Saat ini bukan saja kaum berduit yang bisa tinggal di apartemen.
Kalangan mahasiswa pun bisa menikmati tinggal di hunian residential
tersebul. Seperti apa pasarnya?
Budaya tinggal di rumah indekos—atau lebih dikenal dengan istilah
kos-kosan, kian lama nampaknya akan ditinggalkan oleh mahasiswa.
Pasalnya, kini telah hadir beberapa apartemen yang sengaja membidik
mahasiswa sebagai target pasarnya.
Sebut saja Aston Urbana Residence yang berada di kawasan Lippo
Karawaci-Tangerang, Kalibata City, dan Mediterania Garden Residence I
dan II yang berlokasi di kawasan Podomoro City, Jakarta Barat. Ketiga
apartemen tersebut dibangun pas berdekatan dengan sentra pendidikan.
Konsumen yang dibidik pun rata-rata adalah mahasiswa.
Bisa dibilang ini merupakan ceruk bisnis baru bagi pengembang.
Pasalnya, kebutuhan akan tempat tinggal di sekitar kampus terus
meningkat, seiring dengan pertumbuhan jumlah mahasiswa baru yang masuk
setiap tahunnya. Terlebih di kawasan tempat institusi pendidikan
berdiri, seperti Depok, Salemba, dan Tangerang.
Adalah Agung Podomoro yang pertama kali jeli melihat mahasiswa
sebagai ceruk bisnis baru untuk apartemen. Saat ini, kedua apartemen
miliknya yakni Kalibata City dan Mediterania Garden Residence I dan II
yang berada di kawasan Podomoro City memang sengaja diperuntukkan bagi
mahasiswa.
Namun, kata Indra Widjaja Antono, Marketing Director Agung Podomoro
Group (APG), awalnya APG tidak bermaksud membuat apartemen bagi kalangan
mahasiswa. Karena di bisnis properti, rencana baru bisa dibuat setelah
mendapatkan lahan. “Jadi, bukan pasang rencana dulu lalu mencari lahan,”
tukas dia.
Kebetulan saat itu, tepatnya di tahun 2003, APG mendapat lahan di
daerah Tanjung Duren. “Setelah mengadakan riset, akhirnya diambil
kesimpulan bahwa lokasi ini cukup bagus untuk dibangun apartemen bagi
mahasiswa. Dasarnya karena di daerah sekitar Tanjung Duren terdapat
kurang lebih enam universitas terkemuka dengan potensi 10 ribu mahasiswa
baru setiap tahunnya, dan 60 persen dari mahasiswa tersebut berasal
dari luar daerah.”
Setelah menemukan target market, langkah selanjutnya adalah
memperhitungkan probabilitas penjualan apartemen tersebut. Waktu itu,
ujar Indra, pihak APG menghitung dengan potensi 10 ribu mahasiswa,
setidaknya bisa terjual 50 persen saja sudah bagus. Namun, karena tidak
ingin terlalu gegabah memasang target, akhirnya diputuskan untuk membuat
apartemen Mediterania I sebanyak 2.700 unit seharga Rp 150–180 juta per
unit. Tanpa diduga, hanya dalam waktu singkat okupansi terhadap
apartemen tersebut langsung mencapai 90 persen. Hal ini pula yang memicu
dibangunnnya Mediterania II sekarang.
“Antusiasme ini bukan tanpa alasan. Harga yang terjangkau dan
kelengkapan fasilitas adalah pertimbangan yang banyak disampaikan oleh
para pembeli,” ungkap Indra.
Dari sisi harga misalnya, dengan penawaran Rp 150 jutaan, waktu itu orang tua mahasiswa tidak merasa keberatan. Daripada harus membayar sewa kos sebesar Rp 1–3 juta di Jakarta, lebih baik mereka membelikan anaknya satu unit apartemen. Selain kebersihan terjamin, apartemen juga bisa menjadi sumber investasi yang menguntungkan kelak.
Dari sisi harga misalnya, dengan penawaran Rp 150 jutaan, waktu itu orang tua mahasiswa tidak merasa keberatan. Daripada harus membayar sewa kos sebesar Rp 1–3 juta di Jakarta, lebih baik mereka membelikan anaknya satu unit apartemen. Selain kebersihan terjamin, apartemen juga bisa menjadi sumber investasi yang menguntungkan kelak.
Alasan ini cukup masuk akal. Hitung saja berapa pengeluaran para
orang tua untuk kos anaknya yang kuliah di Jakarta dalam setahun, bila
rata-rata biaya kos mencapai Rp 500 ribu–Rp 3 juta per bulan untuk
sebuah kamar. “Itu baru satu anak. Bagaimana bila anaknya berjumlah dua
sampai tiga orang yang kuliah di sini?,” tegas Indra.
Bandingkan dengan cicilan apartemen Mediterania yang hanya sebesar Rp
3 jutaan per bulan waktu itu. Selain kenyamanan dijamin, fasilitas pun
tersedia lengkap, dan yang terpenting bernilai ekonomis karena satu unit
apartemen memiliki dua kamar. Tambahan lagi, properti ini juga bisa
dijadikan investasi yang nilainya dipastikan akan terus bertambah karena
letaknya yang berada di perkotaan.
Selain itu, ujar Indra, keuntungan lainnya adalah apartemen ini bisa
menjadi tempat tinggal juga bagi mereka yang telah lulus kuliah.
Kemudian, saat bekerja atau bekeluarga, bila mereka memang merasa
kerasan tinggal di sana. Kalaupun berniat untuk dijual, tidak akan
menjadi masalah karena nilai invetasinya terus naik. Kini, harga
apartemen Mediterania sudah mencapai Rp 500 juta per unit.
Di samping kenyamanan bertempat tinggal, nilai lebih lain yang bisa
ditawarkan oleh pihak APG adalah proud (rasa bangga). Menurut Indra,
proud yang dimiliki mahasiswa yang tinggal di apartemen pastinya akan
berbeda ketimbang mereka yang tinggal di kos-kosan. Padahal kalau
dihitung-hitung, nilai biayanya hampir sama antara tinggal di kos dengan
apartemen.
Fasilitas Apartemen untuk Mahasiswa
Mengenai fasilitas, Indra menjelaskan, kendati masuk ke segmen mahasiswa—baik di Mediterania maupun di Kalibata City, keduanya memiliki fasilitas komplit yang high class, seperti kolam renang ukuran Olympic, tempat fitness, cafĂ© untuk hang out, wi fi dan lain-lain. Seluruh fasilitas itu disediakan bukan tanpa alasan. Menurutnya, ini demi mengantisipasi pergeseran dari permintaan pasar. Karena sebelum membangun apartemen tersebut, dirinya sudah melihat, bahkan memprediksi, bahwa dalam 5–10 ke depan, sentra pendidikan akan bergeser ke sub urban—mengikuti tren rumah tinggal, seperti daerah Depok, Bekasi, Tangerang, Bogor dan lain-lain.
Mengenai fasilitas, Indra menjelaskan, kendati masuk ke segmen mahasiswa—baik di Mediterania maupun di Kalibata City, keduanya memiliki fasilitas komplit yang high class, seperti kolam renang ukuran Olympic, tempat fitness, cafĂ© untuk hang out, wi fi dan lain-lain. Seluruh fasilitas itu disediakan bukan tanpa alasan. Menurutnya, ini demi mengantisipasi pergeseran dari permintaan pasar. Karena sebelum membangun apartemen tersebut, dirinya sudah melihat, bahkan memprediksi, bahwa dalam 5–10 ke depan, sentra pendidikan akan bergeser ke sub urban—mengikuti tren rumah tinggal, seperti daerah Depok, Bekasi, Tangerang, Bogor dan lain-lain.
Bila hal itu benar terjadi, maka pihaknya tidak perlu khawatir
kehilangan pasar. Karena apartemen yang semula diperuntukkan bagi
mahasiswa ini, bisa dialihkan segmennya menjadi apartemen yang menyasar
kaum pekerja atau keluarga muda. Dari segi fasilitas dan kenyamanan,
hunian ini sudah memenuhi syarat. Bahkan, sejak sekarang pun sudah
banyak kaum pekerja dan keluarga muda yang menghuni Mediterania ataupun
Kalibata City.
Berbicara mengenai promosi, Indra mengaku pihaknya tidak terlalu
kesulitan dalam memperkenalkan apartemen ini kepada mahasiswa. Mereka
cukup menemui dekan atau pihak kampus yang lain, kemudian memberitahu
bahwa ada hunian apartemen untuk mahasiswa. Pihak kampus tanpa proses
yang rumit akan langsung menyampaikannya kepada mahasiswa.
“Setelah informasi ini sampai ke mahasiswa, biasanya prinsip word of
mouth akan bekerja sangat cepat di kalangan intelektual muda tersebut.
Jadi, tanpa pakai promosi yang njlimet, informasi ini langsung tersebar
dengan sendirinya,” tegas dia.
Selain promosi langung kepada pihak kampus, pihak pengembang juga
sering menggelar pameran ke kampus-kampus guna mengomunikasikan benefit
yang didapat bila mahasiswa tinggal di apartemen. (Majalah
MARKETING/Andri Darmawan)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar