Seribu kaki di bawah hiruk pikuk Kota London, di dalam bunker yang digunakan selama Perang Dunia II, sebuah perusahaan membudidayakan sayuran hijau. Selamat Datang di Growing Underground!
Menggunakan sistem hidroponik – sebuah metode bercocok tanam
menggunakan larutan mineral – dan lampu LED, perusahaan ini
membudidayakan sembilan jenis sayuran dan tiga jenis herba sepanjang
tahun di lahan bawah tanah seluas 2,5 hektare.
Sebagai bagian dari perusahaan besar Zero Carbon Food, Growing
Underground yang didirikan oleh Richard Ballard dan Steven Ding bangga
perusahaannya beroperasi dengan karbon netral. Perusahaan ini
memperkirakan bahwa sistem hidroponiknya menggunakan air kurang dari 70%
dari pertanian tradisional di lahan terbuka.
Selain menyediakan bahan makanan yang ramah lingkungan, sistem budidaya Growing Underground juga berupaya mengurangi “food miles”
– jarak yang dibutuhkan dari mulai memproduksi hingga dibeli oleh
konsumen. Mengingat perusahaan ini melakukan budidaya di dalam Kota
London untuk masyarakat London, maka waktu antara panen dan penjualan
bisa diminimalkan hingga empat jam.
“Pertanian global bertanggung jawab untuk sepertiga pengeluaran CO2
dunia, kekurangan air, sumber air, dan penggunaaan fosfor,” jelas
Ballard dan Ding dalam video pitch mereka. “Metode kami secara virtual tak membutuhkan food miles, pestisida, sehingga memberikan Anda harapan untuk hidup lebih lama,” jelas mereka.
Dalam rangka melanjutkan pertumbuhan operasionalnya, Growing Underground memulai kampanye crowdfunding di
CrowdCube. Saat ini perusahaan tersebut telah mendapatkan sekitar
45.000 ppundsterling atau di bawah US$ 75.000 dari target sebesar
300.000 poundsterling dalam sisa waktu 51 hari.
Semua risiko dalam bisnis pertanian sebenarnya bisa diminimalkan
dengan macam-macam metode budidaya, salah satunya dengan metode
hidroponik ini. Terlebih saat ini nilai produk makanan ramah lingkungan
terhitung tinggi dan tak sedikit peminatnya.
Tak hanya nilai produk dan konsep bisnis ramah lingkungan yang
menarik perhatian, metode hidroponik di bawah tanah seperti yang
diterapkan Growing Underground juga berpotensi sebagai tempat wisata
edukasi yang menarik.
Petani Indonesia dengan masalah ketersediaan lahan yang kian menipis
akibat konversi lahan, mungkin harus mencontoh kreativitas perusahaan
ini dalam memanfaatkan peluang. Kreativitas yang bisa diterima pasar
akan meningkatkan nilai bisnis, apapun jenis bisnisnya.
Sumber: Mashable
Tidak ada komentar:
Posting Komentar