Biasanya
komik hanya bercerita tentang pahlawan super. Superman, Batman,
Spiderman,Incredible Hulk, Captain America. Namun, beberapa waktu yang
lalu sebuah komik tentang Howard Schultz diluncurkan.
Howard bukan pahlawan dengan kekuatan super. Ia hanya manusia biasa yang mampu membangun salah satu merek terkuat di muka bumi ini. Komik yang digarap oleh Blueprint Production ini diluncurkan dengan judul Howard Schultz: The Man Behind Starbucks.
Harus diakui, komik ini merupakan cara unik dalam mengomunikasikan sebuah merek. Hal ini juga dapat menjadi inspirasi bagi para PR yang sedang mencari cara efektif untuk menampilkan CEO mereka dengan cara yang manusiawi.
Tak bisa dipungkiri, CEO adalah wajah sebuah merek. Menampilkan para CEO dengan citra yang lebih ramah telah menjadi kebutuhan tersendiri di era media sosial. Dengan begitu, audiens akan lebih nyaman berkomunikasi dengan mereka.
Kehadiran media sosial telah mengubah cara konsumen memandang sebuah merek. Bagi konsumen, merek tidak lagi sebuah nama produk yang mereka gunakan. Merek telah menjadi bagian dari identitas.
Untuk itu mereka ingin mengenal merek lebih jauh. Kini mereka tidak saja mengonsumsinya, tetapi juga “berteman” dengan merek tersebut. Hal ini membuat CEO perlu lebih ramah menyapa para konsumennya. Kita tentu akan lebih senang berkawan dengan sosok yang ramah, bukan?
Selain komik seperti yang digunakan oleh Howard Schultz, ada beberapa media yang dapat digunakan oleh para CEO untuk membangun hubungan yang akrab dengan para pelanggan mereknya.
Blog
Dibanding media sosial yang tampak meriah dan glamor, blog memang terlihat lebih sederhana. Blog tampak lebih tenang dan tidak berisik. Dan itulah yang membuat media ini sangat tepat untuk bercerita dan memperkenalkan para CEO kepada audiens.
Menulis blog beberapa kali dalam seminggu dapat menjadi cara bagi para CEO untuk bercerita tentang passion, hobi, dan hal menarik lainnya kepada para audiens.
Biarkan para audiens mengenal sisi lain para CEO. Tunjukkan bahwa mereka bukan sosok yang menempatkan uang dan bisnis di atas segalanya. Para CEO juga manusia dengan berbagai kesenangan dan hobi yang mungkin tidak jauh berbeda dengan para audiensnya.
Podcast
Kalau CEO Anda suka ngobrol, podcast dapat menjadi sarana baginya untuk mendekatkan diri dengan para pelanggan. Mereka dapat ngobrol dengan para pelanggan melalui podcast setiap minggu.
Tentunya bukan obrolan tentang perusahaan atau industri. Melainkan percakapan santai tentang nilai-nilai merek mereka dan bagaimana mengaitkan hal tersebut dengan isu-isu yang lebih besar dalam masyarakat.
Bicara tentang pendapat pribadi para CEO tentu tidak akan merugikan perusahaan. Hal tersebut justru menunjukkan kepada audiens bahwa CEO Anda mampu bicara hal lain selain tentang bisnis mereka.
Video
Video terbukti dapat menjadi media yang sangat kuat untuk mengomunikasikan sesuatu. Namun, tentu kita harus pandai memilih apa yang akan ditampilkan dalam video tersebut.
Bila CEO Anda rutin bermain tenis dengan kawan-kawannya atau ia tidak pernah melewatkan pertandingan basket anak-anaknya, maka video adalah media yang tepat digunakan. Anda dapat menampilkan rutinitas tersebut dalam video.
Hal tersebut dapat menunjukkan sisi lain seorang CEO. Selalu menarik melihat orang yang sehari-hari terlihat serius, bergaul akrab dengan rekan-rekan dan keluarganya.
Pada akhirnya, apapun media yang kita pilih, tetap pesannya lah yang menentukan. BIla para CEO ingin diterima oleh para audiensnya, mereka harus menampilkan dirinya yang sebenarnya.
Betapapun dipoles agar terlihat ramah, bila mereka tidak punya keinginan untuk membuka diri kepada para pelanggannya, apapun media yang digunakan tidak akan berpengaruh banyak. (www.prnewsonline.com)
Howard bukan pahlawan dengan kekuatan super. Ia hanya manusia biasa yang mampu membangun salah satu merek terkuat di muka bumi ini. Komik yang digarap oleh Blueprint Production ini diluncurkan dengan judul Howard Schultz: The Man Behind Starbucks.
Harus diakui, komik ini merupakan cara unik dalam mengomunikasikan sebuah merek. Hal ini juga dapat menjadi inspirasi bagi para PR yang sedang mencari cara efektif untuk menampilkan CEO mereka dengan cara yang manusiawi.
Tak bisa dipungkiri, CEO adalah wajah sebuah merek. Menampilkan para CEO dengan citra yang lebih ramah telah menjadi kebutuhan tersendiri di era media sosial. Dengan begitu, audiens akan lebih nyaman berkomunikasi dengan mereka.
Kehadiran media sosial telah mengubah cara konsumen memandang sebuah merek. Bagi konsumen, merek tidak lagi sebuah nama produk yang mereka gunakan. Merek telah menjadi bagian dari identitas.
Untuk itu mereka ingin mengenal merek lebih jauh. Kini mereka tidak saja mengonsumsinya, tetapi juga “berteman” dengan merek tersebut. Hal ini membuat CEO perlu lebih ramah menyapa para konsumennya. Kita tentu akan lebih senang berkawan dengan sosok yang ramah, bukan?
Selain komik seperti yang digunakan oleh Howard Schultz, ada beberapa media yang dapat digunakan oleh para CEO untuk membangun hubungan yang akrab dengan para pelanggan mereknya.
Blog
Dibanding media sosial yang tampak meriah dan glamor, blog memang terlihat lebih sederhana. Blog tampak lebih tenang dan tidak berisik. Dan itulah yang membuat media ini sangat tepat untuk bercerita dan memperkenalkan para CEO kepada audiens.
Menulis blog beberapa kali dalam seminggu dapat menjadi cara bagi para CEO untuk bercerita tentang passion, hobi, dan hal menarik lainnya kepada para audiens.
Biarkan para audiens mengenal sisi lain para CEO. Tunjukkan bahwa mereka bukan sosok yang menempatkan uang dan bisnis di atas segalanya. Para CEO juga manusia dengan berbagai kesenangan dan hobi yang mungkin tidak jauh berbeda dengan para audiensnya.
Podcast
Kalau CEO Anda suka ngobrol, podcast dapat menjadi sarana baginya untuk mendekatkan diri dengan para pelanggan. Mereka dapat ngobrol dengan para pelanggan melalui podcast setiap minggu.
Tentunya bukan obrolan tentang perusahaan atau industri. Melainkan percakapan santai tentang nilai-nilai merek mereka dan bagaimana mengaitkan hal tersebut dengan isu-isu yang lebih besar dalam masyarakat.
Bicara tentang pendapat pribadi para CEO tentu tidak akan merugikan perusahaan. Hal tersebut justru menunjukkan kepada audiens bahwa CEO Anda mampu bicara hal lain selain tentang bisnis mereka.
Video
Video terbukti dapat menjadi media yang sangat kuat untuk mengomunikasikan sesuatu. Namun, tentu kita harus pandai memilih apa yang akan ditampilkan dalam video tersebut.
Bila CEO Anda rutin bermain tenis dengan kawan-kawannya atau ia tidak pernah melewatkan pertandingan basket anak-anaknya, maka video adalah media yang tepat digunakan. Anda dapat menampilkan rutinitas tersebut dalam video.
Hal tersebut dapat menunjukkan sisi lain seorang CEO. Selalu menarik melihat orang yang sehari-hari terlihat serius, bergaul akrab dengan rekan-rekan dan keluarganya.
Pada akhirnya, apapun media yang kita pilih, tetap pesannya lah yang menentukan. BIla para CEO ingin diterima oleh para audiensnya, mereka harus menampilkan dirinya yang sebenarnya.
Betapapun dipoles agar terlihat ramah, bila mereka tidak punya keinginan untuk membuka diri kepada para pelanggannya, apapun media yang digunakan tidak akan berpengaruh banyak. (www.prnewsonline.com)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar