Gaji adalah
imbalan atau upah yang berhak diterima seseorang yang telah bekerja pada suatu
perusahaan dalam periode tertentu (umumnya setiap 1 bulan kalender). Sebuah
perusahaan yang memiliki karyawan lebih dari satu, harus bisa memberikan gaji
yang seadil-adilnya, sehingga kinerja perusahaan tidak akan terganggu karena
adanya kelompok karyawan yang merasa kurang puas. Struktur dan sistem
penggajian yang diterapkan perusahaan merupakan bagian dari manajemen pengelolaan
karyawan agar tetap betah dan loyal bekerja untuk perusahaan. Ada beberapa
faktor yang bisa menyebabkan seorang ataupun sekelompok karyawan merasa kurang
betah dan ingin hengkang dari suatu perusahaan, antara lain:
- Gaji yang kurang memadai dan mencukupi untuk kebutuhan hidupnya
- Bidang pekerjaan yang geluti tidak sesuai profesionalitasnya
- Manajerial yang kurang cocok
- Tidak ada jaminan untuk prospek masa depannya
- Terdapat kesempatan kerja yang lain (lowongan di perusahaan lain)
- Memiliki masalah pribadi
Untuk itu,
diperlukan berbagai upaya agar loyalitas karyawan terhadap perusahaan dan
pimpinan tetap terjaga, salah satunya dengan kesepakatan skema penggajian yang
disetujui oleh perusahaan dan seluruh karyawan. Ada beberapa indikator yang
dapat digunakan perusahaan dalam menentukan besaran gaji yang berhak diterima para
pegawai, yaitu:
1. Waktu kerja (time-based pay)
Pemberian gaji yang didasarkan atas lamanya waktu yang ia habiskan
untuk bekerja di perusahaan. Umumnya dikenal dengan penggajian berdasarkan jam
kerja. Menurut aturan, dalam satu hari seorang karyawan bekerja selama 8 jam
(dipotong 1 jam untuk istirahat). Jika mereka hanya bekerja 6 jam perharinya,
maka gajinya lebih sedikit dari karyawan yang bekerja full time. Metode ini sedikti
mempunyai kelemahan, yaitu orang yang prestasi kerjanya lebih buruk bisa
memperoleh gaji yang lebih besar hanya karena ia lebih lama berada di tempat
usaha, padahal belum tentu ia menyelesaikan pekerjaannya.
2. Kompetensi (competency-based pay atau skill-based pay)
Skema penggajian yang didasarkan pada skill
atau keahlian karyawan biasanya dilakukan pada perusahaan yang mempunyai banyak
divisi. Misalnya pekerja di bagian penciptaan dan pengembangan inovasi produk
lebih besar gajinya daripada pekerja pelaksana (bagian produksi). Karena keahlian-keahlian
yang dimiliki kelompok pegawai tersebut sangat jarang ditemukan, maka berhak
diberikan gaji yang lebih. Kelemahan dari sistem ini adalah sulitnya menentukan
perbedaan besaran gaji yang adil terhadap pekerja yang punya keahlian dan yang
tidak.
3. Senoiritas (seniority-based pay)
Skema penggajian dengan sistem senioritas didasarkan pada lamanya
pengabdian seorang karyawan yang bekerja di suatu perusahaan. Dalam
pemerintahan (PNS) lebih dikenal dengan jenjang kepangkatan. Semakin lama telah
mengabdi/bekerja, maka gajinya lebih besar. Kelemahan model ini adalah tidak
menjamin bahwa pekerja senior memiliki kinerja yang lebih baik.
4. Berat ringannya pekerjaan (job-based pay)
Skema penggajian ini sering dipakai oleh
perusahaan-perusahaan yang melakukan pembagian tugas terhadap suatu project
pekerjaan. Bagian karyawan yang bekerja pada tugas, resiko dan tanggung jawab
yang lebih berat akan mendapatkan penghasilan yang lebih. Kelemahan model ini
adalah adanya kemungkinan karyawan yang berkinerja buruk bisa mendapatkan gaji lebih
hanya karena ia berada pada bagian tersebut, padahal ia tidak menyelesaikan
pekerjaannya dengan baik.
5. Prestasi Kerja (work perfomance-based pay)
Model penggajian (upah) yang didasarkan pada prestasi
kerja yang mampu diraih seorang karyawan sedang diuji coba pemerintah
untuk
diterapkan di Indonesia pada awal tahun 2013. Sistem upah ini telah
sukses
diterapkan di Australia. Penggajian ini dianggap adil oleh para
pengusaha. Mana
karyawan yang berprestasi, maka ia akan diberi gaji lebih. Namun
kelemahannya adalah memerlukan banyak instrumen pendukung, misalnya
standarisasi dan kuantitas-kualitas output yang dihasilkan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar