Ketidaksetaraan sosial adalah masalah besar bukan hanya di Indonesia,
tapi juga di sebagian besar atau bahkan seluruh Asia Tenggara (kecuali
mungkin Singapura). Bentuk ketidaksetaraan yang terjadi antara lain
banyaknya populasi yang tidak mendapat akses pendidikan yang layak,
buruknya kondisi ekonomi, dan kurangnya lapangan pekerjaan. Dan meskipun
startup teknologi berusaha untuk menguasai semua sektor industri,
mereka umumnya hanya menangani masalah di wilayah maju atau First-World problems.
Salahkan kondisi ekonomi: startup adalah perusahaan yang mencari
keuntungan dan berusaha memaksimalkan apa yang bisa diberikan tiap
pelanggannya, sementara masyarakat yang tinggal di daerah pedalaman
(contohnya di wilayah Indonesia) tidak bisa memberikan apa-apa kepada
startup. Karena itu, startup cenderung mengabaikan masyarakat kurang mampu.
Meskipun demikian, ada beberapa perusahaan internet di Asia Tenggara
yang mencari kesempatan di daerah pedalaman dan pinggiran. Berikut
adalah beberapa startup tersebut:
8villages (Singapura)
8villages menghubungkan petani dengan pelaku agrobisnis melalui
platform-nya untuk memperbaiki alur informasi antara semua pihak yang
terlibat dalam agrobisnis ini. Platform ini memungkinkan pelaku
agrobisnis berkomunikasi dengan petani di daerah pedalaman melalui feature phone petani tersebut. 8villages baru saja mendapatkan convertible note pra-pendanaan sebesar USD 150.000 dari IMJ Fenox.
Saat ini 8villages memiliki jejaring sosial untuk petani di Indonesia bernama Lisa.
Startup ini sendiri sekarang bekerjasama dengan tiga perusahaan
telekomunikasi di Indonesia, yakni Telkomsel, Indosat, dan Smartfren.
Sustainable Living Lab (Singapura)
Perusahaan ini, biasa disebut dengan singkatan SL2, adalah perusahaan
sosial yang mendidik masyarakat mengenai kemiskinan, isolasi sosial,
dan penurunan kondisi lingkungan melalui kelas-kelas. Makerspace-nya di Singapura memiliki printer 3D, laser cutter, dan mesin CNC (Computer Numerical Control). Perusahaan ini juga menjual produk hijau yang dibuat dari bahan yang tahan lama. Salah satu contohnya adalah iBam, amplifier iPhone yang diproduksi berkat bantuan pengrajin di desa Indonesia.
Netwon Circus (Singapura)
Perusahaan sosial ini menjalankan proyek yang berkolaborasi dengan
perusahaan internasional untuk membuat teknologi yang bisa memberikan
dampak sosial. Newton Circus baru saja memulai kampanye crowdfunding
untuk membuat handphone yang bisa dan mudah digunakan oleh para lansia
di Singapura. Proyek terakhir dari perusahaan ini adalah Mobile Movies,
yang mengelola pertunjukan film di daerah pedalaman, dan menggunakan
pertunjukan tersebut sebagai kesempatan untuk mendidik masyarakat
mengenai kebersihan dan pengetahuan finansial. Proyek tersebut juga
menjadi channel pemasaran untuk produk-produk yang bermanfaat secara
sosial seperti lampu dengan tenaga matahari.
BagoSphere (Filipina, Singapura)
Didirikan oleh Zhihan Lee, Ellwyn Tan dan Ivan Lau, BagoSphere adalah
perusahaan dari Bago City di Filipina yang memiliki mandat mengajak
anak muda untuk bekerja di industri Business Process Outsourcing (BPO) senilai USD 13 miliar – seperti menjadi karyawan call center
– dengan cara memberikan mereka pelatihan. Dengan membantu
mitra-mitranya mendapatkan pegawai dari pusat pelatihan, perusahaan ini
berharap untuk bisa mengurangi tingkat kemiskinan di daerah terpencil di negara ini. BagoSphere dibantu oleh Kickstart Ventures.
Kalibrr (Filipina)
Tugas startup ini mirip dengan BagoSphere: membantu para pencari
kerja mendapatkan pekerjaan di industri BPO, tapi pendekatannya berbeda.
Jika BagoSphere membuka pusat pelatihan, Kalibrr membuat platform
pelatihan online dan situs perekrutan untuk pelamar dan perusahaan BPO.
Didirikan oleh Paul Kalibrr Rivera dan Dexter Ligot-Gordon, Kalibrr
berhasil menarik perhatian banyak investor, antara lain Kickstart
Ventures yang berinvestasi sebesar USD 100.000 dan juga USD 1,9 juta
dengan melibatkan Omidyar Network
(perusahaan investasi yang didirikan oleh seorang co-founder eBay) dan
masih banyak lagi. Perusahaan ini juga diterima oleh akselerator
terkenal Y Combinator.
Milaap (Singapura, India)
Milaap adalah situs peminjaman mikro dimana tiap orang bisa
memberikan pinjaman mikro ke masyarakat di India. Pinjaman tersebut,
yang memiliki tingkat bunga dari 12 hingga 18 persen, kemudian
diadministrasikan oleh mitra lokal yang terpercaya. Situs ini dibuat
oleh Sourabh Sharma, Anoj Viswanathan, dan Mayukh Choudary di tahun 2010
dan sudah memberikan pinjaman sebesar USD 800.000 kepada 25.000 orang
di India. Perusahaan ini telah menerima investasi sebesar USD 1,1 juta
yang dipimpin oleh Jungle Ventures dan juga investasi awal sebesar USD
250.000.
One Cent Movement (Singapura)
Startup ini menciptakan plugin Google Chrome yang membuat
pembeli e-commerce membulatkan biaya pembeliannya (misalnya dari USD
30,75 menjadi USD 31) dan mendonasikan selisihnya untuk tiap USD 10 yang
terkumpul. Plugin ini didukung oleh Amazon dan Zalora.
Apakah Indonesia melewatkan kesempatan besar?
Catatan editor: Dengan membaca sekilas, Anda mungkin
sudah menemukan sebuah fakta: tak satupun dari startup tersebut yang
berasal dari Indonesia. 8villages dan Sustainable Living Labs merupakan
dua perusahaan yang berasal dari negara tetangga dan mereka dapat
memberikan dampak bagi masyarakat miskin di Indonesia. Badan Pusat
Statistik mencatat bahwa sampai bulan Maret lalu, jumlah penduduk kurang
mampu di Indonesia mencapai angka 28 juta orang.
Kami mengharapkan akan ada banyak perusahaan yang rela mengeluarkan
uang agar dapat menjangkau beberapa persen dari masyarakat tersebut.
Berita baik (dan buruknya) adalah tidak banyak startup teknologi yang
sudah masuk ke area ini. Masih banyak peluang bagi startup untuk
menjadi salah satu pemain awal dan mendapatkan keuntungan dari hal ini,
tapi tantangannya ialah menjangkau mereka yang masih buta teknologi.
Dan lagi, memperkenalkan manfaat dan penggunaan teknologi kepada
masyarakat kurang mampu bisa menjadi investasi jangka panjang untuk
membangun ekosistem startup di Indonesia.
Keterangan: 8villages didanai oleh IMJ Fenox,
yang terhubung dengan investor Tech in Asia, Fenox VC, sehingga kami
secara tidak langsung punya hubungan dengan 8villages. Anda bisa membaca
kode etik kami di sini.
(Sumber gambar atas: Feed My Starving Children)
(Diedit oleh Yasser Paragian dan Enricko Lukman)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar