Setelah memahami 3 (tiga) ciri pertama pembeda mengapa seseorang dapat sukses (http://the-marketeers.com/archives/sembilan-pembeda-orang-sukses-1.html),
maka kini tiga ciri pembeda lain harus Anda perhatikan. Untuk diingat,
ciri pembeda ini ternyata tidak hanya berlaku untuk kesuksesan Anda,
tetapi juga untuk tindakan marketing yang Anda lakukan!
Keempat, jadilah orang yang optimis namun tetap realistis. Ketika menentukan sebuah sasaran, Anda harus mampu berpikir positif bahwa dengan segala cara, Anda dapat mencapainya. Rasa percaya pada kemampuan untuk sukses akan sangat membantu menciptakan dan mempertahankan motivasi Anda. Akan tetapi, Anda jangan lupa pula bahwa usaha mencapai tujuan pasti akan membutuhkan waktu, perencanaan, usaha, dan ketekunan. Semuanya harus mampu Anda siapkan untuk bisa menghadapi berbagai hambatan yang mungkin muncul. Studi menunjukkan bahwa apabila Anda berpikir bahwa perjalanan Anda akan sangat mudah, yang berakibat pada ketidaksiapan untuk menghadapi perjalanan, secara signifikan meningkatkan kemungkinan kegagalan mencapai tujuan.
Kelima, Anda harus fokus mendapatkan sesuatu yang lebih baik, bukan sesuatu yang baik. Pertama, hal tersebut akan membuat Anda selalu berusaha untuk mengembangkan diri. Anda tidak akan berhenti ketika sudah mencapai sesuatu, tetapi akan terus berusaha untuk mampu lebih. Kedua, “daya lebih” Anda akan membantu Anda mengalahkan kompetitor. Dengan memiliki keinginan untuk selalu lebih, Anda membangkitkan rasa keunggulan komparatif yang harus dimiliki. Jika hanya baik, maka Anda tidak bisa merebut “pasar”, bahkan tersalip oleh kompetitor. Tetapi dengan selalu ingin lebih baik, maka Anda akan dituntut untuk inovatif dan kreatif memperbaiki diri.
Keenam, Anda harus memiliki grit. Grit adalah kemauan untuk berkomitmen jangka panjang serta struggle dalam menghadapi kesulitan. Studi menunjukkan bahwa semakin seseorang memiliki grit, maka ia akan semakin lebih berhasil dibanding kelompoknya. Penting diingat, grit bukanlah sesuatu yang tidak bisa dipelajari. Grit mampu dibangun melalui usaha, perencanaan, ketekunan, dan strategi; sehingga Anda yakin dengan capaian masa depan dan upaya menghadapi setiap tantangan yang ada. Anda juga harus selalu mencatat perkembangan, reaksi, maupun feedback karena hal-hal tersebut dapat membantu Anda bertahan dalam situasi sulit yang tampaknya menjauhkan diri dari tujuan.
Ketujuh, Anda harus membangun otot kemauan. Kontrol otot kemauan Anda seperti Anda mengontrol otot-otot lain dalam tubuh Anda –ketika tidak dilatih, maka akan menjadi lebih lemah dari waktu ke waktu. Tetapi ketika Anda melatih dengan teratur, meski hanya sebentar, ia akan tumbuh lebih kuat dan lebih mampu membantu Anda berhasil mencapai tujuan Anda. Untuk membangun kemauan, Anda harus keluar dari zona nyaman, mengambil tantangan yang mengharuskan Anda untuk melakukan sesuatu yang Anda lebih suka tidak melakukan. Dengan begitu, Anda akan terlatih untuk menghadapi masalah dan menyelesaikannya. Anda akan terlatih juga untuk mendengar saran dan kritik yang semakin membangun kesuksesan Anda.
Kedelapan, jangan menggoda nasib. Tidak peduli seberapa kuat otot kemauan Anda, penting diingat bahwa semuanya itu tetap terbatas. Maka kembali ke awal lagi, Anda harus dengan spesifik mencatat tujuan, kelebihan, dan kelemahan Anda; agar bisa diukur dengan baik dan teratur. Selain itu, dengan lebih terukur, setiap pembelokan perjalanan Anda dapat dievaluasi, apakah menggerakkan Anda menuju kesuksesan atau menjauhkannya. Seperti halnya dalam melakukan marketing, Anda bisa bereksperimen untuk menyasar pelanggan dengan berbagai taktik. Akan tetapi, taktik tersebut harus benar-benar mengukur keberhasilan, seperti RoA atau RoE. Dari situ Anda akan tahu, apakah sumber daya Anda masih memungkinkan melangkah atau tidak.
Kesembilan, fokus pada apa yang akan Anda lakukan, bukan apa yang Anda tidak lakukan. Misalnya, jika Anda ingin berhenti merokok; tentu lebih baik Anda berfokus pada upaya-upaya untuk berhenti merokok, bukan apa saja hal buruk yang ada di dalam rokok. Anda tidak perlu memikirkan apa saja baik atau buruknya rokok, karena yang Anda inginkan hanya berhenti merokok! Seperti seroang pemasar yang, misalnya, ingin produknya merebut 30% market share. Maka ia hanya perlu berpikir mencapai angka tersebut, bukan mengalahkan kompetitornya. Kecuali jika berfokus pada mengalahkan kompetitor, maka ia harus membuat strategi untuk itu.
Jadi harus diingat, Anda hanya perlu melihat pada diri sendiri serta berkomunikasi dengan stakeholders tujuan Anda; kemudian membuat strategi spesifik dan terukur untuk mewujudkannya.
*Sumber : http://blogs.hbr.org/cs/2011
Keempat, jadilah orang yang optimis namun tetap realistis. Ketika menentukan sebuah sasaran, Anda harus mampu berpikir positif bahwa dengan segala cara, Anda dapat mencapainya. Rasa percaya pada kemampuan untuk sukses akan sangat membantu menciptakan dan mempertahankan motivasi Anda. Akan tetapi, Anda jangan lupa pula bahwa usaha mencapai tujuan pasti akan membutuhkan waktu, perencanaan, usaha, dan ketekunan. Semuanya harus mampu Anda siapkan untuk bisa menghadapi berbagai hambatan yang mungkin muncul. Studi menunjukkan bahwa apabila Anda berpikir bahwa perjalanan Anda akan sangat mudah, yang berakibat pada ketidaksiapan untuk menghadapi perjalanan, secara signifikan meningkatkan kemungkinan kegagalan mencapai tujuan.
Kelima, Anda harus fokus mendapatkan sesuatu yang lebih baik, bukan sesuatu yang baik. Pertama, hal tersebut akan membuat Anda selalu berusaha untuk mengembangkan diri. Anda tidak akan berhenti ketika sudah mencapai sesuatu, tetapi akan terus berusaha untuk mampu lebih. Kedua, “daya lebih” Anda akan membantu Anda mengalahkan kompetitor. Dengan memiliki keinginan untuk selalu lebih, Anda membangkitkan rasa keunggulan komparatif yang harus dimiliki. Jika hanya baik, maka Anda tidak bisa merebut “pasar”, bahkan tersalip oleh kompetitor. Tetapi dengan selalu ingin lebih baik, maka Anda akan dituntut untuk inovatif dan kreatif memperbaiki diri.
Keenam, Anda harus memiliki grit. Grit adalah kemauan untuk berkomitmen jangka panjang serta struggle dalam menghadapi kesulitan. Studi menunjukkan bahwa semakin seseorang memiliki grit, maka ia akan semakin lebih berhasil dibanding kelompoknya. Penting diingat, grit bukanlah sesuatu yang tidak bisa dipelajari. Grit mampu dibangun melalui usaha, perencanaan, ketekunan, dan strategi; sehingga Anda yakin dengan capaian masa depan dan upaya menghadapi setiap tantangan yang ada. Anda juga harus selalu mencatat perkembangan, reaksi, maupun feedback karena hal-hal tersebut dapat membantu Anda bertahan dalam situasi sulit yang tampaknya menjauhkan diri dari tujuan.
Ketujuh, Anda harus membangun otot kemauan. Kontrol otot kemauan Anda seperti Anda mengontrol otot-otot lain dalam tubuh Anda –ketika tidak dilatih, maka akan menjadi lebih lemah dari waktu ke waktu. Tetapi ketika Anda melatih dengan teratur, meski hanya sebentar, ia akan tumbuh lebih kuat dan lebih mampu membantu Anda berhasil mencapai tujuan Anda. Untuk membangun kemauan, Anda harus keluar dari zona nyaman, mengambil tantangan yang mengharuskan Anda untuk melakukan sesuatu yang Anda lebih suka tidak melakukan. Dengan begitu, Anda akan terlatih untuk menghadapi masalah dan menyelesaikannya. Anda akan terlatih juga untuk mendengar saran dan kritik yang semakin membangun kesuksesan Anda.
Kedelapan, jangan menggoda nasib. Tidak peduli seberapa kuat otot kemauan Anda, penting diingat bahwa semuanya itu tetap terbatas. Maka kembali ke awal lagi, Anda harus dengan spesifik mencatat tujuan, kelebihan, dan kelemahan Anda; agar bisa diukur dengan baik dan teratur. Selain itu, dengan lebih terukur, setiap pembelokan perjalanan Anda dapat dievaluasi, apakah menggerakkan Anda menuju kesuksesan atau menjauhkannya. Seperti halnya dalam melakukan marketing, Anda bisa bereksperimen untuk menyasar pelanggan dengan berbagai taktik. Akan tetapi, taktik tersebut harus benar-benar mengukur keberhasilan, seperti RoA atau RoE. Dari situ Anda akan tahu, apakah sumber daya Anda masih memungkinkan melangkah atau tidak.
Kesembilan, fokus pada apa yang akan Anda lakukan, bukan apa yang Anda tidak lakukan. Misalnya, jika Anda ingin berhenti merokok; tentu lebih baik Anda berfokus pada upaya-upaya untuk berhenti merokok, bukan apa saja hal buruk yang ada di dalam rokok. Anda tidak perlu memikirkan apa saja baik atau buruknya rokok, karena yang Anda inginkan hanya berhenti merokok! Seperti seroang pemasar yang, misalnya, ingin produknya merebut 30% market share. Maka ia hanya perlu berpikir mencapai angka tersebut, bukan mengalahkan kompetitornya. Kecuali jika berfokus pada mengalahkan kompetitor, maka ia harus membuat strategi untuk itu.
Jadi harus diingat, Anda hanya perlu melihat pada diri sendiri serta berkomunikasi dengan stakeholders tujuan Anda; kemudian membuat strategi spesifik dan terukur untuk mewujudkannya.
*Sumber : http://blogs.hbr.org/cs/2011
Tidak ada komentar:
Posting Komentar