Berkolaborasi dengan pesaing? Biasanya langkah ini merupakan strategi
yang jarang sekali dilakukan oleh perusahaan. Bagi perusahaan, masih
banyak strategi lain yang bisa dilakukan dalam meningkatkan pertumbuhan
perusahaan daripada harus bekerjasama dengan pesaing. Karena menjalin
aliansi dengan pesaing masih banyak dipercaya sebagai strategi yang
lebih menuntut resiko tinggi daripada keuntungan yang bisa didapat.
Namun lain halnya dengan Dexa Medica. Perusahaan farmasi yang telah berdiri sejak tahun 1969 ini berani untuk mengambil langkah berbeda dengan perusahaan farmasi lainnya. Dexa berani melakukan berbagai aliansi dengan beberapa perusahaan farmasi baik di tingkat lokal maupun global.
Misalnya kerjasama yang dilakukan dengan Alpharma, sebuah perusahaan obat generik global berbasis di Amerika. Kerjasama ini meliputi pemberian lisensi kepada Alpharma dalam hal registrasi dan pemasaran di Indonesia dan beberapa negara sekitar. Selain itu juga kerjasama dalam bentuk toll-manufacturing dan distribusi.
Menariknya, kerjasama dengan Alpharma ini juga melibatkan anak perusahaan Dexa Medica. Bila toll-manufacturing dilakukan oleh Ferron, distribusi lebih dilakukan oleh Anugrah Argon Medica (AAN).
Namun kerjasama Alpharma bukanlah yang pertama bagi Dexa Medica. Banyak kerjasama aliansi strategis yang telah dilakukannya. Misalnya aliansi Indofarma dalam memproduksi 20 juta pil perbulan. Manfaat langsung dari kontrak produksi ini adalah fixed cost per satuan unit produksi perusahaan diharapkan dapat berkurang. Sehingga, margin perusahaan secara keseluruhan dapat lebih baik.
Memang, setiap aliansi yang dilakukan dengan perusahaan lain ditujukan untuk dapat memanfaatkan peluang dalam menjadikan Dexa sebagai perusahaan farmasi global. Alhasil, saat ini Dexa telah merambah ke pangsa pasar yang lebih luas, diantaranya negara-negara Asean dan Nigeria.
Selain Alpharma dan Indofarma, ternyata Dexa Medica juga telah beraliansi strategis dengan salah satu perusahaan global, GlaxoSmithKline, sejak tahun 1995. Kepada GlaxoSmithKlin, Dexa Medica memberikan lisensi dalam memanfaatkan teknologi terkini. Juga manufaktur serta distribusi untuk produk ethical seperti Glanos SR. Bagi Dexa, ini merupakan suatu prestasi tersendiri bisa menarik GlaxoSmithKline melalui lini kekuatan usaha dari Dexa Medica Group.
Kalau kita amati, langkah-kangkah yang dilakukan Dexa ini sudah tidak lagi berkutat pada channel cooperating atau yang masih berifat transaksi. Namun sudah mengarah pada value-chain interfacing atau partnership yang bersifat operasional.
Bahkan bisa dikatakan, aliansi yang dilakukan Dexa telah memasuki area strategic integration. Seperti misalnya aliansi Dexa dengan Indofarma. Dalam kerjasama ini, Dexa mampu melakukan integrasi strategis dalam memproduksi obat.
Memang, pada tingkatan strategic integration proses operasional manufacture dan channel-nya sudah tidak ada bedanya lagi. Hal ini seringkali kita temukan pada perusahaan-perusahaan yang memiliki eksklusif channel seperti pemberian lisensi pemasaran yang dilakukan Dexa Medica.
Selain itu, strategi pabrikan sudah sama dengan strategi si distributor karena memang kepentingan mereka sudah saling terkait erat satu sama lain. Seperti kerjasama anak perusahaan Dexa Medica, Ferron dan AAN, dalam mendistribusikan dan memproduksi produk obat Alpharma dan GlaxoSmithKline.
Pada hubungan ini juga, strategi yang dijalankan, yang meliputi segmentasi dan targeting pasar, adalah sama antara pabrikan dengan channel-nya. Positioning atas produk-produk yang dijual pun persis sama. Perbedaan yang terjadi di lapangan dapat diselesaikan di tingkat pusat dengan patokan strategi yang telah disepakati bersama. Karena itu, kerjasama pada tingkat Strategic Integration lebih didasarkan pada segmentation, targeting dan positioning.
Bagi Dexa Medica, komitmen dalam melakuakan strategic integration ini lebih didasarkan pada pertumbuhan perusahaan. Karena sebelumnya Dexa Medica hanya bermain di area hilir dengan aliansi strategis dalam melakukan marketing dan distribusi. Namun saat ini, Dexa Medica telah berani masuk ke wilayah hulu. Yaitu dengan memberikan lisensi di bidang formulasi dan teknologi hingga ke toll-manufacturing.
Nah, apakah dengan strategi aliansi strategis ini Dexa Medica akan menjadi pemimpin pasar farmasi di Indonesia? Kita tunggu saja hasilnya.
Namun lain halnya dengan Dexa Medica. Perusahaan farmasi yang telah berdiri sejak tahun 1969 ini berani untuk mengambil langkah berbeda dengan perusahaan farmasi lainnya. Dexa berani melakukan berbagai aliansi dengan beberapa perusahaan farmasi baik di tingkat lokal maupun global.
Misalnya kerjasama yang dilakukan dengan Alpharma, sebuah perusahaan obat generik global berbasis di Amerika. Kerjasama ini meliputi pemberian lisensi kepada Alpharma dalam hal registrasi dan pemasaran di Indonesia dan beberapa negara sekitar. Selain itu juga kerjasama dalam bentuk toll-manufacturing dan distribusi.
Menariknya, kerjasama dengan Alpharma ini juga melibatkan anak perusahaan Dexa Medica. Bila toll-manufacturing dilakukan oleh Ferron, distribusi lebih dilakukan oleh Anugrah Argon Medica (AAN).
Namun kerjasama Alpharma bukanlah yang pertama bagi Dexa Medica. Banyak kerjasama aliansi strategis yang telah dilakukannya. Misalnya aliansi Indofarma dalam memproduksi 20 juta pil perbulan. Manfaat langsung dari kontrak produksi ini adalah fixed cost per satuan unit produksi perusahaan diharapkan dapat berkurang. Sehingga, margin perusahaan secara keseluruhan dapat lebih baik.
Memang, setiap aliansi yang dilakukan dengan perusahaan lain ditujukan untuk dapat memanfaatkan peluang dalam menjadikan Dexa sebagai perusahaan farmasi global. Alhasil, saat ini Dexa telah merambah ke pangsa pasar yang lebih luas, diantaranya negara-negara Asean dan Nigeria.
Selain Alpharma dan Indofarma, ternyata Dexa Medica juga telah beraliansi strategis dengan salah satu perusahaan global, GlaxoSmithKline, sejak tahun 1995. Kepada GlaxoSmithKlin, Dexa Medica memberikan lisensi dalam memanfaatkan teknologi terkini. Juga manufaktur serta distribusi untuk produk ethical seperti Glanos SR. Bagi Dexa, ini merupakan suatu prestasi tersendiri bisa menarik GlaxoSmithKline melalui lini kekuatan usaha dari Dexa Medica Group.
Kalau kita amati, langkah-kangkah yang dilakukan Dexa ini sudah tidak lagi berkutat pada channel cooperating atau yang masih berifat transaksi. Namun sudah mengarah pada value-chain interfacing atau partnership yang bersifat operasional.
Bahkan bisa dikatakan, aliansi yang dilakukan Dexa telah memasuki area strategic integration. Seperti misalnya aliansi Dexa dengan Indofarma. Dalam kerjasama ini, Dexa mampu melakukan integrasi strategis dalam memproduksi obat.
Memang, pada tingkatan strategic integration proses operasional manufacture dan channel-nya sudah tidak ada bedanya lagi. Hal ini seringkali kita temukan pada perusahaan-perusahaan yang memiliki eksklusif channel seperti pemberian lisensi pemasaran yang dilakukan Dexa Medica.
Selain itu, strategi pabrikan sudah sama dengan strategi si distributor karena memang kepentingan mereka sudah saling terkait erat satu sama lain. Seperti kerjasama anak perusahaan Dexa Medica, Ferron dan AAN, dalam mendistribusikan dan memproduksi produk obat Alpharma dan GlaxoSmithKline.
Pada hubungan ini juga, strategi yang dijalankan, yang meliputi segmentasi dan targeting pasar, adalah sama antara pabrikan dengan channel-nya. Positioning atas produk-produk yang dijual pun persis sama. Perbedaan yang terjadi di lapangan dapat diselesaikan di tingkat pusat dengan patokan strategi yang telah disepakati bersama. Karena itu, kerjasama pada tingkat Strategic Integration lebih didasarkan pada segmentation, targeting dan positioning.
Bagi Dexa Medica, komitmen dalam melakuakan strategic integration ini lebih didasarkan pada pertumbuhan perusahaan. Karena sebelumnya Dexa Medica hanya bermain di area hilir dengan aliansi strategis dalam melakukan marketing dan distribusi. Namun saat ini, Dexa Medica telah berani masuk ke wilayah hulu. Yaitu dengan memberikan lisensi di bidang formulasi dan teknologi hingga ke toll-manufacturing.
Nah, apakah dengan strategi aliansi strategis ini Dexa Medica akan menjadi pemimpin pasar farmasi di Indonesia? Kita tunggu saja hasilnya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar