Saat membuat sebuah bisnis, startup berfokus
pada ide dan cara bagaimana mengembangkan ide tersebut agar mampu
mencetak uang. Tak seorang pun ingin menghabiskan banyak waktu dan
energi pada ide yang tidak memiliki keuntungan. Namun, ada hal lain yang
juga sama pentingnya dengan ide dan perencanaan strategi, yaitu presentation skill. Menurut William E. Wijaya, hal tersebut lah yang kurang dipenuhi oleh sebagian besar startup di Indonesia.
Selaku Investment Manager di IMJ Fenox
PTE LD, sebuah perusahaan modal ventura yang bergerak di bidang
investasi di regional Asia Tenggara, Jepang, dan Amerika Serikat,
William mengamati bahwa kemampuan presentasi masyarakat Indonesia masih
kualitatif dan tidak numbers based.
"Dulu saat saya di Silicon Valley, startup picth presentation hanya
dua menit, bukan enam atau sepuluh menit. Yang dipresentasikan pun
adalah data-data berupa angka dengan visualisasi yang baik. Mereka
rata-rata hanya menggunakan tiga slide," kata William.
Menurut William, seorang entrepreneur harus mampu mengungkapkan gagasan dan ide bisnisnya dengan singkat dan padat. Ia pun menghimbau, startup Indonesia muai menggunakan metode presentasi tiga slide itu. "Kalau perlu hanya menggunakan kanvas, tanpa menggunakan apa-apa lagi," ungkapnya.
Menurutnya, pentingnya meminimalkan halaman slide bukan karena untuk meniru apa yang dilakukan startup di Amerika. Melainkan lebih kepada pemahaman bahwa semakin banyak slide yang
dipresentasikan, semakin banyak hal yang cepat terlupakan. Menurutnya
pula, banyak dari bagian yang terlupakan itu adalah bagian yang penting
untuk diketahui audience, termasuk para investor.
Sebagai orang yang bekerja di sebuah perusahaan investasi, William mengatakan hal pertama yang menjadi pertimbangan general investor untuk berinvestasi adalah profitabilitas yang dihasilkan perusahaan startup itu. "Kalau saya keluar uang segitu, break-even nya kapan, ROI dan scalability-nya
bagaimana. Kalau investasi Rp 100 juta mungkin tidak menarik, tetapi
kalau sudah bermain di angka miliaran, mungkin menjadi menarik. Apalagi
dengan growth yang sangat tinggi," papar pria yang terlibat sebagai juri di ajang Youth StartUp Icon 2013 ini.
Akan tetapi, untuk venture capital, William mengatakan yang pertama dilihat adalah platform, bukan revenue. "Kami melihat apakah platform
tersebut bisa dibawa ke luar negeri, bisa kami tawarkan ke partner kami
di Jepang dan Amerika Serikat agar bisa diakuisisi. Jadi platform based yang bukan sekadar website atau informasi saja," tambahnya.
William pun berujar, di tengah menjamurnya startup di Indonesia selama tiga tahun terakhir, Berrybenka menjadi salah satu startup
Tanah Air yang mendapat investasi terbesar tahun ini. Pasalnya,
e-commerce yang menjual barang-barng fesyen itu mendapat kucuran
finansial dari investor Jepang sebesar US$ 50 juta (lebih dari Rp 50
miliar).
"Saya katakan, untuk di bidang TI, mobile app itu cukup potensial di Indonesia. Jika ditanyakan mobile services
apa yang relevan dan membantu problem paling kecil di Tanah Air, saya
katakan e-commerce. Indonesia masih perlu banyak e-commerce," ungkap
William.
Untuk bisnis lain di luar TI, William mengatakan makanan adalah bisnis dengan pasar yang sangat berkembang. Baginya, "Food is always interesting. Selain itu, makanan merupakan bisnis yang mudah untuk dijejali oleh entry entrepreneur karena dapat dibuat ritel bisnisnya," pungkasnya.
Sangat bermanfaat mas , masih soal presentasi :D apa saja yang harus dipersiapkan sebelum mempresentasikan produk kita , terima kasih
BalasHapus