Selasa, 01 Juli 2014

3 Kesalahan yang Harus Anda Hindari Saat Mendirikan Bisnis

Simak pengakuan para pendiri bisnis mengenai kesalahan terbesar yang pernah mereka perbuat pada saat merintis perusahaan mereka supaya Anda terhindar dari kesalahan-kesalahan yang sama. Apa saja?
mistake-bridge
Pengalaman pahit bisa jadi merupakan salah satu guru terbaik di dunia, tapi jelas itu bukanlah cara yang paling menyenangkan untuk belajar.

Kegagalan adalahi bagian tak terelakkan dari perintisan bisnis, tapi bukan berarti Anda tidak boleh belajar dari kesalahan orang lain. Cukup Anda belajar dari kesalahan orang lain, jangan sampai Anda menjadikannya pengalaman pribadi.

Kenyataan tersebut mendorong serial entrepreneur David Hauser untuk bertanya kepada teman-temannya sesama pendiri bisnis dan mengumpulkan pengalaman mereka sebelum mendirikan perusahaan untuk ia tulis di blog-nya.

Hauser berhasil mendapatkan respon dari 25 pendiri bisnis jempolan yang semuanya layak disimak, Ada banyak jawaban, namun berikut ini sedikit contoh utama up kesalahan-kesalahan di masa perintisan bisnis yang sebaiknya Anda akan hindari:

1. Mengira-ngira harga.
“Saya tidak cukup mengerti bagaimana caranya menguji dan menentukan harga,” kata Neil Patel, pendiri start-up analisis web Crazy Egg. “Ketika pertama kali kami merilis produk, kami tentukan harga serendah mungkin, bukannya mengoptimalkan harga untuk mencapai pendapatan dan keuntungan maksimum. Pelanggan utama kami menginginkan harga yang serendah-rendahnya, kami pun melakukannya mengingat banyaknya permintaan itu. Meskipun langkah tersebut meningkatkan meningkatkan jumlah total pendaftaran anggota baru, namun kami mengalami penurunan pendapatan. Bila waktu itu kami tahu cara pengujian harga, kami tidak akan melakukan kesalahan sebesar itu.”

Mike Arsenault, salah satu pendiri Rejoiner, aplikasi pengecer online setuju, “Jangan pernah mengir-ngira harga. Cara Anda menentukan harga produk akan berpengaruh pada begitu banyak hal yang menentukan keberlanjutan bisnis Anda dan banyak pebisnis pemula yang gagal dalam memahami apa yang para konsumen mau membayarkannnya (termasuk saya sendiri). Dalam menentukan harga, pusatkan perhatian pada value yang Anda berikan pada pelanggan Anda, bukan pada biaya produksi atau biaya operasional Anda.”

2. Memforsir diri terlalu berlebihan.
“Saya dan rekan bisnis saya, Steve Bristol, benar-benar menghabiskan sebagian besar waktu kami tahun-tahun pertama berdirinya perusahaan kami. Kami bekerja lebih dari 80 jam dalam seminggu. Setelah mempekerjakan diri hingga pada batas kemampuan kami, kami menyadari bahwa meskipun kami mencurahkan 2 x 40 jam kami, namun perusahaan tidak bergerak maju 2x lebih cepat. Fakta menunjukkan bahwa 40 jam ekstra yang sudah kami berikan tidak produktif bila dibandingkan dengan 40 jam pertama. Artinya Anda tidak akan pernah selesai bila menuruti pekerjaan Anda, Anda tidak akan pernah menyelesaikan semua tugas, membangun semua fitur dan menghasilkan desain yang sempurna. Sejak saat itu, pada akhir jam kerja kami, sekitar jam 4 petang, kami menutup laptop kami dan pulang ke rumah. Jangan pernah lupa bahwa salah satu tujuan kita bekerja adalah untuk membuat hidup Anda berguna, “tulis Allan Branch, salah satu pendiri LessAccounting.

3. Tidak siap menderita.
Beberapa pendiri perusahaan sudah menegaskan bahwa mendirikan bisnis bukan melulu soal ide-ide brilian. Jason traff, pendiri start-up perbandingan asuransi, Leaky, menjelaskan: “Seringkali film-film atau acara TV menggambarkan membangun start-up layaknya sekelompok 20-an orang yang kerjanya hanya bermain-main sepanjang hari dan berpesta sepanjang malam. Apa yang jarang mereka tunjukkan adalah penderitaan selalu menyertai kesuksesan. Dalam hidup saya, belum pernah saya ditolak sesering atau sekeras seperti yang saya alami untuk membesarkan Leaky. Setelah semua penolakan yang tak terhitung jumlahnya, mengais-ngais supaya kami bisa membayarkan gaji karyawan, dan surat-surat pencekalan dari perusahaan-perusahaan asuransi; saya mempelajari bahwa Anda perlu ketabahan untuk melalui pasang-surut yang sifatnya sementara tersebut dan untuk mengetahui bahwa tidak ada kemajuan atau kemunduran yang sifatnya permanen. “

“Sangat penting bagi pendiri untuk mengetahui bahwa ketika memulai sebuah perusahaan, mereka sedang menaiki perjalanan roller coaster yang sarat gejolak emosi. Mengelola emosi akan menjadi bagian yang sangat sulit namun begitu juga sangat penting. Ketika Anda sedang berada di titik rendah, ingatkan diri Anda bahwa itu hanyalah sebuah lubang di tengah perjalanan, “kata Gautam Gupta, pendiri start-up snack sehat NatureBox.

Jessica Stillman adalah seorang penulis lepas yang berbasis di London yang tertarik pada jalur karir yang tidak konvensional, perbedaan generasi, dan masa depan dunia kerja. Ia membuat blog untuk CBS MoneyWatch, GigaOM, dan Brazen Careerist.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar