Marketing.co.id - Data www.worldinternetstatistics.com
menunjukkan pengguna internet dunia sudah menembus angka 2,27 miliar
orang. Dan bahkan saat ini di Indonesia terdapat lebih dari 55 juta
pengguna internet, dengan lebih dari 50 juta Facebooker (peringkat ke-4 dunia), dan lebih 30 juta pengguna Twitter (juga ada di posisi ke-4 dunia).
Revolusi digital menjadi standar baru dalam dunia komunikasi maupun
bisnis. Bahkan telah mentransformasi berbagai industri seperti musik,
buku, travel, dan industri-industri lain, karena mampu memenuhi kebutuhan shopper, yang tidak bisa dipenuhi oleh jalur penjualan tradisional. Munculnya Amazon.com sangat fenomenal sebagai pionir online bookstore yang akhirnya tumbuh menjadi online superstore, yang menyediakan hampir segala jenis barang.
Di portal tersebut kita bisa memilih berbagai buku (termasuk dalam format e-book),
membaca resensi buku, dan membeli buku-buku yang direkomendasikan.
Melalui iTunes, kita dengan sangat mudah dan ekonomis bisa bebas memilih
lagu-lagu untuk menyusun album koleksi musik yang sesuai dengan
keinginan kita.
Untuk keperluan wisata, daripada mengunjungi agen perjalanan, kita
merasa lebih nyaman mengunjungi portal-portal wisata lokal seperti erawisata.com atau Indonesiahai.com bisa juga mengunjungi portal wisata internasional seperti Travelocity untuk mencari, membandingkan, dan memilih paket wisata yang sesuai dengan keinginan.
Di Indonesia mulai bermunculan berbagai portal online shopping seperti
Toko Bagus, BliBli, Dinomarket, dan bahkan Rakuten—portal belanja
online dari Jepang—dan Mothercare yang mendapatkan respons positif dari
konsumen.
Dalam laporan terbarunya, Nielsen melakukan penelitian tentang pengaruh digital shopping ini terhadap produk-produk konsumen atau consumer packaged goods (CPG).
Di Amerika, pertumbuhan e-commerce produk-produk konsumen
(CPG) sangat fantastis. Pada tahun 2010, US Online CPG Sales sudah
mencapai US$12 miliar (meskipun baru mencerminkan 2% total US online sales tahun 2010), dan diperkirakan akan terus tumbuh sebesar rata-rata 25% per tahun sampai mencapai US$25 miliar di tahun 2014.
Hasil Nielsen Global Survey of Digital’s Influence on Grocery Shopping, Q1, 2012, tentang berbagai
produk yang akan dibeli secara online dalam 3 sampai 6 bulan ke depan,
menunjukkan peningkatan yang cukup signifikan dibandingkan Q1, 2010
hampir pada semua kategori produk. Kecuali pembelian produk fisik
buku/majalah/koran (hardcopy) mengalami penurunan sangat drastis,
dari 44% pada kuartal 1 2010 turun menjadi 33% pada kuartal 1 2012.
Sebaliknya, pembelian produk buku/majalah/koran digital mengalami
pertumbuhan yang fantastis.
Menurut Jeanne Danubio, Senior Vice President, Consumer & Shopper Analytics Nielsen, “Kunci sukses di dunia digital shopping adalah memahami shopper needs, bagaimana proses pembelian produk tersebut, apa saja digital touch-points yang memengaruhi keputusan para pembeli.” Jadi, agar sukses menyusun strategi digital marketing yang jitu, para digital shopping provider dituntut untuk mengetahui profil digital shopper mereka, kebutuhan pembeli, proses pemilihan produk, dan perilaku belanja.
Dan yang tak kalah pentingnya adalah mengetahui digital touch-points
yang paling efektif memengaruhi keputusan pembelian. Taylor Nielsen
Sofres menemukan satu fakta bahwa rekomendasi keluarga dan teman
merupakan touch-points paling berpengaruh yang berada di urutan atas di hampir semua negara.
Sementara itu, Sebastian Janini, Regional Director TNS Consumer Sector, memberikan tips untuk menghadapi touch-points yang semakin bergeser dan terjadinya fragmentasi media ini. Menurut dia, di tengah pergeseran touch-points, pemasar dapat mengandalkan unsur emosi dalam pesan yang disampaikan kepada target audience. “Unsur emosi dapat diperoleh dari banyak sisi,” tegasnya.
Brand message akan lebih mudah dibaca dan dipahami oleh target audience melalui koneksi emosional (emotive connection). Jadi, penting untuk menentukan dulu emotive brand positioning. Setelah itu, barulah pemasar menentukan touch-points paling efektif yang akan dimanfaatkan untuk komunikasi brand. Perlu diingat bahwa setiap touch-points juga memiliki emotive compass yang berbeda-beda. Keduanya harus diselaraskan.
Berikut ini ada beberapa alternatif digital touch-points yang banyak digunakan secara global: coupon website, social network, brand email, brand website, store website, store email, blog, mobile apps, media website, dan online retailers.
Silakan Anda eksplorasi lebih lanjut digital touch-points
yang paling efektif sesuai dengan kategori produk Anda. Ya memang
diakui, penjualan online beberapa kategori produk bisa lebih baik
dibandingkan produk yang lain. (Redaksi)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar