Kamis, 20 Juni 2013

Skema Penggajian Karyawan


skema gaji karyawan
Gaji adalah imbalan atau upah yang berhak diterima seseorang yang telah bekerja pada suatu perusahaan dalam periode tertentu (umumnya setiap 1 bulan kalender). Sebuah perusahaan yang memiliki karyawan lebih dari satu, harus bisa memberikan gaji yang seadil-adilnya, sehingga kinerja perusahaan tidak akan terganggu karena adanya kelompok karyawan yang merasa kurang puas. Struktur dan sistem penggajian yang diterapkan perusahaan merupakan bagian dari manajemen pengelolaan karyawan agar tetap betah dan loyal bekerja untuk perusahaan. Ada beberapa faktor yang bisa menyebabkan seorang ataupun sekelompok karyawan merasa kurang betah dan ingin hengkang dari suatu perusahaan, antara lain:
  • Gaji yang kurang memadai dan mencukupi untuk kebutuhan hidupnya
  • Bidang pekerjaan yang geluti tidak sesuai profesionalitasnya
  • Manajerial yang kurang cocok
  • Tidak ada jaminan untuk prospek masa depannya
  • Terdapat kesempatan kerja yang lain (lowongan di perusahaan lain)
  • Memiliki masalah pribadi

Untuk itu, diperlukan berbagai upaya agar loyalitas karyawan terhadap perusahaan dan pimpinan tetap terjaga, salah satunya dengan kesepakatan skema penggajian yang disetujui oleh perusahaan dan seluruh karyawan. Ada beberapa indikator yang dapat digunakan perusahaan dalam menentukan besaran gaji yang berhak diterima para pegawai, yaitu:
1. Waktu kerja (time-based pay) 
Pemberian gaji yang didasarkan atas lamanya waktu yang ia habiskan untuk bekerja di perusahaan. Umumnya dikenal dengan penggajian berdasarkan jam kerja. Menurut aturan, dalam satu hari seorang karyawan bekerja selama 8 jam (dipotong 1 jam untuk istirahat). Jika mereka hanya bekerja 6 jam perharinya, maka gajinya lebih sedikit dari karyawan yang bekerja full time. Metode ini sedikti mempunyai kelemahan, yaitu orang yang prestasi kerjanya lebih buruk bisa memperoleh gaji yang lebih besar hanya karena ia lebih lama berada di tempat usaha, padahal belum tentu ia menyelesaikan pekerjaannya. 
2. Kompetensi (competency-based pay atau skill-based pay)
Skema penggajian yang didasarkan pada skill atau keahlian karyawan biasanya dilakukan pada perusahaan yang mempunyai banyak divisi. Misalnya pekerja di bagian penciptaan dan pengembangan inovasi produk lebih besar gajinya daripada pekerja pelaksana (bagian produksi). Karena keahlian-keahlian yang dimiliki kelompok pegawai tersebut sangat jarang ditemukan, maka berhak diberikan gaji yang lebih. Kelemahan dari sistem ini adalah sulitnya menentukan perbedaan besaran gaji yang adil terhadap pekerja yang punya keahlian dan yang tidak.
3. Senoiritas (seniority-based pay)
Skema penggajian dengan sistem senioritas didasarkan pada lamanya pengabdian seorang karyawan yang bekerja di suatu perusahaan. Dalam pemerintahan (PNS) lebih dikenal dengan jenjang kepangkatan. Semakin lama telah mengabdi/bekerja, maka gajinya lebih besar. Kelemahan model ini adalah tidak menjamin bahwa pekerja senior memiliki kinerja yang lebih baik.
4. Berat ringannya pekerjaan (job-based pay)
Skema penggajian ini sering dipakai oleh perusahaan-perusahaan yang melakukan pembagian tugas terhadap suatu project pekerjaan. Bagian karyawan yang bekerja pada tugas, resiko dan tanggung jawab yang lebih berat akan mendapatkan penghasilan yang lebih. Kelemahan model ini adalah adanya kemungkinan karyawan yang berkinerja buruk bisa mendapatkan gaji lebih hanya karena ia berada pada bagian tersebut, padahal ia tidak menyelesaikan pekerjaannya dengan baik.

5. Prestasi Kerja (work perfomance-based pay)
Model penggajian (upah) yang didasarkan pada prestasi kerja yang mampu diraih seorang karyawan sedang diuji coba pemerintah untuk diterapkan di Indonesia pada awal tahun 2013. Sistem upah ini telah sukses diterapkan di Australia. Penggajian ini dianggap adil oleh para pengusaha. Mana karyawan yang berprestasi, maka ia akan diberi gaji lebih. Namun kelemahannya adalah memerlukan banyak instrumen pendukung, misalnya standarisasi dan kuantitas-kualitas output yang dihasilkan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar