www.marketing.co.id – Pada akhir bulan Oktober 2013,
saya terlibat diskusi yang intens dengan senior saya, seorang
profesional yang mendalami dunia merek. Namun untuk artikel ini, saya
memilih tidak menyebutkan nama dan latar belakang senior saya secara
mendetil untuk menghormati permintaannya dan menghindari kemungkinan
konflik dengan konsultan merek yang mungkin merasa tersentil dengan
artikel ini.
Dalam diskusi tersebut, senior saya menyatakan bahwa sebagian
konsultan merek di Indonesia terlalu mengurusi desain atau logo merek.
Mereka terlalu mengurusi mulai dari warna, bentuk garis, dan seterusnya
hingga melupakan nilai sesungguhnya dari sebuah merek. Melewatkan
intisari merek dan membahas hal-hal yang memiliki implikasi kecil
terhadap konteks.
Senior saya, yang pandangannya dipengaruhi oleh David Aaker menyatakan bahwa seharusnya konsultan merek di Indonesia lebih mengutamakan dua hal utama yang memengaruhi nilai merek dan bukannya desain logo. Dua hal tersebut adalah:
1. Nilai bisnis
Merek dapat memiliki pengaruh sangat besar terhadap perusahaan.
Sebagai contoh, lihat saja General Electric. Semua produk-produk
keluaran General Electric selalu menyertakan nama perusahaan (General
Electric) dan jelas mereka tidak bergantung semata kepada desain atau
logo yang relatif tidak banyak berubah semenjak mereka didirikan pada
tahun 1892.
General Electric memaknai merek yang lebih holistik dan mendalam
mulai dari keterkaitan merek dengan konsumen, pembuatan dan perwujudan
strategi yang mampu memenuhi kebutuhan serta harapan konsumen, dan masih
banyak lagi.
Singkatnya, GE mencurahkan perhatian utama bukan untuk mengurusi
warna, mengganti desain logo atau mengadakan survei untuk mengetahui
kesan terhadap merek.
2. Besaran dampak aset-aset tidak berwujud yang berhubungan dengan merek
Untuk hal kedua, besaran dampak aset tak berwujud terhadap merek
memang cenderung subyektif dan dipengaruhi kedalaman pengetahuan
terhadap ekuitas merek, sifat dan watak dari strategi bisnis serta
besaran pengaruh hal-hal tak berwujud lainnya.
Meski cenderung subyektif, menurut estimasi dari tulisan David Aaker
di Prophet.com, besaran pengaruh aset tak berwujud terhadap merek dapat
mencapai angka 70%. Relatif sama seperti maksud yang disampaikan pada
hal pertama, asset-aset tak berwujud tersebut jauh lebih dalam dan luas
daripada sekedar desain atau logo merek.
Jadi, jika dua hal utama yang memengaruhi nilai merek tidak
mencantumkan desain logo, kenapa ada sebagian konsultan merek di
Indonesia terlalu mengurusi desain serta logo merek? Malah jasa yang
ditawarkan pertama kali seringkali berkaitan dengan mendesain ulang
logo. Sungguh patut disayangkan. (Andika Priyandana – Pemimpin Redaksi Marketing.co.id)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar