Jumlah kaum urban dari tahun ke tahun
makin bertambah. Departemen Ekonomi dan Sosial dari PBB memprediksi
pada tahun 2030, lima miliar atau sekitar 60 persen penduduk bumi akan
tinggal di perkotaan. Bila dibandingkan tahun ini, angka ini
menunjukkan perkembangan pesat. Penduduk bumi yang tinggal di perkotaan
saat ini berjumlah 3,6 miliar jiwa.
Pertumbuhan masyarakat urban ini didorong dengan peningkatan
pertumbuhan ekonomi, khususnya di negara-negara berkembang. Seperti
dikutip dari McKinsey Quarterly, para pemimpin di negara-negara
berkembang harus bisa mengelola realitas kota-kota tersebut, khususnya
mengatasi urbanisasi pada skala yang mungkin belum pernah merek alami
selama ini. Sementara itu, salah satu tantangan yang dihadapi oleh para
pengelola kota, antara lain menuanya infrastruktur kota untuk memenuhi
kebutuhan kaum urban baru tersebut.
Untuk memahami proses inti dari transformasi kota-kota dan laju
urbanisasi tersebut, McKinsey membuat sebuah riset khusus dengan
data-data komprehensif seputar ekonomi urban, kehidupan sosial, dan
indikator performa lingkungannya.
Riset ini dilakukan dengan wawancara dengan 30 walikota dan
pemerintah kota di empat benua. Riset ini berhasil mensintesis
temuan-temuan yang jumlahnya lebih dari 80 studi kasus.
Dari temuan tersebut, ada tiga hal yang biasanya dilakukan oleh pengelola kota dalam membesarkan kotanya tersebut.
Pertama, mereka mengalami pertumbuhan yang cerdas.
Hal ini mengacu pada aneka peluang pertumbuhan yang dialami oleh sebuah
kota dan segala isinya. Mereka memiliki pemikiran yang integral tentang
kota dan lingkungan hidup. Selain itu, mereka juga memastikan semua
warga kota bisa menikmati kemakmuran yang dicapai oleh kota tersebut.
Pengelola kota yang baik juga berpikir tentang pertumbuhan secara
regional. Alasannya, mau tidak mau, pertumbuhan kota sebagai metropolis
ini tidak bisa dilepaskan dari keberadaan kota-kota lain di sekitarnya.
Pengelola kota perlu menjalin kerjasama dengan pengelola kota di
sekitarnya untuk mewujudkan layanan bersama secara regional.
Satu hal penting yang tidak boleh dilupakan pengelola kota ini adalah
integrasi lingkungan dalam keputusan ekonomi. Misalnya, kota harus
berinvestasi dalam infrastruktur yang mampu mengurangi emisi, limbah
produksi, pengguna air, dan mendukung masyarakat dengan densitas
tinggi.
Kedua, melakukan banyak hal dengan biaya sedikit.
Kota-kota besar biasanya memiliki strategi untuk mengamankan semua
pendapatan kotanya. Sebab itu, para pengelola kota perlu mengeksplorasi
kemitraan investasi, memanfaatkan teknologi mutakhir, merampingkan
organisasi kinerja agar lebih efektif dan efisien, serta mampu
mengelola pengeluaran.
Kemitraan investasi kota tadi bisa dilakukan dengan kerjasama antara
pihak swasta dan pemerintah. Hal ini diklaim menjadi elemen penting
untuk pertumbuhan kota tersebut karena memberikan biaya yang lebih
rendah, sementara infrastruktur dan layanannya bisa lebih berkualitas.
Ketiga, terbuka pada perubahan. Kota yang besar
senantiasa dinamis dan terbuka pada perubahan. Ini menjadi tantangan
tersendiri bagi para pengelola kota tersebut. Pengelola kota yang
sukses biasanya didukung dengan tim yang berkinerja tinggi dan mampu
menciptakan lingkungan kerja yang mendukung karyawannya mampu
bertanggung jawab pada pekerjaannya masing-masing. Bagi pegawai negeri,
pemerintah perlu melatih mereka memanfaatkan teknologi terkini agar
pengelolaan kota makin efektif dan efisien. Tak ketinggalan melakukan
kerjasama dengan banyak pihak, seperti perusahaan swasta.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar