Rabu, 13 Agustus 2014

Top 10 Kesalahan Dalam Branding

Ketika membaca blog kesukaan saya lalu ada artikel tentang kesalahan utama 10 brand, nah serpertinya kesalahan-kesalahan seperti ini juga sering dilakukan oleh perusahaan-perusahaan di Indonesia jadi tidak ada salahnya saya share disini.
TOP 10 Kesalahan dalam Branding:
1.Tidak Konsisten
Brand yang tidak konsisten adalah brand yang manajemennya tidak mempunyai disiplin untuk tetap menyuarakan pesan yang sama dalam jangka waktu tertenu. Pesannya sering berubah-ubah dan sangat tergantung pada audience nya, issue yang ada pada saat itu dan apa yang dikatakan oleh kompetitornya.

2.Tidak mendefinisikan brandnya dengan jelas
Sebuah organisasi melakukan merger atau akuisisi mereka mengambil brand-brand yang tidak sama atau hanya memiliki sedikit kemiripan dari brand yang mereka miliki, sehingga brand utama yang mereka miliki menjadi ambigu.

3.Tidak memberikan value yang setimpal dengan harga yang dibayar
Kadangkala ini adalah masalah korporat yang klasik, untuk meningkatkan keuntungan biasanya eksekutif menaikkan harga barang-barangnya dalam periode waktu tertentu tapi tidak memberikan pelayanan / kualitas yang meningkat (PLN anyone?)

4.CEO / Pemimpinnya tidak mengerti konsep branding atau tidak mendukung program branding.
Kalau ini sih sudah jelas, tanpa pemimpin yang mengerti tentang konsep branding, percuma saja bawahan-bawahannya mencoba untuk melakukan branding karena tujuan perusahaan dapat dengan mudah dirubah oleh si pemimpin yang notabene punya kuasa untuk melakukannya.

5.Focus pada atribut atau fitur produk yang dimiliki daripada value atau keuntungan yang akan didapat oleh customer.
Ini yang namanya perusahaan egois, atau perusahaan yang tidak pernah berpikir bahwa yang akan memakai produk / layanan mereka adalah orang-orang diluar dari perusahaan mereka sendiri. Sebagai sebuah perusahaan kita juga harus bisa merakyat alias bisa mengerti apa yang konsumen kita inginkan dalam sebuah produk / layanan dan memberikannya kepada mereka. Hanya dengan begitu kita bisa sukses.

6.Berpikir bahwa cukup hanya dengan mengatakan “Kita adalah pemimpin dalam kualitas, servis atau inovasi”
Ini perusahaan NATO namanya, No Action Talk Only, sebagus apapun pesan yang sebuah perusahaan berikan tanpa sebuah contoh yang konkret maka brandnya tidak akan dapat bertahan lama. Pernah mendengar pepatah “Satisfied customers tells 3 and dissatisfied customers tells 300” apalagi dengan social media seperti jaman sekarang.

7.Membuat sebuah janji tapi tidak pernah memenuhinya.
Sepertinya ini cukup jelas tanpa harus dijelaskan (Lapindo anyone?)

8.Tidak mengerti siapa customer anda atau bagaimana brand anda dapat bermanfaat bagi mereka.
Ini juga banyak di Indonesia, perusahaan yang sebenarnya tidak tahu siapa customer mereka dan bagaimana mereka dapat membantu customer mereka menyukai produk / brand mereka. Ini juga sama dengan perusahaan yang egosentris dan hanya memikirkan dirinya sendiri.

9.Tidak berinovasi
Pernah mendengar kalimat “Innovate or Die” hehehe…. Sebuah brand haruslah bisa berinovasi terus menerus sehingga brandnya bisa semakin kuat di benak konsumen. Contoh sebuah brand yang selalu berinovasi yang ngetrend saat ini adalah Apple.

10.Tidak memberikan brandnya resources untuk berkembang
Bagaimana sebuah brand dapat berperang apabila tidak ada resources yang dapat digunakan. Gak mungkin kan kita suruh orang berperang tanpa memberikan mereka senjata atau perlindungan yang cukup?

Sumber: www.brandingstrategyinsider.com

Ini Bukan Marketing, Tapi Market-ing!

Krisis senantiasa menghantui praktik bisnis—tak hanya dalam skala lokal tapi global. Krisis sudah menjadi risiko yang melekat dalam bisnis modern. Sebelum krisis finansial menghantam negara-negara di Asia pada tahun 1998, Indonesia sedang mengalami pertumbuhan ekonomi yang pesat. Saat itu, Indonesia mendapat julukan The Next Asian Tiger bersama Filipina, Thailand, dan Malaysia.
Saat itu, marketing sudah digunakan oleh banyak perusahaan dan organisasi modern. Namun, banyak juga yang belum. Banyak organisasi di Indonesia saat itu sudah tidak efisien, tapi mendapatkan perlakukan spesial dari penguasa saat itu, Soeharto. Saat Soeharto lengser, perusahaan kakap yang ditopang kekuasaannya, juga turut kelimpungan.  Bagi pakar Marketing Hermawan Kartajaya, sebuah perusahaan yang berkelanjutan harus memiliki pijakan yang kuat. Hermawan menawarkan konsep Sustainable Market-ing Enterprise (SME).

Konsep SME yang digulirkan Hermawan ini sebenarnya merupakan redefinisi dari konsep pemasaran yang dilihat sekadar konsep fungsional. Yang menarik, marketing yang selama ini ditulis dalam kata benda “marketing” diubah menjadi kata yang bersifat kata kerja “market-ing.”

Paradigma melihat marketing sebagai kata kerja ini  memberikan sense of urgency yang diinterpretasikan sebagai cara dalam dealing with the market. Marketing merupakan sebuah konsep bisnis yang strategis untuk mencapai kepuasan yang berkelanjutan yang menyangkut tiga stakeholder, yakni pelanggan, orang dalam organisasi, dan pemegang saham. Hermawan menandaskan market-ing adalah jiwa dan bukan sekadar bagian dari tubuh bernama perusahaan maupun organisasi. Sebab itu, setiap orang dalam organisasi kudu menjadi marketer.

Secara umum, SME terdiri dari tiga model, yakni Sustainable, Market-ing, dan Enterprise. Di antara ketiganya, market-ing menjadi bagian inti dari SME.  Hermawan menggambarkan ketiga komponen ini dengan model roket di mana bagian tengah adalah market-ing dan bagian sayapnya adalah sustainable dan enterprise.

Untuk sustainable, perusahaan kudu bisa tanggap dengan zaman yang senantiasa menyuguhkan aneka perubahan.  Biasanya, perusahaan yang merasa sukses mempunyai hambatan besar untuk berubah karena merasa sudah masuk dalam zona nyaman.  Padahal salah satu kunci untuk berkelanjutan di era yang sarat perubahan ini tak lain adalah perubahan itu sendiri. Perubahan ini bisa menyangkut perubahan dalam bidang politik, teknik, dan budaya. Sustainability bukan buah dari upaya semalam—tapi sebuah proses panjang yang merupakan hasil komulatif dari proses tersebut.

Ada tiga komponen dari model enterprise ini, yakni inspirasi, kultur, dan institusi.  Inspirasi di sini menyangkut cita-cita perusahaan. Kultur mengacu pada personalitas di mana perusahaan kudu mempunyai karakter yang kuat. Institusi mengacu pada aktivitas di mana perusahaan kudu bisa mengelola aktivitasnya secara efisien dan efektif untuk mewujudkan visi dan cita-citanya.

*Ilustrasi dari http://www.fotolia.com/id/6691979

Peperangan dalam Marketing

Pernah dengar istilah yang dipopulerkan oleh Al Ries & Jack Trout ini? Dikatakan bahwa banyak sekali istilah-istilah marketing yang menggunakan istilah-istilah perang seperti battle plan, guerilla marketing, dll. Menurut Al Ries dan Jack Trout ada 4 macam strategi yang bisa dipakai dalam marketing warfare.
Keempat strategi tersebut adalah:

Defensive/Bertahan
Biasa digunakan oleh market leader / perusahaan yang memang sudah entrenched di dalam posisinya sebagai yang terbesar. Bertahan adalah taktik yang memang patut dibanggakan, menurut buku Al Ries & Jack Trout ini mereka men-track 25 brand yang sudah menjadi market leader selama 60 tahun dan selama itu pula 20 brand masih menjadi market leader.

Offensive/ Menyerang
Biasa digunakan oleh brand / perusahaan yang dibawah market leader. Jarang sekali perusahaan yang menggunakan strategi ini apabila mereka tidak mempunyai resources yang banyak, karena sesuai dengan hasil riset Al Ries & Jack Trout sangat susah untuk mengalahkan si Market Leader, apalagi market leader yang benar-benar mengerti strategi bertahan.

Flanking / Menyerang dari samping
Nah ini suatu strategi yang sangat saya suka, pada intinya flanking ini sama dengan menyerang, tapi menyerangnya dengan pemikiran bahwa dalam pertahanan market leader pasti ada satu celah dimana kita bisa mengalahkan mereka. Contohnya bila dalam perang kaveleri selalu lebih unggul daripada infantry, maka itu cavalery selalu digunakan untuk flanking baik bagian belakang atau samping sehingga bisa membuat pasukan infateri kocar kacir. Sama dengan marketing, flankin ini sangat baik digunakan untuk bisa melawan market leader dimana mereka tidak mempunyai pasukan yang cukup untuk membuat pertahanan. Dan yang harus diingat adalah penyerangan flanking ini harus dilakukuan sekuat dan secepat mungkin, hindari flanking yang sifatnya broad, usahakan untuk men-fokus serangan kita di satu titik.

Geurilla / Gerilya
Dengan cara bergerilya orang-orang Vietkong mampu mengusir tentara Amerika dari Vietnam walaupun mereka kalah jauh dalam persenjataan. Gerilya marketing ini bisa dilakukan oleh mereka yang tidak mempunyai resources yang besar tapi yakin akan kekuatan dirinya sendiri sehingga dengan bergerilya mereka bisa menancapkan taring mereka di tempat yang memang mereka yakin bisa menang. Pada prinsipnya bergerilya harus lah memikirkan bahwa kemenangan mereka mungkin tidak akan panjang jadi mereka juga harus siap-siap hengkang apabila sadar akan kalah. Dan kalaupun mereka memenangkan peperangan kecil tapi janganlah bersikap seperti market leader. Pada intinya pemenang gerilya juga harus sadar diri.

Irvan Irawan Jie
“Marketing is a war, but there are still ethics that needs to be hold”

hayo…. berani coba taktik ini???

Pernah denger kisah dimana sebuah kota di Amerika dapet pizza secara Cuma2? Entah bener ato enggak cerita ini.Tapi cukup menarik di aplikasikan untuk taktik promosi anda.
Pernah tahu yang namanya Domino Pizza? Apa yang anda ingat tentang Domino Pizza? Klo saat ini usia anda diatas 25 tahun dan mungkin pernah tinggal di USA pasti tag line “Pizza hot in 30 minutes or its free! “ pasti gak aneh lg. Sebenernya tag line ini digunakan Pizza kartu gaple untuk menjanjikan layanan antar mereka yang cepat

Tapi apa jadinya kalo layanan antar ini telat semua ?
Nah konon ini yang terjadi. Pada suatu ketika di suatu kota mereka memikirkan bagaimana caranya mempromosikan outlet baru mereka di kota tersebut. Lalu ide”ngaco” apa yg mereka lakukan ? Pada suatu hari mereka sengaja delay semua pengiriman pizza sehingga semua order hari itu telat 1 menit ! akibatnya hari itu semua pizza orderan gratis ! Keesokan hari nya mereka launch iklan di media cetak dengan pesan kira kira seperti ini “kami minta maaf atas telatnya pizza orderan anda” akibatnya 250 orang mendapat pizza gratis.

Kredibilitas mereka turun? Justru enggak ! Karena semua orang percaya bahwa klo pesen pizza di Domino Pizza pasti datang dalam 30 menit. Klo enggak?Pizza nya dapet gratis ! siapa saksinya? 250 orang yang order pizza pada hari tersebut.Gila kan?? I’think its risky, tp menarik dipertimbakan bungkan? Hayo…..berani coba taktik ini???

Jembatan Sosial Untuk UKM

elisah! Itulah perasaan yang saya rasakan saat melihat kebanyakan rekan-rekan saya di kota Medan yang sudah memiliki usaha yang sudah mulai berkembang namun gagap saat memulai kampanye pemasaran di social media. Beberapa yang sudah terjun ke social media menyerah atau telah mengabaikan account mereka karena setelah beberapa lama belum merasakan dampak low cost-high impact marketing yang banyak mereka dengar dari kolega-kolega mereka terurtama yang berdomisili di Pulau Jawa. Belum lagi knowledge gap internal yang begitu besar di beberapa usaha yang saya temui. Hal ini tentunya menimbulkan resistensi yang begitu besar untuk sebuah gagasan system pemasaran social media masuk kedalam bauran pemasaran perusahaan.  Akhirnya atas saran seorang teman, saya mendirikan Benahin, sebuah perusahaan marketing agency berbasis social media dengan semangat untuk membantu UKM untuk terjun ke social media.
 

Model bisnis yang saya gunakan untuk perusahaan ini secara umum adalah Freemium. Lagi, sebuah model bisnis yang mungkin masih jarang pengaplikasiannya di Indonesia. Karenanya kami menitikberatkan pemasaran kami menggunakan content marketing melalui social media. Jika Anda mengunjungi website, Facebook Page, mem-follow Twitter kami (@benahin) atau menemukan kami dimanapun di social media, nantinya Anda hanya akan menemukan kumpulan content berkwalitas yang kami harapkan dapat langsung menyelesaikan masalah pemasaran Anda di social media bahkan tanpa harus menghubungi kami. Dengan system pemasaran seperti ini kami harapkan sekaligus dapat membuka mata pelaku-pelaku UKM dalam memasarkan usahanya dan men-generate buzz di social media.

 

Untuk manajemen sumber daya manusia kami menerapkan system cloud. Dimana komputer utama di kantor, laptop, ipad atau gadget apapun yang kami gunakan terhubung satu sama lain secara real time. jadi saat seseorang meng-edit dokumen, maka anggota tim lain dapat melihatnya secara real-time di gadget mereka.   Kami men-singkronisasi semuanya melalui Internet. Hal ini juga memudahkan kontrol pekerjaan walaupun seorang anggota tim tidak datang ke kantor untuk menyelesaikan pekerjaannya. Dengan system seperti ini kami dapat merekrut tenaga-tenaga muda yang dinamis, mahasiswa-mahasiswa creative namun belum lulus kuliah, merekrut freelancer, bahkan tenaga creative dari daerah lain diluar kota Medan. Hal inilah yang membuat penggunaan modal menjadi minim.

 

Praktis kantor kami berada hampir sepenuhnya di Internet. Kami menyeleksi applikasi berbasis web terdepan dan memanfaatkannya secara total dalam menjalanan usaha ini. Namun untuk kebutuhan membangun culture perusahaan, kami tetap berkantor. Hal ini perlu karena semua perusahaan yang menjadi model kami memiliki culture kerja yang sangat merangsang kreativitas pekerjanya, dan culture butuh space (ruang) karenanya peranan kantor masih tidak bisa kami abaikan.

 

Saat ini di Kota Medan, model usaha seperti ini belum memiliki pesaing sama sekali. Disatu sisi ini hal yang menguntungkan usaha kami, namun disisi lain ini mengkhawatirkan, karena tanpa adanya persaingan seseorang akan dengan mudah terjebak dalam zona nyaman yang akan menghambat kreativitasnya. Namun bisnis, terutama UKM, sulit untuk mengabaikan social media di era digital ini. Cepat atau lambat usaha-usaha di Medan tentunya akan mengadopsi social media kedalam bauran usaha mereka.

 

Sekarang saatnya UKM setara, Saatnya untuk social UKM.

 

ilustrasi: http://miningforskills.com.au/?p=140

artikel ini ditulis untuk kontes Youth Startup Icon

Berbisnis Pakaian di Pasar Daerah

Berawal dari hobi fesyen, saya tertarik untuk memulai bisnis pakaian di daerah saya. Saya memperhatikan remaja-remaja di daerah saya sudah mengenal tren dan mode pakaian. Sehingga pemasaran pakaian yang lagi tren tidak terlalu sulit. Selain itu saya juga memperhatikan para pedagang pakaian di pasar tradisional di daerah saya ekonominya tidak terlalu sulit, bahkan mereka mampu mensekolahkan anak-anak mereka ke perguruan tinggi. Artinya, usaha ini prospeknya cukup bagus.

Penguasaan produk sangat menentukan sistem pemasaran yang akan di lakukan. Sebanyak apapun jenis pakaian yang kita jual, jika kita tidak mengusainya akan mengalami kesulitan dalam pemasaran. Selain itu, kita harus memahami keinginan konsumen. Setelah kita menguasai produk yang kita miliki, kita dapat memenuhi keinginan konsumen. 
Pramuniaga sebagai sumber daya manusia pada usaha ini memiliki peranan yang sangat penting. Pramuniaga dapat menjadi penentu dalam pemasaran produk, sehingga kita perlu mendidik pramuniaga pada usaha ini agar dapat melayani konsumen dengan setulus hati. Selain itu, kita harus menciptakan pramuniaga yang memiliki akhlak yang baik dalam artian jujur, ulet , dan dapat memahami keinginan konsumen. Sehingga kita dapat mempercayakan usaha kita kepada karyawan kita dalam hal ini adalah pramuniaga.
Pengelolaan manajemen keuangan dalam bisnis ini harus terperinci dan jelas, sehingga tidak kesulitan dalam mengalirkan dana untuk di modalkan kembali. Perputaran modal usaha dalam bisnis ini sangat cepat karena kita menjual berdasarkan tren dan mode. Kita harus memiliki Cash Flow, sehingga dapat mengalokasikan dana untuk memenuhi tren dan mode pakaian yang baru tren.

Pesaing dalam bisnis ini tentu tidak lah sedikit. Apalagi lokasinya di pasar tradisional, dimana banyak pedagang yang sudah puluhan tahun berkecimpung dalam bisnis ini. Saya sebagai pemula dalam usaha ini harus berinovasi dalam meningkatkan kualitas produk dan sistem pemasaran. Saat ini,  sistem pemasaran yang saya lakukan selain penjualan secara langsung, saya juga melakukan penjualan secara online melalui situs social network facebook.

Strategi Provider XL Menyasar Youth

Manusia sebagai mahluk sosial pada dasarnya memerlukan interaksi dengan manusia lain untuk kelangsungan hidupnya. Kebutuhan akan sarana komunikasi sudah tidak dapat dipisahkan dalam kehidupan saat ini, ketika ruang atau jarak tidak lagi menjadi penghalang untuk berkomunikasi. Terlebih untuk anak muda jaman sekarang yang hidup dalam era teknologi dan komunikasi sangat haus akan informasi baik dari teman atau komunitasnya maupun dari dunia luar yang masih asing baginya. Namun, hal ini terkadang terkendala oleh faktor biaya yang cukup besar serta kebutuhan, keinginan, dan hasrat yang berbeda antara apa yang ditawarkan oleh operator seluler dengan apa yang diharapkan oleh konsumen.

Mencermati akan kebutuhan dasar manusia (anak muda) saat ini akan interaksi sosial, PT XL Axiata Tbk. selaku salah satu operator telepon seluler di Indonesia berusaha menyediakan sarana komunikasi berkualitas dan terjangkau dalam rangka menjawab keinginan serta hasrat pelanggan menjadi salah satu faktor penting dalam peningkatan layanan berkomunikasi karena hal ini sesuai dengan visi XL untuk dapat memberikan layanan komunikasi yang bisa dinikmati seluruh lapisan masyarakat.

XL telah mampu menstimulusasi keinginan konsumen melalui promo- promonya saat ini, salah satunya dengan menggunakan anak kecil (Baim) untuk menarik konsumen dari kalangan anak kecil dan remaja yang tiap tahun kian bertambah besar dan belum digarap dengan baik dan serius oleh operator seluler lainnya. Kita bisa melihat setelah iklan XL bersama Baim dikeluarkan, maka secara kasat mata pula kita bisa melihat meningkatnya penggunaan HP dikalangan anak kecil dan remaja yang berarti semakin meningkat pula pangsa pasar yang tercipta bagi operator seluler.

“XL Slalu Untukmu”, itulah lagu/ slogan XL yang selalu kita dengar dan sangat akrab di telinga kita serta tidak asing lagi di benak pelanggannya dengan ikonnya band terkemuka di Indonesia yaitu Bondan Prakoso, yang diharpakan mewakili kaum muda, telah mampu memberikan positioning yang bagus dalam segmentasi anak muda saat ini. Slogan XL Slalu Untukmu telah mampu menjadi tagline XL sampai dengan saat ini.

Pangsa pasar yang sangat besar di Indonesia khususnya anak muda merupakan satu peluang yang sangat prosfektif dan menjanjikan dan telah mampu ditangkap serta dimamfaatkan dengan baik oleh XL karena mampu melihat dan menganalisa karakter serta kondisi anak muda Indonesia yang sangat kompleks dan variatif yang artinya juga memiliki keinginan dan hasrat yang beragam pula.

Dengan mengandalkan berbagai macam jenis paket dalam programnya yang ditawarkan kepada konsumen, XL telah berhasil memberikan suatu pilihan kepada konsumen untuk memilih cara dan biaya berkomunikasi yang sesuai dan mereka inginkan sehingga memberikan kemudahan dan keleluasaan kepada pelanggan dalam berkomunikasi, dengan model ini XL telah mampu menggait konsumen yang besar khususnya dalam segmentasi anak muda (youth)

Keseriusan XL menggarap segmentasi ini, untuk memberikan pelayanan yang baik serta demi kepuasan pelanggan dari seluruh tingkatan ekonomi masyarakat tergambar dari berbagai macam fitur dan paket yang disediakan XL, yaitu :


  • Paket nelpon (gratis nelpon berjam- jam, nol rupiah+smsan 100% gratis, Unlimited, 24 jam)

  • Paket super hemat (AKRAB, Nelpon,Unlimited SMS, Nelpon+sms, Nelpon+sms+Internet)

  • Paket internet/blackberry (Internet, Blacberry, dan gratis XL Go)

  • Konten (mau 2 rb, RBT, berhadiah, game, nongkrong seru, seru dan gratis, layanan, music live)

  • Lain (paket youth, community, paket corporate)


Paket- paket yang disediakan XL telah mampu memenuhi dan memberikan jawaban serta alternatif segala jenis kebutuhan dan hasrat berkomunikasi pelanggan baik itu dengan telepon, sms, mupun via internet/ Blackberry. Kepuasan pelanggan inilah yang telah mampu mengantarkan XL menjadi salah satu provider terkemuka di Indonesia dan menjadi operator ketiga terbesar berdasarkan banyak pelanggannya. Hal Ini tentulah sangat berarti dan suatu prestasi karena XL termasuk masih muda dibanding operator seluler lainnya.

Soda Jones, Legendary Low Budget High Impact u should know

What's soda Jones ?
Soda botol kaca yang rasanya banyak!
Kenapa botol kaca ? Ga kuat head to head lawan coca cola, pepsi !

Saat mereka masuk ke kemasan kaleng .. hasilnya : Rugi besar!

Case Jones soda ini ada di pikiran gw sejak beberapa tahun lalu
Pertama kali baca di majalah .. lupa majalah apa, yg jelas bukan majalah di bidang marketing, tapi di majalah remaja, dan seinget gw, bacanya sekitar... uh mungkin tahun 2003 dah lama banget! dan waktu itu gw ga ngerti apa2 tentang marketing.

Yang teringat waktu itu adalah bagaimana Jones Soda membangun advocacy network di setiap region dan kampus untuk memilih rasa apa yang disukai oleh mereka, "Co-Creation", "Participatory"

Dan tulisan ini adalah hasil riset gw ttg Soda Jones, copy paste dari berbagai sumber ... tersimpan di hardisk begitu saja dan sudah hampir setahun mangkrak di hardisk gw ... sori masih agak acak adut :

------------------------------------------------------------------

This is some quotes related to Soda Jones

"Exploit the power of customization"

"Run with the little guy… create some change."

“It doesn’t matter about soda. It matters about our consumers”

The Jones Soda ingredient is YOU. Virtually everything about a Jones Soda, from labels to flavors, comes from customers. That's important because "the reality is that consumers don't need our s -- -,"

"The beginning of this company was founded with the idea that this soda would be unique and one would be “special” to drink this soda."

"People get fired up about Jones because it's theirs."

-------------------------------------------------------------------------------------------------------

Jones Soda Marketing Moves -- from various sources

[1. “Customer advocacy in label design”]

"The world doesn't need another soda." But they need a brand which they could identify. He created a virtual community of fans who gather at the company's website to chat, blog, enter contests, share movie reviews and download freebies. Unlike the slick Madison Avenue spin of huge competitors, Jones Soda -- without any money for advertising -- created a cool under-the-radar appeal by urging fans to send in photographs to the website to use as bottle labels. The Seattle company now has over a million submissions and has used 4,372 of the photos.

Consumers collect the ever-changing labels and trade them in web chat rooms, and even have their own Jones Soda custom labels specially made for them. some limited version of the bottle are sold in e bay by the customers.

"We allowed the labels to be discovered and that gave consumers a sense of ownership. It makes it more relevant to them and provides an emotional connection," Jones as a lifestyle brand Customers share many of the same characteristics of the brand itself,

"Our competitor spends over a billion dollars a year. We can't play by their rules,", When you're marketing without money, you have to stay true to the fact that you need to make an emotional connection."


[2. No focus group (internal product development team), just ask the customer. Don’t fall in love with your own ideas]

Van Stolk goes straight to the source when it comes to product development and marketing. Customers have the final word. He's been trying to kill off the brand's Blue Bubble Gum flavor for the past three years, he says, finding it undrinkable, but fans of the super-sweet drink have convinced him otherwise. (In contrast, his favorite flavor is Green Apple.) Still, he has little time for the kind of conventional focus groups that direct every decision made at larger competitors.

"I believe focus groups are junk. They only justify what you want to believe is true," he contends. "We go in [to talk to kids] with no agenda. You're so much more successful if you don't fall in love with your own ideas."

This results on wide range of flavours, even the weird ones, they range from bottled sodas with and without sugar. They also carry a line of organic juices, energy drinks, bottled water and candy.


[3.No tv ads budget]

Even though Jones Soda doesn't have the kind of TV budgets of its industry peers, it is unlikely van Stolk would use much media advertising anyway. His target consumers are increasingly hard to find through conventional mass media as they spend more time on the computer. So Jones Soda's marketing has been more promotions-driven, with the company establishing street credibility with this generation of young consumers, who are cynical of conventional advertising and media savvy beyond their years.

Jones Soda was one of the first companies to enter into sponsorship deals in alternative sports, backing snowboarders, skateboarders and BMX [bicycle] riders. (It has since expanded its sponsorships to include a young ballerina, spelling bee contestants and a 10-year-old gospel singer.) Three brightly-colored, flame-covered Jones RVs travel the country, bringing product samples to people at sporting events, concerts and county fairs.


[4.Low promotion budget]

Jones entices fans with free stuff, which costs the company little since consumers download and print it themselves. "I have to keep things cheap and easy," von Rosen continues. "Anytime I can develop a prize package that is electronic and downloadable, that gives me the biggest bang for my buck. I can make 5,000 people happy for the cost of a couple of hours work."

In 2007, the company announced an $11.6 million loss, due to the attempted expansion into the canned-soda market, whose barriers to entry were high against mass-produced Coca Cola and Pepsi.


[5.Alternative distribution strategy]

Distribution of Jones Soda began with what we call our "alternative distribution strategy." Jones Soda Co. placed it own coolers, bearing their signature flames, in some truly unique venues, such as skate, surf and snowboarding shops, tattoo and piercing parlors, as well as in individual fashion stores and national retail clothing and music stores.

Following the execution of the alternative distribution strategy, Jones began an up and down the street "attack" of the marketplace; this time placing product in convenience and food stores.

Finally, the company began to achieve larger chain store listings with companies such as Starbucks, Panera Bread, Barnes & Noble, Safeway, Target, Cost Plus, Meijers, Winn-Dixies stores, Albertson's, and 7-Eleven stores.


[6.lifestyle cult]

Jones Soda has always been about the people and interacting with the consumer. From the ever changing photos on our labels to the company's websites, www.jonessoda.com and www.myjones.com, and the recent MyJones Independent Music site, www.myjonesmusic.com, Jones Soda has created a cult following and is a passion not only among soda drinkers but with its employees, directors and shareholders.

[7.unique marketing initiative]

Jones Soda has also incorporated unique marketing initiatives in its strategy. Jones Pro Riders and Jones Emerging Riders, including extreme pro athletes BMXer Mat Hoffman, snowboarding extraordinaire Chanelle Sladics, and surf legend Benji Weatherly can be found promoting Jones and sporting the Jones logo at extreme sporting events across the country. The Jones RVs on both the East and West coasts travel through cities in North America handing out soda and talking to the people on the street.

Sources :

http://www.spikebev.com/docs/Jones_soda%20article%20-%20bev%20world.pdf

http://www.fastcompany.com/magazine/92/jones-soda.html

http://smallbusiness.blogs.cnnmoney.cnn.com/2008/10/10/a-cult-soda-brand-fights-for-survival/


http://www.mpdailyfix.com/pepsi-copies-jones-sodas-marketing-and-words-to-never-use-in-a-press-release/

http://en.wikipedia.org/wiki/Jones_Soda

Brand with Character – learning from ‘KURMA’

Buah kurma dihasilkan dari pohon kurma yang hidup di gurun pasir. Pernahkah kita membayangkan bahwa di gurun yang jarang air, namun rasa dari buah kurma tidak pernah pahit, buah kurma tetap manis, mengapa?
Seseorang pernah bercerita, bahwa untuk menanam biji kurma, seseorang harus menggali sedalam 2 meter, sebelum akhirnya meletakkan biji kurma untuk ditanam. Kemudian di atas biji korma diletakkan batu-batu besar dan kemudian ditutup oleh kerikil.

Biji kurma dipaksa untuk tidak bertumbuh ke atas, tapi ke bawah untuk mencari sari-sari dan air jauh di dalam tanah, sehingga membentuk suatu akar yang kokoh ke bawah tanah..

Kemudian ketika akar tersebut menjadi sangat kuat, pohon kurma akan menghancurkan batu di atasnya sampai akhirnya muncul ke permukaan bahkan bertumbuh terus menjadi pohon kurma yang berbuah dan tentunya kita tahu, menghasilkan buah korma yang manis rasanya. That's why...right??!!

Kalau Kurma adalah brand, pastilah Kurma adalah brand yang sangat kuat dan berkarakter. Batu-batuan besar dan kerikil adalah lambang keadaan pasar saat ini, sudah sangat crowded dan chaos. Persaingan begitu luar biasa. Hanya brand yang berkarakter yang mampu menjadi pemenang. Karena Karakter harus dibangun dan ditempa.

Mengapa Kurma bisa begitu berkarakter?

1. Kurma memiliki VALUE yang sangat meng-AKAR begitu kuat. Pertumbuhan awal Kurma yang mengakar ke dalam, mengambil sari-sari bumi yang bernilai menjadikan Kurma memiliki pondasi yang kokoh, yaitu VALUE. Tidak semua Brand memiliki VALUE yang kuat.

2. VALUE sebagai pondasi yang kuat, membuat Kurma berhasil menerobos pasar yang sudah semakin crowded. Seberapa besar pun batu yang menindih Kurma, namun dengan bekal VALUE yang dimilikinya, Kurma berhasil menerobos keluar.

3. Hasilnya adalah buah Kurma yang manis dan nikmat, yang akhirnya memberikan INFLUENCE positif bagi banyak orang. Kurma menjadi sajian yang diminati dan tidak lekang oleh waktu.

4. Kurma memberikan INFLUENCE positif dalam keadaan apapun, dalam keadaan gersang sekalipun. Artinya bahwa Brand yang berkarater tidak terkondisi, walaupun kondisi yang 'GERSANG'.

Bagaimana dengan Brand yang Anda miliki? Apakah sudah cukup kuat memiliki VALUE yang sanggup menerobos pasar dan memberikan INFLUENCE yang positif dalam keadaan paling buruk sekalipun?

Cara Jitu Dalam Pemasaran Produk Jamur Tiram

Usaha pembudidayaan jamur tiram “Duta Tani Asri” didirikan pada agustus 2010, awalnya usaha ini hanya mencoba-coba tapi setelah beberapa lama dan melihat omset yang didatangkan sangat menjanjikan maka usaha yang ditekuni ini menjadi sangat serius. Sejak beberapa bulan didirikannya usaha ini banyak pesanan-pesanan yang tidak bisa kami penuhi terhadap konsumen karena banyaknya konsumen yang ingin memesan jamur tiram ini. Jamur tiram ini diminati karena rasanya yang mirip dengan daging ayam, dan pembudidayaan jamur tiram khususnya di desa peguyangan sangat sedikit yang menggeluti usaha ini. Jadi saya yakin jika usaha ini ditekuni dengan baik maka akan dapat menghasilkan omset yang menguntungkan.
Usaha jamur tiram “Dugul Tani Asri ” ini merekrut pemuda-pemuda yang belum memiliki. Selain itu usaha ini juga membuka peluang bagi pedagang pasar yang ada didesa peguyangan kaja untuk membeli pada kami dengan harga lebih murah dan menjual kembali jamur tiram ini dengan harga yang lebih mahal sehingga dapat mengangkat perekonomian di desa Peguyangan Kaja.

Strategi pemasaran yang saya lakukan adalah dengan memasukan resep masakan olahan jamur tiram pada setiap kemasan jamur tiram,hal ini menarik pembeli untuk membeli produk jamur tiram yang kami jual.
Kami memanen jamur sekaligus mem-packing jamur tersebut setiap harinya, dan langsung dikirim ke pasaran, kami mempunyai pegawai 2 orang dan mereka yang memanen sekaligus mempackingnya, dari memanen dan mempacking hanya membutuhkan waktu 2 jam saja.

Untuk memasarkan produk kami, kami menggunakan social network diantaranya Facebook,  Twitter, dan pemanfaatan teknologi lain yaitu kami menggunakan timer waktu dalam penyiraman setiap harinya, hal ini mempermudah dan tidak membuang banyak waktu dalam pembudidayaan jamur ini.

Dalam packing kami membuat hal yang unik yaitu memasukan resep-resep masakan olahan jamur . dan kami kiat melakukan pemasaran melalui media social network.

----------------------

Artikel ditulis dalam rangka Youth Startup Icon

*Ilustrasi dari http://www.laut-tawar.cc.cc/s1p_Planters_231950

Kiat Merek Hadapi Si Usil

Saya mau melanjutkan tulisan saya berjudul “Hidup Bersama NetTerrorist.” Kali ini, saya mau memfokuskan pada bagaimana menanggapi serangan para UNYU kelas berat ini. Khususnya, apa yang sebaiknya dilakukan merek bila menghadapi ‘teror digital’ tersebut.
Masih ingat UNYU? UNYU adalah singkatan dari Ulah Netizen Yang Usil. Istilah ini digulirkan secara informal oleh Blogger Ndoro Kakung (@ndorokakung) dan latah dipakai di kalangan netter. :) :)

Black campaign sudah jamak terjadi, baik di dunia nyata maupun dunia digital. Black campaign biasanya disengaja dengan tujuan menjelek-jelekkan citra pihak kompetitor. Tapi, tidak semua teror digital datang dari kompetitor. Bisa jadi, teror datang dari pelanggan yang kesal atau sakit hati karena tidak mendapatkan apa yang ia butuhkan dari merek itu, entah produk, servis, dan sebagainya. Lalu, ia menumpahkan kekesalannya dengan bertindak sebagai UNYU.

Saya ambil contoh Teh Botol Sosro. Teh Botol Sosro pernah menghadapi kasus hoax di internet dengan tuduhan mengandung zat berbahaya. Berita geger di internet ini ditengarai berasal dari milis tertutup periklanan Indonesia yang kemudian bocor keluar. Hoax ini sempat menghasilkan pergunjingan di khalayak luas. Mau tidak mau, manajemen Teh Botol Sosro segera bertindak meski tidak gegabah. Akhirnya, terbukti tuduhan tadi cuma hoax. Lalu, Teh Botol Sosro secara resmi mengumumkan klarifikasi. Si penyebar hoax pun kemudian minta maaf dan mengumumkan duduk perkaranya di blognya. Hoax pun selesai.

Menghadapi para teroris digital memang tidak perlu gegabah. Di era New Wave ini, di mana isu mudah tersebar dalam percakapan antarwarga, marketer perlu turut nyemplung dalam percakapan itu. Lalu memasang telinga dan hati lebar-lebar agar kalau ada desas-desus di ruang percakapan itu, segera bisa bertindak cepat dan tepat. Bila ada serangan kepada merek, pemilik merek tidak usah buru-buru membela diri. Pelajari duduk perkaranya dengan baik-baik, lakukan investigasi secukupnya, dan yang tak kalah penting lakukan klarifikasi.

Klarifikasi ini penting di era horisontal di mana konsumen semakin kuat, semakin komunal, dan saling terhubung dan bercakap-cakap di media sosial. Dulu, konsep positioning sarat dengan aktivitas yang company-driven. Di sini, perusahaan berupaya membangun persepsi untuk merasuki benak konsumen. Nah, beda di era sekarang! Perusahaan tidak bisa memegang kendali mereknya. Konsumen dengan bebas mempersepsikan merek itu. Persepsinya pun bisa beragam, dari yang sepele sampai liar.

Nah, merek yang mungkin dipertanyakan dan didesas-desuskan secara negatif dalam percakapan di media sosial, kudu berani melakukan KLARIFIKASI di komunitas percakapan itu. Tentunya, bukan dengan pongah dan membela diri. Tapi, klarifikasi dengan spirit egaliter. Menghadapi “teror-teror” digital macam ini selain membutuhkan kesabaran juga butuh cara-cara elegan agar tidak kontraproduktif. Serangan ini bisa dikelola agar yang tadinya benci justru berubah menjadi simpati. Ini kuncinya!

Sebab itu, marketer kudu jeli benar memandang persoalan. Bisa jadi, UNYU-UNYU ini berasal dari pelanggan loyal kita. Katakanlah, usil tanda sayang! :)

So, gak perlu minta bantuan Densus 88 untuk menghadapi serangan teroris ini, kan? Hu hu... :)

Sumber ilustrasi: http://www.chinahearsay.com

Bagaimana Gary Chocolatos Sukses Dalam Menghadapi Era New Wave Marketing?

Era New Wave Marketing mulai berubah dan menuju era marketing baru. Pada mulanya pasar digerakan oleh tiga jenis komunitas penggerak yaitu dewasa (senior), pria(Man), dan penduduk (Citizen). Pergerakan perubahan ini disebabkan pergantian penggerak pasar baru sesuai pada eranya yaitu tiga komunitas yang semakin kuat dan mulai mendominasi, fenomena ini dinamakan Y.W.N (Youth, Women, and Netizen).



Y.W.N merupakan fenomena yang sangat nyata dan terlihat, dimana Youth (Anak Muda) memiliki pemikiran yang lebih kreatif dan lebih dapat memimpikan masa depanya, mulai menggeser para seniornya, hal tersebut dikarenakan komunitas Youth (Anak Muda) yang memiliki mental yang siap untuk menghadapi segala perubahan dan mampu menerimanya. Kemudian pada Women (Wanita) dimana wanita mulai berkembang dan menggeser peran pria(Man) di banyak aspek, dari management marketing sampai ke olahraga yang pada dulu kala hanya dimainkan oleh pria saja. Dan terakhir adalah Netizen (Pengguna internet) dimana Netizen memiliki informasi yang jauh lebih banyak dan segar, juga memiliki pengetahuan yang sangat luas dimana biasa terjadi interaksi yang mendalam antar netizen ,bahkan tanpa batas, sampai-sampai isu nasional via internet pun kerap ditimbulkan oleh prilaku para netizen.



Banyak perusahaan yang telah mempersiapkan strategi untuk mengambil keuntungan atas fenomena ini, dan banyak sekali perusahaan berfikir oportunis atas fenomena luar biasa ini. Perusahaan menilai dengan masuknya proses marketing ke arah segmentasi komunitas ini akan menghasilkan nilai yang berbeda dan lebih profitable. Ini didukung dengan karakteristik penggerak komunitas tersebut yang memiliki peran dan hasrat mengkonsumsi yang besar. Namun pada kejadian yang terjadi secara nyata, tidak semua perusahaan tersebut berhasil untuk mengeruk keuntungan atas fenomena ini, malah terkadang dapat mengakibatkan kerugian dan juga dapat mengakibatkan perusahaan tersebut mengalami kebangkrutan. Hal ini bisa diakibatkan oleh minimnya pengalaman perusahaan dan pemahaman atas pasar yang belum sempurna. Sehingga strategi yang digunakan untuk melakukan penetrasi pasar komunitas baru ini tidak sesuai dengan keinginan ataupun tujuan perusahaan.



Salah satu perusahaan yang berhasil memanfaatkan fenomena ini adalah PT.Garuda Food dengan produknya yaitu gery chocolatos. PT.Garuda Food mempunya strategi pemasaran yang berbeda dan sangat baik terhadap pada produk gery chocolatos. Mereka mengerti pentingnya peran Digital Marketing pada era ini sehingga mereka sangat memanfaatkan dukungan Digital Marketing pada taktik pemasaran produk Gery Chocolatos, yaitu dengan menggunakan salah satu social network paling powerfull pada saat ini, facebook. GERY CHOCOLATOS memanfaatkan peran Facebook sebagai liveconnector antara penggunanya, sementara itu peringkat pengguna FB di Indonesia menempati urutan kedua terbesar di dunia, setelah amerika. Dapat dikatakan pengguna FB memiliki dua identitas yang melekat pada dirinya, yang pertama sebagai citizen untuk real-life dan yang kedua sebaga netizen yang hidup didunia virtual dan menjalankan perannya. Untuk saat ini facebook gery chocolatos sudah memiliki lebih dari 1,7 juta fans di Indonesia.



Rata-rata usia pengguna FB di Indonesia adalah 14-35 tahun, ini menunjukan bahwa sebagian besar penggunannya adalah anak muda(youth), para anak muda ini memiliki banyak karakteristik yang dinilai unik dan kreatif. Kreatifitas anak-anak muda pengguna FB inilah yang dimanfaatkan GERY CHOCOLATOS untuk memasarkan produknya. Salah satu cara GERY CHOCOLATOS menarik hati anak muda pengguna FB dalah dengan cara melakukan kompetisi kecil dengan hadiah souvenir ataupun produk GERY CHOCOLATOS yang akan diberikan untuk pemenangnya pada setiap periodenya. Dan biasanya pemenang di setiap periode nya adalah gadis remaja yang termasuk pada golongan women, jarang sekali melihat adanya pemenang pria disini. Kreatifitas dan narcisme yang diusung pada setiap konsep perlombaan membuat para user nya menjadi berfikir untuk lebih kreatif dibanding pesaing-pesaingnya untuk menjadi pemenang periode. Adapun cara lain GERY CHOCOLATOS meng-engage para youth yang notabene juga seorang netizen adalah dengan menggunakan status-status nya yang sifatnya variatif. Status yang sangat menekankan pada heart share fans-nya merupakan faktor engagement penting fans page ini, status-status GERY CHOCOLATOS dapat berupa status motivatif , inspiratif dan yang paling unik adalah status-status lucunya yang dinamakan Luculatos. Sering pula fans page ini menyebarkan cerita inspiratif dan menyentuh hati pembacanya lewat FB. Status-status ini selalu masuk pada “Top news” page-nya FB dengan jumlah like dan comment terbanyak dibanding beberapa fans page lainnya, walaupun sampai saat ini rekor tertinggi masih dipegang oleh Mario Teguh karena jumlah Fans paling banyak di FB-Indonesia.



Respon dari para pelanggan GERY CHOCOLATOS didunia maya sangat luar biasa, dapat dilihat dari jumlah like pada facebook fans nya yaitu 1.737.197, Dan ratusan like pada setiap status FACEBOOK FAN PAGE fan page GERY CHOCOLATOS dan di FACEBOOK FAN PAGE fan page GERY CHOCOLATOS diarah kepada website utama dimana respon konsumen pun sangat baik disana, tidak hanya like saja, bahkan para konsumen sangat antusias untuk memberikan masukan, komentar, dan sharing cerita tidak hanya itu bahkan setiap lomba yang diadakan oleh GERY CHOCOLATOS para konsumenya memberikan respon yang luar biasa.Youth atau anak muda adalah target utama produk Gery Chocolatos. Strategi yang digunakan Gery Chocolatos untuk meraup pasar anak muda adalah dengan menggunakan artis-artis muda untuk iklan-iklan above the.



Brand Ambassador yang digunakan, Nikita Willy, adalah ikon anak muda yang sedang naik daun. Citra baik dari Nikita Willy menjadi pendukung pesan bahwa Gery Chocolatos adalah makanan ringan kesukaan anak muda. Melihat bahwa artis idola mereka membawa nama Gery Chocolatos, konsumen menjadi tertarik untuk mengkonsumsi Gery Chocolatos.



Strategi menggaet perhatian netizen adalah dengan menggunakan laman facebook Fanpage. Gery Chocolatos mengerti bahwa strategi pemasaran paling ampuh saat ini adalah dengan menggunakan media internet. Tidak ada sarana yang mampu menjangkau komunitas seefektif dan seefisien media internet. Media internet, seperti contohnya Facebook, sanggup menjangkau individu dimanapun, kapanpun.



Menurut sumber yang didapat, Gery Chocolatos memberikan kucuran dana yang sangat besar untuk mengembangkan konsep marketing ini. Diawali dengan sebuah facebook fanpage, dalam hitungan hari Gery Chocolatos mampu meraih ratusan ribu fans (penggemar). Saat ini jumlah penggemar berjumlah (berapa berapa). Jumlah yang sangat besar ini adalah aset yang sangat berguna b agi Gery Chocolatos.



Gery Chocolatos menargetkan mind (pikiran) dan heart (hati, perasaan) share dari setiap Facebook user yang terhubung ke Chocolatos Fanpage. Dengan cara memasang status-status yang mengandung nilai promosi secara berkala, kalimat-kalimat inspiratif, memberikan pertanyaan-pertanyaan mengenai Gery Chocolatos yang memicu pendapat dan juga aplikasi-aplikasi yang melibatkan Facebook user, Gery Chocolatos sedang menanamkan persepsi bahwa Gery Chocolatos adalah merek yang peduli dan selalu ingin terlibat dengan penggemar-penggemarnya. Dengan mencantumkan status-status yang inspiratif juga, Gery Chocolatos sedang menanamkan rasa kebersamaan dengan para penggemar-penggemarna. Semua strategi-strategi ini ditujukan untuk membuat penggemar-penggemar Chocolatos mempunyai rasa memiliki yang tinggi pada Gery Chocolatos. Dengan rasa memiliki yang tinggi yang tertanam pada diri penggemar-penggemarnya, Gery Chocolatos sedang menciptakan komunitas yang kuat untuk menjadi pendukung Gery Chocolatos.



Untuk menargetkan subkultur wanita, Gery Chocolatos menerapkan strategi-strategi sebagai berikut:

Wanita pada umumnya menyukai segala atribut berkesan berkelas karena mereka adalah individu-individu yang sangat suka dipuji dan dihargai. Sifat ini juga diperlihatkan dengan kecenderungan bahwa kebanyakan wanita sangat menyukai benda-benda berkelas tinggi, baik dari segi pakaian, gaya hidup, bahkan makanan. Wanita cenderung memiliki sensitifitas yang jauh lebih tinggi dari pria dalam memilih atribut-atribut yang pakai, miliki atau konsumsi karena wanita ingin dilihat sebagai individu yang memiliki selera yang tinggai. Hal ini ada kaitannya dengan wanita yang cenderung lebih terlibat dalam komunitas-komunitas sosial dibandingkan pria. Wanita memiliki gengsi yang lebih tinggi dibandingkan pria oleh karena adanya tekanan sosial untuk tampil baik dan bahkan lebih baik dari wanita-wanita lain di dalam lingkungan sosialnya. Tampil baik dalam segala hal yang ada padanya merupakan tuntutan pribadi yang secara umum nyata dalam diri setiap wanita. Tekanan pribadi ini berujung pada suatu sensitivitas yang tinggi dalam memilih segala sesuatunya, termasuk dalam memilih makanan yang mereka konsumsi.

Sensitivitas yang tinggi ini dapat menjadi aspek yang kurang menguntungkan bagi Gery Chocolatos apabila Gery Chocolatos yang berharga jual sangat murah dikemas dengan kemasan yang dinilai kurang menarik atau kurang berkelas bagi wanita. Harga yang murah dapat menjadi batu sandungan bagi perusahaan Gery Chocolatos karena harga cenderung mencerminkan kualitas dan kelas. Wanita dapat menjadi tidak tertarik untuk mengkonsumsi Gery Chocolatos bila kemasan Gery Chocolatos membuat mereka terlihat seperti memiliki selera yang rendah.

Oleh karena alasan inilah Gery Chocolatos menghadirkan produknya dalam kemasan yang didominasi warna emas pudar kecoklatan dan dihiasi banyak ornamen klasik, tidak seperti kemasan makanan ringan lain yang berada di kelas harga yang sama yang cenderung menggunakan warna-warna mencolok untuk menarik target kelas menengah ke bawah. Warna emas biasa digunakan untuk menimbulkan efek yang anggun atau mahal. Penggunaan warna emas yang dikombinasikan dengan ornamen klasik pada kemasan produk memberikan.



Wanita pada dasarnya sangat peduli pada penampilan. Hal ini ditunjukkan dengan maraknya bisnis kecantikan yang semakin hari kian membesar. Fenomena ini juga timbul karena tekanan sosial dari orang-orang di sekeliling wanita. Era ini telah didominasi oleh Appearance Worshipping, atau pemujaan terhadap penampilan. Penampilan menjadi nomor satu di era ini dan wanita pun terkena imbasnya. Penampilan adalah suatu kebutuhan bagi wanita untuk diakui dan dihargai. Oleh karena itu, wanita cenderung sangat selektif dalam memilih hal-hal yang berhubungan dengan penampilannya, apakah hal tersebut dapat membuatnya terlihat lebih menarik atau tidak.



Langsingnya tubuh waita adalah salah satu aspek penampilan fisik yang sangat dijaga oleh wanita-wanita yang peduli pada penampilan ini. Wanita umumnya sangat pemilih dalam memilih apa yang dikonsumsinya. Tidak jarang wanita memilih untuk mengurangi porsi makanan, tidak makan makanan tertentu sama sekali atau tidak mengemil/makan makanan ringan demi menjaga tubuh yang langsing dan menarik. Hal ini dapat merugikan perusahaan Gery Chocolatos, karena untuk menjadi produk yang sukses, Gery Chocolatos pun harus dapat membuat wanita-wanita ini ingin mengkonsumsi Gery Chocolatos secara sukarela.



Strategi yang digunakan oleh Gery Chocolatos adalah dengan memproduksi Gery Chocolatos dalam kemasan wafer satuan. Gery Chocolatos tidak menciptakan kemasan Gery Chocolatos berisi 2 atau 3 wafer coklat, tetapi hanya 1 wafer coklat. Strategi ini digunakan agar wanita mau hanya makan satu.



Tidak hanya pada wanita, remaja-remaja jaman sekarang pun sudah mulai memperhatikan kesehatan dan bentuk tubuh.



Dengan penjelasan diatas maka dapat dipastikan bahwa GERY CHOCOLATOS sudah siap mengembangkan strategi bagi fenomena trilogy new wave era marketing. Ini didukung dengan lingkungan yang berubah pada. Proses marketing telah mengikuti pasar yang berubah. Banyak nya peran dari komunitas baru menitikberatkan pada keikutsertaan perusahaan dalam mengikuti gerak pasar.



Respon yang diberikan oleh netizen melalui tindakan-tindakan nya seperti “like” status GERY CHOCOLATOS, comment yang diberi dan keikutsertaan konsumen melalui kompetisi yang diadakan telah menunjukan bagaimana konsumen merespon pergerakan marketing GERY CHOCOLATOS.

Tiga Pilar Servis ANDAL Blue Bird

Blue Bird mempunyai filosofi servis ANDAL, yakni Aman, Nyaman, Mudah, dan Personal.  Untuk mencapai ANDAL ini, menurut Noni Purnomo, Vice President of Business Development Blue Bird Group, ada tiga pilar yang harus diekseskusi.
Pertama, Blue Bird mempunyai produk excellence.  Simpelnya, setiap lima tahun, kendaraan harus diganti.  Setiap hari ada prosess checking kalau mobil pulang ke pool, dari masalah mesin maupun kondisi body kendaraan.  Kami sangat ketat dan disiplin untuk maintenance.

