang entrepreneur sukses. "Sejak entrepreneurship membutuhkan inovasi, hal ini menganjurkan untuk membuat sesuatu yang berbeda dan tidak melakukan seperti apa yang disuruh," ujar Ross Levine, salah satu penulis seperti yang dilansir Inc.com.
Hal ini didukung oleh riset data dari National Longitudinal Survey of Youth tahun 1979 yang mensurvei 12.868 responden usia 15-22 tahun. Survei ini kemudian digabung dengan data terkini dari U.S. Census Bureau dan Bureau of Labor Statistics. Informasi yang dikumpulkan lalu digunakan sebagai alat untuk mengukur kemampuan kognitif responden, self-esteem, kontrol diri dalam menentukan pilihan hidup, aktivitas pelanggaran hukum, serta regresi penghasilan.
Secara spesifik, paper tersebut menunjukkan bahwa 40 persen dari para individu yang disurvei pernah diberhentikan oleh polisi setidaknya sekali dan mengakui pernah mengambil barang orang lain dua kali ketika remaja. Namun Levine menyatakan bahwa perilaku agresif dan terlibat tindak kriminal tidak dapat menjamin kesuksesan entrepreneurial seseorang. Intelejensi, latar belakang keluarga yang baik, serta pendidikan yang memadai adalah hal lain yang harus dikombinasikan. Konsumen tentu tidak akan menerima entrepreneur yang menghalalkan segala cara demi profit. Bukankah begitu?
Tidak ada komentar:
Posting Komentar