Dikenal sebagai orang jenius sejagat, Einstein di masa kecilnya
tak menunjukkan tanda-tanda ia sangat pintar. Bahkan ayahnya menganggap
Einstein terbelakang mental, penyendiri, dan pemarah (suka melempar
barang). Hingga usia empat tahun Einstein tak pernah bicara. Bahkan,
sampai berusia tujuh tahun, belum bisa membaca.
Namun minat lelaki kelahiran Ulm, Jerman, 14 Maret 1879 ini pada ilmu fisika sudah dimulai sejak usia lima tahun. Hal itu berawal ketika ayahnya menghadiahinya sebuah kompas. Einstein kecil merasa aneh dengan benda itu, yang seolah-olah di dalamnya ada yang hidup. Sejak itu, ia bertekad mempelajarinya. Ia lantas juga menyukai matematika setelah belajar kalkulus di tahun 1891. Gara-gara kesukaannya pada matematika, ia sampai terobsesi menjadi guru matematika. Meski begitu, untuk mengejar cita-citanya menjadi guru tak gampang.
Pada saat usia 15 tahun, orangtuanya pindah ke Milan, Italia, sedangkan ia tetap tinggal di Jerman agar bisa meneruskan sekolahnya. Namun setahun kemudian ia justru pindah ke Swiss karena ingin melanjutkan sekolah ke Eidgenössische Technische Hochschule (ETH, Sekolah Politeknik Swiss) di Zurich. “Saya ingin sekolah di Zurich untuk mempelajari matematika dan fisika selama empat tahun, lalu jadi guru bidang pelajaran itu. Itulah rencana saya,” kisahnya suatu ketika.
Namun ia gagal saat mengikuti tes masuk pada tahun 1895. Einstein tak kapok dan bertekad mencobanya lagi tahun berikutnya. Untuk mempersiapkan seleksi tahun berikutnya, ia belajar di sebuah sekolah di Arrau, Swiss. Akhirnya ia lolos seleksi dan mulai belajar di ETH pada tahun 1896 dan lulus tahun 1900.
Sayangnya ia tak mendapatkan pekerjaannya sebagai guru. Ia pernah mencoba jadi dosen di almamaternya ETH, tetapi gagal. Tiga temannya, termasuk sahabatnya, Marcel Grossmann, bisa menjadi asisten di ETH, namun Einstein tak tertarik jika hanya menjadi asisten.
Akhirnya ia menjadi guru matematika di sebuah SMA di Winterthur pertengahan 1901. Menurutnya, kala itu ia sudah menyerah untuk terus merengek minta pekerjaan di universitasnya. Ia juga menjadi guru honorer di sebuah sekolah swasta di Schafhausen.
Ayah Grossmann kemudian mencoba mencarikan pekerjaan buatnya yang membuat Einstein bisa bekerja di kantor paten di Bern. Einstein bekerja di kantor paten dari tahun1902 hingga 1909. Selama bekerja, Einstein terus mengembangkan ilmunya dan meraih gelar doktor pada tahun 1905 dari University of Zurich. Tesis doktornya ia persembahkan buat Grossmann yang sudah membantunya.
Pada tahun 1905 ini, ia menulis tiga paper yang salah satunya membahas apa yang sekarang disebut teori relativitas. Setelah itu paper-paper-nya bermunculan. Di sana ia mengemukakan berbagai macam teori yang telah dikembangkan. Setiap gagasan yang ia kemukakan dalam paper itu, hampir selalu menjadi bahasan para ilmuwan lainnya.
Begitulah cara Einstein menapaki hidupnya yang ternyata tak mudah. Orang sehebat Einstein ternyata juga sering gagal, sulit mencari pekerjaan, dan pernah putus asa. Namun minatnya pada ilmu fisika dan matematika tak pernah surut hingga melahirkan teori-teori baru yang mencengangkan. Pencapaian keilmuannya ini ibarat sebuah pendakian panjang untuk mencapai puncak tertinggi keilmuannya di dunia. Dari sanalah Albert Einstein dikenang orang sebagai si superjenius.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar