Setelah
mendirikan bisnis di bidang fashion dengan produk perhiasan berlabel
KiraKira pada tahun 2006, Suzanne Somersall Allis sadar bahwa latar
belakang pendidikannya yang bertolak belakang tidak mempersiapkan
dirinya menjadi entrepreneur serta tidak memberinya pengalaman untuk
mengelola bisnis.
Lalu, apa yang dilakukan perempuan itu untuk memasarkan produknya? Ia
terjun langsung mengenal dunia bisnis dengan magang di tiga toko ritel
selama setahun. “Bekerja di toko membantu saya untuk mengetahui seberapa
besar uang yang akan dibelanjakan oleh konsumen,” ujar pelaku bisnis
berusia 28 tahun tersebut seperti dilansir dari laman Entrepreneur.com, 29 Desember 2011. “Saya juga mulai mempelajari psikologis konsumen yang membeli produk saya,” lanjutnya.
Kini, KiraKira telah terjual di 15 toko di penjuru AS, dan bulan
lalu, Allis membuka toko pertamanya di Dekalb Market di Brooklyn, New
York. Dengan penambahan label perhiasan mewah bernama ‘Suz Somersall’,
penjualan Allis meroket tajam menjadi $400 ribu tahun ini dari $150 ribu
di tahun 2010.
Apa yang dialami Allis mungkin juga dialami oleh Anda. Latar belakang
pendidikan yang bertolak belakang dengan bidang usaha yang digeluti
terkadang menjadi tantangan dalam menggapai puncak kesuksesan di dunia
entrepreneurship. Dari pengalamannya, Allis menganggap wawasan
luar-dalam mengenai penjualan merupakan faktor utama dalam berwirausaha
dan kemampuan mengelola bisnis secara keseluruhan merupakan tantangan
sesungguhnya.
Bagi Anda, pemain baru dalam bisnis dan minim pengalaman, berikut 10
tips untuk mengasah kemampuan menjual yang bisa diterapkan demi kemajuan
bisnis.
*1. Temukan tingkat kenyamanan. Menurut Matthew Schwartz, penulis Fundamentals of Sales Management for Newly Appointed Sales Manager
(AMACOM, 2006), berjualan juga membutuhkan tingkat kenyamanan
tersendiri dan hal itu menjadi kunci pertama entrepreneur untuk meraih
kesuksesan.
Untuk menggali wawasan dan rasa percaya diri saat berjualan, Anda
bisa bekerja sampingan di usaha yang serupa dengan bisnis Anda seperti
yang dilakukan Allis. Atau, bisa juga dengan mengikuti pelatihan dari
mentor yang andal atau hadir dalam kelas khusus seputar penjualan.
*2. Tentukan target konsumen. Mengindentifikasi
konsumen bisa membantu Anda memperbaiki strategi penjualan dan menjadi
lebih efisien. Misalkan, usaha Anda adalah foto copy. Cari tahu siapa
sesungguhnya konsumen yang ingin Anda bidik, apakah perusahaan corporate
atau anak sekolah atau mahasiswa. “Orang-orang sering mengalami
kegagalan karena mereka berusaha menjadi apa saja untuk siapa saja,”
ujar Schwartz. “Anda harus membatasi segmen usaha penjualan Anda.”
*3. Pelajari budaya membeli konsumen. Setelah
mengidentifikasinya, langkah selanjutnya adalah mencari tahu perilaku
konsumen. Contohnya jika menjual produk berharga tinggi, konsumen sering
kali butuh waktu relatif lebih lama untuk membuat keputusan. Itu
artinya, Anda harus merencanakan waktu yang lebih lama juga untuk closing atau melakukan transaksi.
Ketika Allis menjual produk serupa dengan miliknya di toko tempatnya
bekerja paruh waktu, dia menyadari bahwa harga yang ditetapkan untuk
produknya terlalu rendah. “Saya menetapkan harga yang kurang mahal
sehingga banyak konsumen yang mulai mempertanyakan kualitas produk
tersebut,” ujarnya.
*4. Perlakukan konsumen pertama sebaik mungkin.
Menurut Schwartz ketika mulai menjual, perlakukan konsumen pertama Anda
sebaik mungkin dengan pelayanan ekstra bila diperlukan. Meski transaksi
penjualannya tak sebesar yang diinginkan, namun bila konsumen itu merasa
puas dengan pelayanan yang Anda berikan, ia bisa menjadi ‘duta’ bagi
reputasi bisnis atau perusahaan Anda. “Anda akan membutuhkan testimoni,”
jelas Schwartz. “Sangat penting untuk membangun referensi seputar usaha
Anda seawal mungkin”.
*5. Sisihkan waktu untuk membangun relasi. Salah
satu kesalahan terbesar entrepreneur adalah gagal membangun relasi
dengan konsumen. Begitulah pendapat Rick Segel, penulis Retail Business
Kit for Dummies (Wiley, 2001). “Hal pertama yang Anda jual adalah diri
Anda sendiri. Jika konsumen tak menyukai Anda, transaksi penjualan
takkan pernah terjadi,” tuturnya.
Allis membuat tindakan penting dengan memilih mengirim email melalui
pendekatan personal dibanding konsep standar yang kaku. Ia juga
meluangkan waktu untuk bertemu secara tatap muka dengan konsumen melalui
sejumlah acara yang dibuatnya atau saat berada di tokonya di Brooklyn.
*6. Pertahankan relasi. Ketika Anda telah berhasil
menjalin relasi dengan konsumen, cari cara untuk mempertahankan relasi
tersebut. Lakukan hal itu misalnya dengan mengirim newsletter mengenai
bisnis Anda secara reguler. Saat Allis menggelar acara khusus untuk
konsumen, dia akan meng-update-nya di blog, di laman event di situsnya dan di laman Facebook perusahaannya. “Facebook memberi traffic yang cukup tinggi untuk situs saya,” ujarnya.
*7. Jangan mudah berasumsi. Menurut Keith Rosen, penulis Coaching Salespeople into Sales Champion
(Wiley, 2008), pelaku bisnis kecil biasanya sering menyabotase
penjualan mereka dengan terlalu cepat berasumsi mengenai apa yang
diinginkan atau yang akan dibayar oleh konsumen. Alih-alih berasumsi,
lebih baik tanyakan secara langsung kepada konsumen tentang apa yang
membuat mereka membelanjakan uanganya dan apa kriteria mereka dalam
mengambil keputusan.
*8. Buat agenda harian. Sangat mudah untuk
mengabaikan prospek penjualan bila fokus Anda terpecah kepada urusan
lainnya yang berkaitan dengan bisnis. Untuk mencegah terjadinya hal
tersebut, buatlah jadwal rutinitas penjualan. Hal itu bisa diwujudkan
dengan menyisihkan satu atau dua jam untuk menangani penjualan atau
membuat target mingguan untuk menggapai 10 klien potensial.
*9. Perlihatkan kesuksesan Anda. Situs perusahaan
Anda bisa menjadi satu-satunya pintu penghubung antara Anda dengan
konsumen. Tak hanya mampu menambah kredibilitas perusahaan, tapi upaya
itu juga bisa membuat perusahaan Anda terlihat lebih profesional di mata
konsumen. Schwartz merekomendasikan kepada pelaku bisnis untuk
memasukkan testimoni di setiap pengalaman bisnis yang tercipta dengan
klien. “Orang-orang menyukai studi kasus,” jelasnya. “Mereka (konsumen)
tidak membeli ucapan, mereka membeli aksi (Anda).”
*10. Menjadi pakar industri. Menurut pendapat Rosen,
memposisikan diri sebagai pemimpin di bidang yang sedang Anda geluti
bisa meningkatkan penjualan. Anda bisa menulis artikel, membuat blog
atau mempublikasikan usaha Anda ke media untuk membangun kredibilitas.
Awal bulan ini, sebagai contoh, Allis berbicara tentang tren perhiasan
dalam siaran radio Martha Stewart Living Radio. “Orang-orang ingin
memandang Anda sebagai seseorang yang mengenal dengan baik industri
(yang Anda geluti),” jelas Schwartz. (*/ely)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar