Menurut CEO Robert McDonalds, karyawan
P&G terhubung dengan sumber data digital. Semua karyawan bisa update
perkembangan bisnis terkini kapan pun dan di mana pun. Robert menyadari
ini sebagai faktor penting keunggulan kompetitif.
Setiap Senin pagi, P&G menggelar rapat internal dengan tim di seluruh dunia, baik secara fisik maupun virtual, di mana dibahas evaluasi bisnis selama minggu terakhir dan melihat seluruh data. Ini memudahkan proses rapat dan pengambilan keputusan. Seperti yang terjadi di ritel P&G di Filipina, data real-time itulah yang menjadi keunggulan dalam persaingan selama ini.
Bagi perusahaan seperti P&G yang mengandalkan kerjasama dengan mitra data eksternal, mendapatkan data secara real time menjadi "mata uang" baru dalam berelasi bisnis. "Saat kami melakukan bisnis kerjasama dengan para riteler, misalnya, kami memiliki daftar skor dan algoritma yang semuanya tentang penciptaan nilai. Mendapatkan data menjadi bagian penting dari nilai bisnis kami. Kami memiliki kemampuan analitik yang banyak riteler tidak mempunyainya. Tak jarang data ini bisa digunakan mereka untuk menentukan keputusan bisnis mereka dengan cara yang baik," kata Robert.
Robert mengaku ketika dia mulai dengan P&G pada tahun 1980 hampir tidak ada yang digital. Lalu, Divisi Sistem Manajemen, mulai memiliki komputer meskipun orang-orangnya masih bekerja dengan lebih mengandalkan pesawat telepon ketimbang komputer. "Dan setiap kali saya bertemu dengan mereka, saya selalu bertanya berapa banyak dari kalian yang memiliki kode BCD atau apakah kalian pernah melakukan simulasi Monte Carlo. Dan, tak seorang pun yang mengangkat tangannya. Hal ini disebakan mereka tidak memiliki kemampuan jenis tersebut," kata Robert.
Lebih dari dua dekade kemudian, sebagai wakil ketua operasi global, Robert dan koleganya Filippo dan Passerini (sekarang sebagai CIO P&G) mulai merekrut orang-orang dengan kemampuan berbeda. "Kami membutuhkan orang dengan latar belakang pemodelan komputer dan simulasi. Kami ingin menemukan orang-orang yang benar-benar menguasai komputer, dari dasar-dasar pemograman dan pengkodean. Ketika kita bisa melakukan simulasi, kita bakal menyadari pentingnya data. Seperti ungkapan lama "garbage in, garbage out" tandas Robert.
Pada akhirnya, sambung Robert, P&G berhasil merekrut para pemikir analitik. "Kami merekrut orang-orang baik tersebut dan kemudian memberinya pelatihan. Saya ingat saat bergabung pertama kali dengan perusahaan, manajer saya mengatakan buanglah buku teks MBAmu dan kami akan mengajarimu. Kami akan memberimu MBA yang lain. Saya pikir hal ini masih relevan dan praktis sampai sekarang. Kemampuan analitis ini menjadi hal yang penting untuk perusahaan ini," kata pungkas Robert.
*Disadur dari McKinsey Quaterly
Tidak ada komentar:
Posting Komentar