Kamis, 23 Mei 2013

Strategi Pemasaran Unik Joger Bali

Pertama kali saya mengenal Joger ketika saya mengikuti study tour SMAN 1 Batang kelas 2 tahun 2004. Perkenalan yang membawa bekas mendalam membuat saya kembali ke Joger Bali pertengahan Desember 2011. Di saat liburan sekolah suasana di Joger saat itu sangat ramai seperti pasar kaget. Orang berebut mencari kaos yang sesuai atau pernak-pernik lain seperti tas, gantungan kunci, sandal, kerajinan dll. Suasana ramai inilah yang membuat orang “bersaing” untuk berbelanja. Ditambah lagi, kebanyakan orang yang datang ke Bali (Joger) adalah wisatawan yang mempunyai waktu terbatas. Biasanya wisatawan rombongan menjadikan Joger sebagai salah satu destinasi kunjungan. Strategi ini bisa disebut sebagai “panic buyers”.

Berbeda dengan toko lain yang menerapkan strategi ekspansif, Joger justru hanya membuka satu toko, yang tokonya berada di Kuta Bali. Hal ini membuat tokonya tidak pernah sepi sepanjang waktu. Letak toko Joger yang berada di jantung pariwisata Bali, yakni Kuta, memudahkan konsumen untuk datang ke Joger.

Kaos Joger yang saya beli ketika study tour SMA bertahan sampai 5 tahun pakai secara rutin. Ini menandakan kualitas tinggi bahan Joger. Waktu itu harga kaos sekitar 50ribuan, inflasi mendorong harga kaos menjadi 70ribuan per Desember 2011 dengan model yang sama yang saya beli waktu SMA.

Tidak bisa konsumen membeli produk Joger sesuai kuantitas yang diinginkan. Ada pembatasan pembelian yang ditetapkan pihak Joger. Ini mungkin untuk mencegah agar tidak ada lagi penjualan kembali (reselling) produk Joger di tempat lain. Jadi kalau ingin beli Joger ya silahkan datang langsung ke Bali atau nitip teman anda yang ke Bali. Sehingga Joger menjadi oleh-oleh khas Bali.

Deky Suprianto
*Tulisan ini terinspirasi ketika mengajar kelas 8 SMP Sugar Group untuk materi Pasar.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar