Ranah
kicauan, setiap harinya memang selalu mengusung topik kontroversial.
Dan, tepat di ujung Oktober lalu, kembali si burung biru ramai oleh
celoteh kontradiksi seputar akun @indonesia yang menjanjikan donasi
sebesar 25 rupiah untuk setiap follower yang berhasil dikumpulkan.
Seperti diungkap Sumarketer, promosi yang bersifat charity memang
selalu menjadi magnet yang diminati. Tak ayal, seorang Paris Hilton via
akun twitternya pun menyatakan dukungan. Mungkin jeng Paris gak tau ya
berapa tepatnya nominal 25 rupiah itu.
Dalam sekejap, retweet ajakan menjadi follower pun bertaburan hingga akhirnya seorang warga Twitter menyadarkan bahwa 25 rupiah dalam bentuk pecahan pun (tampaknya) sudah punah. Lantas, berhamburanlah analisis konspirasi di balik pengumpulan iming-iming donasi. Mayoritas, setidaknya dari yang saya follow, menyatakan ketidaksetujuan.
Wacana memanfaatkan bencana sebagai ajang promosi lalu bergulir. Tambahan, pemilik akun ternyata (pada awalnya) memajang avatar poster film dan setelah ditelusuri, bukan kali ini pelaku memanfaatkan situasi demi promosi. Tak ayal, akun tersebut lalu mengganti avatar dan --belakangan-- mengubah URL website pada bio Twitter-nya.
Promosi lewat Twitter, memang bukan barang baru, Banyak brand berlomba memanfaatkannya, dan tak sedikit yang menangguk sukses. Begitu banyak celah yang bisa dimasuki di twitter, hingga donasi pun gencar digalang via media mikroblogging ini. Dari sekadar woro-woro pengumpulan barang, info rekening untuk penyaluran dana segar, hingga massa pengikut yang dihargai dengan rupiah.
Sebetulnya sah-sah saja, hanya dalam kasus @indonesiaberdoa, ada kejanggalan yang tertangkap massa. Antara lain jumlah donasi yang terlalu sedikit, nuansa promosi yang kental dan intransparansi mengenai penggalangan dana. Pertanyaan mengenai mekanisme donasi, asal dana, dan penyaluran hanya dijawab singkat dan diarahkan untuk menuju URL pemilik akun. Kabar terakhir, cita-cita sang pemilik akun mengumpulkan 1 juta followers! Mengalahkan @sherinamunaf yang digadang-gadang memiliki followers terbanyak tentu saja. Sayang, sampai saat ini, belum terendus laporan penyaluran dana.
Promosi sekaligus donasi, memang bukan hal baru. Di dunia nyata, Philips telah melakukannya dengan iming-iming bantuan listrik bagi desa tertinggal untuk pembelian bola lampu tipe tertentu. Sementara, di bulan Ramadan, @abcdapurpeduli membuat aksi buka puasa gratis bagi kaum dhuafa dengan mengumpulkan resep masakan yang diposting di fan page FB-nya.
Apa pun caranya, menggandeng promosi dan donasi dalam satu aksi memang masih menjadi kontroversi. Saya sendiri menganggap sepanjang tak ada kerugian yang ditimbulkan ke pelanggan dan penyaluran dilakukan secara transparan, sah-sah saja. Sayangnya, pemilik akun @indonesiaberdoa lupa, tak semua warga negeri twitter bisa dibodohi
Dalam sekejap, retweet ajakan menjadi follower pun bertaburan hingga akhirnya seorang warga Twitter menyadarkan bahwa 25 rupiah dalam bentuk pecahan pun (tampaknya) sudah punah. Lantas, berhamburanlah analisis konspirasi di balik pengumpulan iming-iming donasi. Mayoritas, setidaknya dari yang saya follow, menyatakan ketidaksetujuan.
Wacana memanfaatkan bencana sebagai ajang promosi lalu bergulir. Tambahan, pemilik akun ternyata (pada awalnya) memajang avatar poster film dan setelah ditelusuri, bukan kali ini pelaku memanfaatkan situasi demi promosi. Tak ayal, akun tersebut lalu mengganti avatar dan --belakangan-- mengubah URL website pada bio Twitter-nya.
Promosi lewat Twitter, memang bukan barang baru, Banyak brand berlomba memanfaatkannya, dan tak sedikit yang menangguk sukses. Begitu banyak celah yang bisa dimasuki di twitter, hingga donasi pun gencar digalang via media mikroblogging ini. Dari sekadar woro-woro pengumpulan barang, info rekening untuk penyaluran dana segar, hingga massa pengikut yang dihargai dengan rupiah.
Sebetulnya sah-sah saja, hanya dalam kasus @indonesiaberdoa, ada kejanggalan yang tertangkap massa. Antara lain jumlah donasi yang terlalu sedikit, nuansa promosi yang kental dan intransparansi mengenai penggalangan dana. Pertanyaan mengenai mekanisme donasi, asal dana, dan penyaluran hanya dijawab singkat dan diarahkan untuk menuju URL pemilik akun. Kabar terakhir, cita-cita sang pemilik akun mengumpulkan 1 juta followers! Mengalahkan @sherinamunaf yang digadang-gadang memiliki followers terbanyak tentu saja. Sayang, sampai saat ini, belum terendus laporan penyaluran dana.
Promosi sekaligus donasi, memang bukan hal baru. Di dunia nyata, Philips telah melakukannya dengan iming-iming bantuan listrik bagi desa tertinggal untuk pembelian bola lampu tipe tertentu. Sementara, di bulan Ramadan, @abcdapurpeduli membuat aksi buka puasa gratis bagi kaum dhuafa dengan mengumpulkan resep masakan yang diposting di fan page FB-nya.
Apa pun caranya, menggandeng promosi dan donasi dalam satu aksi memang masih menjadi kontroversi. Saya sendiri menganggap sepanjang tak ada kerugian yang ditimbulkan ke pelanggan dan penyaluran dilakukan secara transparan, sah-sah saja. Sayangnya, pemilik akun @indonesiaberdoa lupa, tak semua warga negeri twitter bisa dibodohi
Tidak ada komentar:
Posting Komentar