Kedua, proses excellence. Salah satunya adalah bagaimana servis bisa aman dan nyaman. Key Performance Indicator (KPI) ini tidak hanya dinilai dari apa yang dilakukan kepada pelanggan eksternal, tapi juga pelanggan internal. "Faktor penting di sini adalah kondisi pengemudi. Pengemudi tidak boleh lelah saat mereka beroperasi. Perusahaan memberlakukan proses yang efisien. Misalnya, saat para pengemudi pulang di pool, prosesnya tidak boleh lebih dari 23 menit. Tujuannya, agar mereka memiliki waktu istirahat yang cukup," kata Noni menambahkan.

Ketiga, people excellence. Karyawan Blue Bird benar-benar dipilih yang bisa memenuhi filosofi ANDAL. Selain itu, pemberdayaan kepada para karyawan, khususnya para pengemudi menjadi penting mengingat merekalah yang langsung berhubungan dengan pelanggan.  Soal proses membangun tenaga manusia yang excellence ini akan dipaparkan dalam tulisan berikutnya.

Lima Identitas yang Mengantar Starbucks Menuju Sukses

Anda semua pasti sudah pernah mampir ke kedai Starbucks bukan? Starbucks memang merupakan simbol tradisi mutakhir masyarakat metropolitan. Secangkir frappuccino caramel adalah sejenis produk kultural, dimana masyarakat metropolitan melampiaskan hasratnya untuk melakoni gaya hidup kontemporer. Dan dibalik hedonism gaya hidup mutakhir itu, terselip satu pelajaran penting : produk-produk simbolis itu ternyata juga merupakan hasil dari sebuah “kejeniusan manajerial”.
Starbucks barangkali layak disebut sebagai contoh yang paling fenomenal. Ditopang dengan strategi manajemen jempolan, Starbucks tiba-tiba merebak bagai virus dan gerainya memenuhi setiap sudut kolong langit : mulai dari keramaian di kota Chicago hingga di pinggir jalan tol Cikampek, mulai dari Plaza Senayan hingga Plaza Del Toro di Barcelona, mulai dari sudut kota di negri Tibet hingga di depan jalanan padat daerah Tebet Pancoran.

Kisah kejeniusan Starbukcs itu oleh Joseph Michelli dirangkaikan dalam sebuah buku bertajuk The Starbucks Experience: 5 Principles for Turning Ordinary Into Extraordinary. Melalui buku ini, Michelli menjabarkan tentang bagaimana kedai kopi itu dibangun dan dikembangkan menjadi salah satu brand terbaik di dunia. Visi dan filosofi Starbucks pada dasarnya ditautkan pada satu konsep yang simple : bagaimana membangun sebuah kedai dengan sajian kopi berkualitas nomer satu, disertai dengan atmosfer kafe yang hangat nan bersahabat, lalu disajikan dengan pelayanan yang menyenangkan. Dan persis disitulah sesungguhnya Starbucks menemukan maknanya: ia hadir sebagai sebuah tempat dimana racikan kopi terbaik bersenyawa dengan kehangatan pertemuan bisnis/sosial.

Buku ini kemudian juga bercerita mengenai lima pilar dengan mana Starbucks dibangun dan dibesarkan. Pilar yang pertama adalah menumbuhkan sense of ownership yang kuat pada segenap jajaran karyawannya, dari level atas hingga level paling bawah. Spirit ini lalu mendorong setiap pekerja memiliki dedikasi dan tanggung jawab untuk memekarkan keberhasilan perusahaan. Dalam konteks ini, Starbucks juga memiliki prinsip yang harus dipenuhi oleh setiap karyawannya. Prinsip tersebut bertajuk “Five Ways of Being” atau : be welcoming, be genuine, be considerate, be knowledgeable, dan be involved.

Pilar kedua adalah keyakinan bahwa dalam bisnis retail seperti kedai kopi, everything matters. Segala detil mesti diperhatikan dan dijaga untuk menghasilkan proses yang sempurna. Segenap pernik mengenai kebersihan outlet, desain kursi, keragaman produk, dan pelayanan pelanggan mesti dieksekusi secara tepat untuk mencapai proses bisnis yang ekselen.

Pilar ketiga adalah surprise dan delight. Setiap pegawai Starbucks, terutama yang ada di bagian frontline didorong untuk menciptakan serangkaian tindakan yang mampu membuat pelanggan menjadi terkesan (surprise dan delight). Contoh, jika ada pelanggan yang sudah antri di didepan kedai pada jam 6.30, maka kedai kopi bisa langsung dibuka, meskipun aturannya mestinya baru buka jam 7 (para pelanggan tidak mesti dibiarkan menunggu sekitar 30 menit untuk menunggu hanya demi memenuhi prosedur pembukaan kedai).

Pilar keempat adalah terbuka dan mendengarkan sepenuh hati kritik dan masukan dari para pelanggan. Starbucks selalu mencoba membangun dialog yang konstruktif untuk mendapatkan umpan balik dari para pelanggannya. Dan dari sini, mereka kemudian memperlakukan masukan tersebut sebagai satu elemen penting untuk memperbaiki kinerja pelayanannya.

Dan pilar terakhir yang dilakukan oleh Starbukcs untuk membangun kejayaan adalah memperlakukan karyawan mereka seperti raja. Sebab mereka percaya, kepuasan karyawan sesunguhnya merupakan kunci dari kepuasan pelanggan. Tanpa happy employees, Anda pasti tak akan mampu menciptakan happy customers. Dengan prinsip inilah, Starbucks kemudian menciptakan serangkaian kebijakan yang mampu membuat karyawan mereka senang bekerja didalamnya – mulai dari kebijakan remunerasi yang atraktif, lingkungan kerja yang friendly, hingga jam kerja yang fleksibel.

*Artikel ini untuk lomba PMDC

Menuai Untung dengan Strategi Pemasaran Mutualisme

Banjar Kesian Lebih adalah salah satu desa yang terletak di Kabupaten Gianyar. Sebagian besar penduduk di sini bekerja sebagai petani. Salah satu komoditi yang dihasilkan petani Banjar Kesian Lebih adalah ketela dan kacang-kacangan. Namun sekitar tanggal 11 Mei 2009 harga ketela dan kacang-kacangan di pasaran turun drastis yang menyebabkan kerugian di pihak petani. Dari kejadian tersebut, saya sebagai salah satu anak warga merasa sangat prihatin dengan kondisi tersebut, dan saya mulai memikirkan suatu solusi yang bisa ditawarkan kepada para petani ketela tersebut. Saat itu saya berpikir kenapa petani harus menunggu pemasok ketela sehingga baru bisa menjual ketela yang dihasilkan, kenapa mereka tidak menjual langsung? Tapi untuk menjual langsung dalam bentuk ketela basah memang sangat sulit, namun beberapa saat kemudian saya berpikir kenapa ketela tersebut tidak diolah menjadi makanan dan dijual saja untuk menekan kerugian?

Ya, ide tersebutlah yang muncul saat itu, dan tak lama setelah itu saya mengembangkan ide saya dan mulai melakukan eksperimen. Langkah pertama yang saya lakukan adalah mencoba mengolah ketela menjadi tepung, setelah itu mengolahnya menjadi camilan dicampur dengan kacang yang dihasilkan oleh petani, dan jadilah rempeyek ketela. Semuanya kami proses secara manual. Saat itu keluarga saya sangat menyukai hasil olahan ketela tersebut, karena unik dan memiliki cita rasa yang khas, dan mereka berpikir kenapa tidak dipasarkan saja? Keesokan harinya kami sekeluarga mencoba mengolah kembali ketela tersebut menjadi rempeyek untuk mulai dipasarkan. Untuk bahan baku kami peroleh dari petani sekitar dan modal saat itu berjumlah Rp. 100.000 dan adonan yang didapat sebanyak 5 kg. Pemasaran pertama kami mulai dari warung-warung di daerah kami, dan kantin-kantin sekolah. Strategi pemasaran yang kami gunakan saat itu kami sebut strategi Mutualisme. Dinamakan strategi mutualisme, karena memang dengan strategi ini antara pedagang dan usaha kami tercipta simbiosis mutualisme. Di mana teknis pelaksanaan strategi ini yaitu pada saat kami menyalurkan rempeyek kepada para pedagang, pada saat itu kami tidak langsung meminta bayaran tapi kami beri waktu 3 hari. Dan bila dalam waktu 3 hari rempeyek tidak habis terjual, maka bayaran yang kami minta hanya sebesar rempeyek yang terjual dan yang tidak laku terjual kami ambil kembali.

Strategi inilah yang kami jalankan saat itu, kami rasa strategi ini sangat membantu pemasaran rempeyek, karena pedagang merasa usaha kami memberikan pelayanan dan kerjasama yang bersifat mutualisme, sehingga dengan strategi ini semua rempeyek yang kami produksi bisa dipasarkan seluruhnya di warung dan kantin sekolah. Dan ajaibnya ternyata sambutan pasar sangat baik kepada produk kami, terbukti dalam 2 hari semua rempeyek yang kami pasarkan di warung-warung dan kantin sekolah ludes terjual, sehingga kami tidak perlu mengalami kerugian akibat rempeyek yang tidak laku terjual. Bahkan kami mengalami keuntungan sebesar Rp. 50.000 dengan rincian tiap 1 kilogram adonan/30 bungkus (1 bungkus isi 8 buah rempeyek dan 1 bungkus seharga Rp. 1.000) terjual seharga Rp. 30.000, sehingga omset saat itu adalah Rp. 30.000 x 5 kg yaitu Rp. 150. 000.

Hari-hari berlalu, tak terasa sudah 2 tahun berjalan, usaha rempeyek kami makin berkembang hingga saat ini kami telah memiliki cabang penjualan rempeyek di pasar Badung dan telah memasarkan produk hampir seluruh daerah Gianyar, Badung, Denpasar, dan Klungkung. Usaha kami ini telah menyerap 10 tenaga kerja. Selain itu sampai saat inipun penjualan rempeyek masih menerapkan strategi Mutualisme dan ajaibnya hingga kini juga kami belum pernah mengalami kerugian yang signifikan akibat rempeyek yang tidak laku terjual. Kami sangat bersyukur usaha ini telah berkembang, dan menjadi mata pencaharian keluarga kami sekaligus juga memberi manfaat bagi masyarakat sekitar, yaitu pekerja kami maupun petani kacang dan ketela yang selalu memasok hasil pertaniannya kepada kami. Itulah sedikit cerita awal perjalanan usaha kami hingga sekarang.

-------------------

Artikel ini ditulis untuk kontes Youth Startup Icon.

Di Balik Jaringan Distribusi HM Sampoerna



Era kepemimpinan generasi ketiga di bawah Putera Sampoerna merupakan milestone yang penting dalam sejarah Sampoerna, karena di era inilah transformasi organisasi besar-besaran dan sangat cepat dilakukan untuk membawa Sampoerna menjadi sustainable company—”everlasting” company.

Selama kurun waktu ini Sampoerna memasuki ”hypergrowth era” dengan pertumbuhan usaha yang sangat tinggi. Selama kurun waktu 1990-2000—kurun waktu di mana langkah-langkah transformasi yang dijalankan Putera mencapai hasil maksimalnya—Sampoerna menikmati peningkatan pendapatan (net sales) mencapai hampir 38 kali lipat, sebuah kinerja yang sangat luar biasa. Jadi, size dari perusahaan ini membengkak hampir 38 kali lipat hanya dalam kurun waktu sepuluh tahun. Menariknya kinerja fantastis ini adalah organic growth, yaitu hasil aktivitas operasi bukan dari merjer atau akuisisi.

Langkah pertama yang dijalankan Putera adalah menata dan menyempurnakan rantai proses (process-chain) perusahaan. Sebelumnya Sampoerna berada di ”tengah-tengah” di dalam rantai proses ini—Sampoerna membeli tembakau dari pedagang tembakau (supplier) kemudian mengolahnya menjadi rokok, dan selanjutnya mendistribusikan ke para agen serta para pengecer (retailer) untuk akhirnya produk rokok tersebut sampai ke konsumen akhir (end-customers).

Sejak awal Putera menyadari bahwa sistem pembelian tembakau ke pedagang bermasalah, karena dalam banyak kasus Sampoerna terlalu bergantung kepada para pedagang tembakau. Sementara itu, di sisi lain ia juga sadar bahwa penjualan produk rokok kepada konsumen melalui para agen dan distributor juga membawa masalah lain karena mereka sulit dikendalikan. Dengan tergantung kepada para pedagang tembakau di sisi hulu, dan kepada para agen di sisi hilir, Putera merasa bahwa perusahaan tak memiliki kontrol penuh terhadap rantai proses perusahaan. Itu sebabnya perusahaan tak mampu berkembang secara penuh seperti yang diharapkan.

Menyadari dua permasalahan krusial tersebut, Putera kemudian mencoba untuk memecahkannya secara bersamaan. Pertama adalah membereskan rantai proses di hulu yaitu di tingkat pedagang tembakau. Dan kedua di sisi hilir yaitu di tingkat agen dan distributor. Tujuannya adalah memperbaiki QCD (quality, cost, delivery) : memperbaiki kualitas dengan melakukan kontrol kualitas tembakau langsung ke petani; meurunkan biaya dengan melancarkan (streamline) rantai proses; dan memperpendek waktu proses dari pembelian bahan baku hingga penjualan produk ke konsumen akhir.

Untuk mengatasi ketergantungan kepada para pedagang tembakau, Putera bersama sepupunya Boedi Sampoerna memutuskan untuk membeli tembakau langsung ke petani dan mendirikan stasiun pembelian tembakau milik sendiri. Dengan langkah ini Sampoerna juga mampu mengawasi kualitas tembakau lebih baik, karena pengawasan langsung ke petani.

Langkah ini rupanya berjalan sangat baik melebihi harapan semua orang. Dalam waktu yang cukup singkat Sampoerna mampu mengembangkan sistem pematang tembakau (tobacco aging system) di enam lokasi di Jawa Timur dengan nilai persediaan melebihi US$ 140 juta pada tahun 1994.

Untuk membenahi sisi hilirnya, Putera membangun sendiri saluran distribusinya dan tak tergantung lagi kepada agen. Upaya untuk merombak sistem distribusi lama Sampoerna—sistem distribusi keagenan (agency distribution system)—sesungguhnya sudah dipikirkan Putera sejak awal tahun 1980-an. Pada tahun 1984, dalam sebuah rapat strategis disimpulkan bahwa Dji Sam Soe tak akan mungkin lagi mengembangkan market share dan volumenya melalui sistem distribusi keagenan yang diterapkan waktu itu

Putera juga menyimpulkan bahwa dengan sistem tersebut Sampoerna kurang mendapat sukses seperti yang diharapkan saat meluncurkan merek-merek rokok baru yang dikembangkan waktu itu. Sebab utamanya karena perusahaan tak mampu mengontrol sepenuhnya pemasaran merek-merek tersebut. ”We were a company no fully in control of our own desiny,” ujar Putera waktu itu. Pada waktu

Pada tahun 1984, seiring dengan penjualan yang semakin meningkat dan cash flow yang semakin membaik Sampoerna mulai memperoleh izin untuk mengelola perusahaan transportasi secara komersial. Pada tahun 1981, PT Sampoerna Transport Nusantara (STN) didirikan dengan Sampoerna sebagai pelanggan terbesarnya.

Pendirian STN ini merupakan cikal bakal dari upaya Putera untuk membangun sistem distribusi. Sebelumnya, untuk aktivitas pengantaran produk, Sampoerna menyewa perusahaan transportasi luar, namun dengan munculnya beragam masalah (mulai dari keterlambatan pengiriman hingga produk rusak) dirasakan perlu memiliki perusahaan transporatsi sendiri sehingga Sampoerna dapat mengelola dan mengontrol pengantaran produk secara lebih baik.

Persoalan keterlambatan pengiriman dan produk rusak yang mendorong pembentukan STN bukanlah satu-satunya masalah yang dihadapi perusahaan berkaitan dengan sistem distribusi lama. Terdapat persoalan lain yang tak kalah krusialnya, yaitu para agen yang tak hanya enggan memasarkan merek-merek baru, lebih jauh lagi mereka juga tidak berminat berinvestasi untuk mendukung kegiatan-kegiatan pemasaran dalam rangka meningkatkan market share dan mendongkrak harga.

Akhirnya pada tahun 1989 Sampoerna telah membangun salah satu sistem distribusi paling ekstensif di Indonesia dengan distribusi fisik dijalankan oleh perusahaan distribusi baru milik perusahaan, yaitu PT Panamas, sementara STN menyediakan seluruh armada pengangkutan dengan truk.

Operasi Panamas diperkuat dengan penambahan wholesaler rokok terbesar di Indonesia pada tahun 1990 untuk membentuk PT Sumber Alfaria Trijaya (SAT). Harap diketahui, volume gabungan dari SAT dan Panamas merupakan kekuatan yang maha besar dalam bisnis tembakau di Indonesia. SAT memberi Sampoerna sebuah elemen penting distribusi yang dulunya merupakan ”missing link” dalam jaringan perdagangan tembakau.

Menanggapi keberhasilan Sampoerna dalam menata sistem distribusinya ini, Putera mengatakan dalam Laporan Tahunan 1993 sebagai berikut: ”In order to control our brands and our destiny, Sampoerna eliminated the agent distribution system by 1987. Sampoerna now distributes more than 93 percent of the Company’s products directly to the retail and wholesale trade. We now fully control our own trucking, distribution, and marketing efforts, providing not only better inventory control but also a more responsive regionally-oriented marketing system which reaches all the way down to the almost 500.000 retail outlets in Indonesia.”

***