Pada saat ini, dunia sedang mengalami perubahan yang dahsyat dan
serempak di berbagai bidang. Perubahan besar terjadi di bidang
komunikasi, informasi, dan perdagangan bebas. Perubahan-perubahan ini
tentu saja juga dihadapi oleh dunia bisnis. Sebagai dampak dari
perdagangan bebas, perusahaan lokal harus sanggup bersaing dengan
perusahaan global maupun perusahaan lokal dari negara lain.
Banyak perusahaan di Indonesia ingin menjadi salah satu perusahaan
yang terbaik. Sebagai contoh, Pertamina ingin menjadi World Class
National Energy Company; di dalam salah satu dari Panca Sradha nya,
Kalbe ingin Strive to be the best; Summarecon mempunyai visi ingin
menjadi “Crown Jewel” of property developers di Indonesia. Perusahaan
yang terbaik akan meningkatkan kemampuan perusahaan untuk memenangi
persaingan bisnis maupun ketahanan hidup menghadapi perubahan dunia yang
dahsyat dan serempak.
Timbul pertanyaan: apakah definisi dari “perusahaan yang terbaik”
yang lebih sering dikenal dengan berbagai istilah seperti perusahaan
kelas dunia (world class company); perusahaan dengan praktik terbaik
(the best practice company)? Perusahaan yang berukuran besar, perusahaan
yang sudah berumur panjang, maupun perusahaan yang global bukanlah ciri
utama dari perusahaan kelas dunia.
Perusahaan kelas dunia ialah perusahaan yang mempunyai proses bisnis
atau kegiatan bisnis yang sangat baik. Rata-rata ada 600 proses bisnis
di suatu perusahaan, seperti kegiatan merekrut karyawan, mencari
pelanggan, menagih piutang, dan lain-lain. Menjadi perusahaan kelas
dunia tidak perlu semua proses bisnis harus sangat baik. Setidaknya,
satu atau dua proses bisnis harus sangat baik, sedangkan proses bisnis
lain harus rata-rata industri.
Ini menimbulkan pertanyaan baru, bagaimana kita mengetahui apakah
proses bisnis sudah sangat baik, rata-rata industri, atau buruk?
Baik buruknya suatu proses bisnis diukur dari tingkat cacatnya. Cacat
di dalam suatu proses bisnis ialah segala sesuatu yang tidak sesuai
dengan keinginan pelanggan atau janji ke pelanggan yang tidak ditepati.
Misalnya, pelanggan meminta agar barang dikirim satu minggu lagi. Kita
mengirim barang itu hari ini karena barang sudah ada stok di gudang.
Kegiatan pengiriman barang itu cacat karena tidak sesuai dengan
keinginan pelanggan. Tingkat cacat dari proses bisnis yang sangat baik
ialah 1,8 cacat per 1 miliar output yang dihasilkan.
Rasanya kurang etis menanyakan cacat. Oleh karena itu digunakan
istilah lain, yaitu sigma level. Dilihat dari sigma level-nya, proses
bisnis dikategorikan sebagai berikut: Proses bisnis yang buruk jika
sigma level di bawah 2. Proses bisnis rata-rata industri jika sigma
level = 4. Proses bisnis yang sangat baik jika sigma level-nya minimum
6.
Ada kaitan antara sigma level, tingkat cacat, dan kualitas suatu
produk. Semakin tinggi sigma level, semakin rendah tingkat cacat, dan
semakin tinggi kualitas produk. Terbukti, dari berbagai penelitian di
berbagai industri dan di semua negara bahwa semakin tinggi kualitas
suatu produk, ongkos membuat produk tersebut selalu turun.
Mengubah pola pikir
Perusahaan kelas dunia mempunyai keunggulan bersaing bisnis, baik
dalam segi kualitas maupun biaya dibandingkan perusahaan yang belum
kelas dunia. Ini membuat banyak perusahaan berlomba melakukan perbaikan
proses bisnis untuk menjadi perusahaan kelas dunia.
Apa yang harus dilakukan? Ide datang dari analogi dengan olahraga dan
studi banding ke perusahaan kelas dunia. Ada kemiripan antara olahraga
dan bisnis. Untuk menjadi pemenang, baik olah ragawan maupun perusahaan
harus memenangkan persaingan. Tujuan tertinggi olah ragawan ialah
menjadi juara dunia olahraga yang ekuivalen dengan menjadi perusahaan
kelas dunia dalam bisnis. Untuk menjadi juara dunia olahraga, olah
ragawan harus berlatih terus-menerus. Ini ekuivalen dengan perusahaan
harus melakukan perbaikan proses bisnis secara terus-menerus.
Berdasarkan analisis studi banding perusahaan Motorola ke Hitachi,
ada dua tahap untuk menjadi perusahaan kelas dunia. Pertama ialah
mengetahui karakteristiknya. Kedua ialah membuat sistem manajemen untuk
perbaikan proses bisnis agar hasil perbaikan sangat baik sehingga mampu
mengejar ketertinggalan dari perusahaan kelas dunia lain.
Hasil survei menunjukkan bahwa karakteristik dari perusahaan kelas
dunia tecermin dari adanya pola pikir tertentu dan kecepatan perbaikan
proses bisnis yang tinggi. Pola pikir perusahaan kelas dunia disebut
pola pikir pemenang yang diterima oleh semua orang di perusahaan, mulai
level direksi, manajer, sampai karyawan.
Ada 10 pola pikir yang terkait dengan pola pikir pemenang. Salah satu
contohnya ialah pandangan orang soal kualitas produk dengan biayanya.
Pandangan pertama mengatakan, semakin tinggi kualitas suatu produk,
ongkos produksi biasanya semakin mahal. Pandangan kedua, semakin tinggi
kualitas suatu produk, ongkos produksi selalu turun. Pola pikir pemenang
mengatakan pandangan kedua adalah benar. Pandangan pertama membuat
orang tidak mau melakukan perbaikan proses bisnis karena khawatir akan
risiko, seperti biaya naik, laba turun, bonus kecil, dan kenaikan gaji
kecil.
Untuk menjadi perusahaan kelas dunia, perusahaan perlu memiliki
sistem manajemen untuk perbaikan proses bisnis yang sukses, cepat, tepat
dan sinergi antar perbaikan proses bisnis. Contohnya, Six Sigma di
General Electric, dan Astra Management System di kelompok Astra. Sistem
manajemen untuk perbaikan proses bisnis ini perlu dibuat secara internal
oleh manajemen perusahaan. Konsultan manajemen sebaiknya berfungsi
mengarahkan manajemen dalam pembuatan sistem manajemen untuk perbaikan
proses bisnis dan sebagai rekan diskusi agar sistem manajemen tersebut
sesuai kultur perusahaan dan sukses dijalankan di perusahaan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar