Brand atau merek bukanlah sesuatu yang statis. Esensi sebuah
merek terus berubah mengikuti perkembangan zaman dan tuntutan konsumen.
Itu sebabnya para pemilik harus peka mengamati kedua hal tersebut.
Ketika konsep merek pertama kali lahir, merek tak lebih dari sebuah
simbol dan merek dagang. Para marketer menggunakannya hanya sebatas
identitas dan bagian dari alat komunikasi.
Namun, seiring berjalannya waktu merek pun mengalami perubahan. Merek
generasi kedua lahir di tengah iklim korporasi modern. Saat ini merek
tak lagi sekadar simbol yang mewakili sebuah produk. Merek telah
ber-evolusi menjadi serangkaian nilai ekuitas.
Kini, ada serangkaian nilai yang terkandung dalam sebuah merek.
Nilai-nilai tersebut menjadikan sebuah merek alat untuk meningkatkan
awareness, image, dan loyalitas pelanggan. Semakin tinggi nilai sebuah
merek, akan semakin mudah memperoleh awareness serta loyalitas
pelanggan. Dengan merek yang kuat, citra di mata pelanggan pun akan
melekat kuat.
Serangkaian hal tersebut sangat berpengaruh kepada penjualan. Semakin
tinggi nilai sebuah merek, semakin kuat ia dapat mendorong pelanggan
melakukan pembelian. Hal tersebut karena ada serangkaian nilai yang
diwakili oleh merek tersebut. Ada kebanggaan yang tidak bisa dinilai
dengan materi. Bayangkan betapa kuatnya sebuah merek.
Selama bertahun-tahun kita mengenal merek dari generasi tersebut.
Namun, waktu terus berjalan, dan evolusi merek tidak pernah berhenti.
Tibalah kita pada evolusi merek ketiga. Merek generasi ketiga lahir di
tengah konvergensi media.
Kehadiran teknologi digital telah pola komunikasi masyarakat. Dengan
sendirinya peta media pun ikut berubah. Media digital, terutama media
sosial telah melahirkan konsumen generasi baru. Mereka adalah konsumen
yang memiliki kekuatan, tidak saja kekuatan untuk membeli, tapi juga
kemampuan mengangkat (maupun menjatuhkan) sebuah merek.
Di saat yang sama, teknologi digital telah membuat dunia semakin
tidak berbatas. Batas ruang dan waktu semakin mengabur. Kampanye yang
kita lakukan di Indonesia misalnya, dapat dengan mudah dilihat oleh para
konsumen di Inggris. Dengan adanya media sosial, komplain pelanggan
terhadap merek tertentu dapat segera diketahui oleh pelanggan yang
berada di Amerika Serikat.
Kondisi-kondisi ini menjadi tantangan tersendiri bagi para pemilik
merek. Dibutuhkan pendekatan dan strategi yang berbeda bagi merek dalam
menghadapi perubahan tersebut.
Indonesia Brand Summit 2013 akan menyoroti hal ini. Dalam event
yang akan digelar 21 Februari mendatang akan dibahas tentang berbagai
strategi dan ide-ide segar yang dapat diimplementasikan dalam membangun
merek yang kuat di tengah dunia yang semakin mengglobal.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar